Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Repotnya Mereka Sebelum Kompetisi..

14 klub siap bertanding. Soal transfer pemain, masalah lapangan basis dan sewa lapangan yang naik cukup merepotkan. PSSI merasa dirugikan oleh jadwal kompetisi yang bertepatan dengan masa pelatnas.(or)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Repotnya Mereka Sebelum Kompetisi..
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI atas kertas, orang menebak bahwa Pardedetex atau Jayakarta akan menjadi juara, sedang Buana Putera menjadi jurukunci. Tebakan ini masih akan diuji dengan diputarnya roda kompetisi Liga Sepakbola Utama (Galatama) mulai akhir pekan ini. Empatbelas klub telah memaklumkan diri siap tanding Beberapa di antaranya telah melakukan pertandingan pemanasan. Tapi sebagian masih repot dengan urusan transfer pemain -- dari klub amatir ke yang non-amatir anggota Galatama. "Target kami adalah 3 besar," kata pelatih Arseto, Judo Hadianto, setelah klubnya sukses dalam tryout ke berbagai kota di Jawa Tengah. Arseto diberi kehormatan bersama Pardedetex untuk membuka kompetisi itu. Warna Agung, Jayakarta, Perkesa 78, Sari Bumi Raya, Indonesia Muda dan NIAC Mitra -- semua itu juga dianggap tergolong kuat yang bertanding dalam putaran perdana di stadion utama Senayan, Jakarta, 17 - 18 Maret. Tapi "kuat" mereka itu baru didasarkan pada pertimbangan adanya pemain nasional di klub masing-masing. Mereka menyedot pemain top dari klub amatir yang tergabung dalam bond (perserikatan). Pardedetex (Medan), paling menyolok dari semua dalam menyedot pemain top seperti John Lesnusa dari Persija, Max Timisela dari Persib dan Zulham Effendy dari PSMS. Namun Pardedetex belumlah sekuat seperti diduga semula. Buktinya dalam tryout di Medan pekan lalu PSMS masih bisa mengalahkan Pardedetex 1-0. Ia masih berambisi membeli dua pemain Inggeris untuk kompetisi ini. Tapi keduanya masih belum pasti bisa main di Senayan sekali ini karena kedatangan mereka tertunda. Tampaknya Jayakarta paling sukses dari semua dalam pertandingan pemanasan, ketika diadakan acara perpisahan dengan Walikota Surabaya, Suparno. Di situ Jayakarta mengalahkan Persib (3-1) dan menahan Persebaya (1-1), hingga ia menjadi juara segitiga itu. Jayakarta memang dari semula memiliki banyak pemain top, yang memperkuat Persija/PSSI. Buana Putera, yang tidak mendapat peluang untuk muncul di Senayan, bersama lima klub lainnya -- Jaka Utama, BBSA, Cahaya Kita, Tunas Inti dan Tidar Sakti -- masih dianggap "anak bawang". Tapi, kata Ketua Umum Buana Putera Sk. H. Wibowo, "kami akan buktikan, walaupun tanpa pemain nasional, akan mampu mengimbangi mereka." Cahaya Kita memang sudah terbukti mampu mengimbangi Perkesa 78. Keduanya bermain seri (2-2) dalam pertandingan pemanasan, suatu bukti bahwa keenam klub tadi tidak boleh dianggap enteng betul. Jaka Utama sungguh disangsikan sekali ini karena ia, seperti dikatakan pelatihnya, Jacob Sihasale, "terganggu" dalam berlatih dan "terbengkalai" dalam pemanasan. Klub ini rupanya merepotkan diri dalam hal mengurus transfer tiga pemain dari klub amatir Caprina (Jakarta) yang dipimpin Herlina, srikandi Irian Jaya. Sedang ketiganya bukan pula pemain top. Naik Sewanya Selain soal transfer, masalah lapangan basis telah cukup merepotkan para anggota Galatama menjelang kompetisi. Beberapa lapangan mendadak menaikkan sewa. Stadion Siliwangi di Bandung, misalnya, memasang tarif Rp 400.000 untuk sekali bertanding bagi Galatama, dibanding tadinya cuma Rp 75.000 bagi yang amatir. Bahkan untuk latihan pun sewanya telah naik, khusus untuk Galatama. Umpamanya Indonesia Muda yang tadinya membayar Rp 15.000 per latihan di stadion Pemuda, Rawamangun Jakarta, kini dikenakan Rp 30.000 tanpa boleh tawar lagi. Lapangan menjadi persoalan karena kompetisi bersifat lome and away - sekali main di kandang sendiri, sekali di lapangan lawan. Mereka menduga penjualan karcis akan rendah sekali, apalagi bila "anak bawang" yang bertanding. Buktinya, cuma 2000 penonton datang ke stadion Menteng menyaksikan Cahaya Kita lawan Perkesa 78. Pertandingan perdananya yang di Senayan pun diduga tidak akan menghasilkan uang. Namun PSSI berjanji akan memikul beban kerugian sekali ini saja. Siapa Rugi? PSSI sendiri sudah merasa dirugikan oleh jadwal kompetisi ini, yang bertepatan dengan masa pelatnasnya untuk menghadapi Jakarta Anniversary Cup dan SEA Games. Semula PSSI berkeberatan untuk mengizinkan pemain nasional memperkuat klub masing-masing. Akhirnya tercapai kompromi. "Klub bisa turun full team sementara pelatnas tetap berjalan," kata juru bicara Galatama, Uteh Riza Yahya. Artinya, pemain terpilih PSSI diberi dispensasi meninggalkan pelatnas bila klubnya bertanding. Atau "pertandingan kompetisi ditunda jika sebagian besar pemain inti klub dipanggil PSSI," ujar Sekum PSSI, Hans Pandelaki. Bahwa penundaan kompetisi akan merugikan klub, kata manajer Dimas Wahab dari Indonesia Muda, "itu jelas." Sebagai contoh disebutnya Pardedetex yang mengontrak pemain untuk 2 tahun. Jika jadwal kompetisi terus ditunda, berarti kontrak harus diperpanjang dengan sedikit saja hasilnya. Para pemain nasional umumnya dibina terus oleh klub masing-masing. Walaupun tidak masuk pelatnas PSSI, kondisi latihan mereka tentu terus terjamin. Seyogianya PSSI bisa berhemat dengan mempersingkat masa pelatnas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus