DI atas kertas, orang menebak bahwa Pardedetex atau Jayakarta
akan menjadi juara, sedang Buana Putera menjadi jurukunci.
Tebakan ini masih akan diuji dengan diputarnya roda kompetisi
Liga Sepakbola Utama (Galatama) mulai akhir pekan ini.
Empatbelas klub telah memaklumkan diri siap tanding Beberapa di
antaranya telah melakukan pertandingan pemanasan. Tapi sebagian
masih repot dengan urusan transfer pemain -- dari klub amatir
ke yang non-amatir anggota Galatama.
"Target kami adalah 3 besar," kata pelatih Arseto, Judo
Hadianto, setelah klubnya sukses dalam tryout ke berbagai kota
di Jawa Tengah. Arseto diberi kehormatan bersama Pardedetex
untuk membuka kompetisi itu.
Warna Agung, Jayakarta, Perkesa 78, Sari Bumi Raya, Indonesia
Muda dan NIAC Mitra -- semua itu juga dianggap tergolong kuat
yang bertanding dalam putaran perdana di stadion utama Senayan,
Jakarta, 17 - 18 Maret. Tapi "kuat" mereka itu baru didasarkan
pada pertimbangan adanya pemain nasional di klub masing-masing.
Mereka menyedot pemain top dari klub amatir yang tergabung dalam
bond (perserikatan).
Pardedetex (Medan), paling menyolok dari semua dalam menyedot
pemain top seperti John Lesnusa dari Persija, Max Timisela dari
Persib dan Zulham Effendy dari PSMS. Namun Pardedetex belumlah
sekuat seperti diduga semula. Buktinya dalam tryout di Medan
pekan lalu PSMS masih bisa mengalahkan Pardedetex 1-0. Ia masih
berambisi membeli dua pemain Inggeris untuk kompetisi ini. Tapi
keduanya masih belum pasti bisa main di Senayan sekali ini
karena kedatangan mereka tertunda.
Tampaknya Jayakarta paling sukses dari semua dalam pertandingan
pemanasan, ketika diadakan acara perpisahan dengan Walikota
Surabaya, Suparno. Di situ Jayakarta mengalahkan Persib (3-1)
dan menahan Persebaya (1-1), hingga ia menjadi juara segitiga
itu. Jayakarta memang dari semula memiliki banyak pemain top,
yang memperkuat Persija/PSSI.
Buana Putera, yang tidak mendapat peluang untuk muncul di
Senayan, bersama lima klub lainnya -- Jaka Utama, BBSA, Cahaya
Kita, Tunas Inti dan Tidar Sakti -- masih dianggap "anak
bawang". Tapi, kata Ketua Umum Buana Putera Sk. H. Wibowo, "kami
akan buktikan, walaupun tanpa pemain nasional, akan mampu
mengimbangi mereka."
Cahaya Kita memang sudah terbukti mampu mengimbangi Perkesa 78.
Keduanya bermain seri (2-2) dalam pertandingan pemanasan, suatu
bukti bahwa keenam klub tadi tidak boleh dianggap enteng betul.
Jaka Utama sungguh disangsikan sekali ini karena ia, seperti
dikatakan pelatihnya, Jacob Sihasale, "terganggu" dalam berlatih
dan "terbengkalai" dalam pemanasan. Klub ini rupanya merepotkan
diri dalam hal mengurus transfer tiga pemain dari klub amatir
Caprina (Jakarta) yang dipimpin Herlina, srikandi Irian Jaya.
Sedang ketiganya bukan pula pemain top.
Naik Sewanya
Selain soal transfer, masalah lapangan basis telah cukup
merepotkan para anggota Galatama menjelang kompetisi. Beberapa
lapangan mendadak menaikkan sewa. Stadion Siliwangi di Bandung,
misalnya, memasang tarif Rp 400.000 untuk sekali bertanding bagi
Galatama, dibanding tadinya cuma Rp 75.000 bagi yang amatir.
Bahkan untuk latihan pun sewanya telah naik, khusus untuk
Galatama. Umpamanya Indonesia Muda yang tadinya membayar Rp
15.000 per latihan di stadion Pemuda, Rawamangun Jakarta, kini
dikenakan Rp 30.000 tanpa boleh tawar lagi.
Lapangan menjadi persoalan karena kompetisi bersifat lome and
away - sekali main di kandang sendiri, sekali di lapangan lawan.
Mereka menduga penjualan karcis akan rendah sekali, apalagi bila
"anak bawang" yang bertanding. Buktinya, cuma 2000 penonton
datang ke stadion Menteng menyaksikan Cahaya Kita lawan Perkesa
78.
Pertandingan perdananya yang di Senayan pun diduga tidak akan
menghasilkan uang. Namun PSSI berjanji akan memikul beban
kerugian sekali ini saja.
Siapa Rugi?
PSSI sendiri sudah merasa dirugikan oleh jadwal kompetisi ini,
yang bertepatan dengan masa pelatnasnya untuk menghadapi Jakarta
Anniversary Cup dan SEA Games. Semula PSSI berkeberatan untuk
mengizinkan pemain nasional memperkuat klub masing-masing.
Akhirnya tercapai kompromi. "Klub bisa turun full team sementara
pelatnas tetap berjalan," kata juru bicara Galatama, Uteh Riza
Yahya. Artinya, pemain terpilih PSSI diberi dispensasi
meninggalkan pelatnas bila klubnya bertanding. Atau
"pertandingan kompetisi ditunda jika sebagian besar pemain inti
klub dipanggil PSSI," ujar Sekum PSSI, Hans Pandelaki.
Bahwa penundaan kompetisi akan merugikan klub, kata manajer
Dimas Wahab dari Indonesia Muda, "itu jelas." Sebagai contoh
disebutnya Pardedetex yang mengontrak pemain untuk 2 tahun. Jika
jadwal kompetisi terus ditunda, berarti kontrak harus
diperpanjang dengan sedikit saja hasilnya.
Para pemain nasional umumnya dibina terus oleh klub
masing-masing. Walaupun tidak masuk pelatnas PSSI, kondisi
latihan mereka tentu terus terjamin. Seyogianya PSSI bisa
berhemat dengan mempersingkat masa pelatnas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini