Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Harimau Di Atas Kertas

Tim PSSI Garuda pulang dari turnamen merdeka games setelah kalah dari burma, jepang, korea selatan, india, malaysia dan muangthai. Ketua umum PSSI, bardosono, akan siapkan tim pre world cup.

4 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASIB team PSSI Garuda tak ubah ibarat pasukan kalah perang, selepas menelan kenyataan pahit dalam turnamen Merdeka Games di Kuala Lumpur (7 s/d 22 Agustus) -- dipecundangi oleh Burma (5-1) Jepang (6-0), Korea Selatan (2-0), Malaysia (7-1), India (3-1), dan Muangthai (1-0). Pulang kandang tak pula dilihat sebelah mata. Di bandr udara Halim Perdanakusuma, Senin 23 Agustus petang mereka hanya dijemput oleh Sekretaris Umum PSSI, Yumarsono, seorang. Padahal sehari sebelumnya hampir seluruh Pimpinan PSSI menampakkan muka menanti team PSSI Harimau yang pulang dari Eropa, di tempat yang sama. Ketidak-beruntungan PSSI Garuda sudah dikira dari semula, memang. Tanpa Johannes Auri, Lukman Santoso, Suhatman, Nobon, dan Waskito yang terpilih memperkuat barisan PSSI Hadmau, ketimpangan bagi PSSI Garuda datang menempati poisi yang ditinggalkan. "Sebenarnya PSSI Garuda tidak perlu kalah demikian tragis, andaikata pemain intinya tidak ditarik untuk tour Eropa", dalih team manager Muhono. "Ini kesalahan dalam organisasi kerja kita". Dari kaca mata pelatih, kelemahan yang merundung PSSI Garuda itu tak terelakkan lantaran masa latihan yang pendek. "Mereka praktis cuma berkumpul satu minggu", ujar pelatih Januar Pribadi. "Bagaimana mungkin kita menghadirkan suatu team kompak dan kuat". Di balik semua itu tak kurang pula muncul persoalan uang saku pemain yang turun menetes. Selama di Kuala Lumpur, para pemain hanya memperoleh uang jajan sebesar 6 ringgit Malaysia (sekitar Rp 800) dari jumlah Rp 2.000 yang disediakan. Dari kaitan uang saku yang terbatas itu, terbetiklah cerita bahwa ada pemain yang terpaksa menahan lapar di tengah malam karena uang yang diterima tak cukup untuk membeli sepiring nasi ekstra. 100-0 Kekalahan tragis yang diderita PSSI Garuda itu ternyata tidak mengagetkan Ketua Umum PSSI, Bardosono. Menjelang acara peresmian Liga Sepakbola Profesional di Jakarta 15 Agustus malam ia mengatakan: "Kalau perlu kalah 10-0, lebih baik. Merdeka Games bukanlah target kita". Lalu Bardosono pun membuka pundi alasan bahwa kekalahan PSSI Garuda di Kuala Lumpur adalah merupakan strategi PSSI daiam mengelabui calon lawan -- Hongkong, Malaysia, Muangthai, dan Singapura -- yang bakal dihadapi dalam Pre World Cup di Singapura, Pebruari depan. "Karena itu jangankan kalah 10-0. Kalah 30-0 atau bahkan 100-0 malah semakin baik. Biar lawan makin keliru tentang kekuatan kita", lanjut Bardosono. Dan, "nanti di Singapura kita kejutkan mereka". Team pengejut memang telah dipersiapkan. Pilihan jatuh pada PSSI Harimau. Setelah memetik pengalaman di Eropa, pekan ini ketrampilan PSSI Harimau akan diuji di tingkat Asia. Turnamen yang dipilih adalah President's Cup di Seoul, Korea Selatan. Usai itu para pemain akan diterjun secara terpisah oleh klub masing-masing dalam Kompetisi Antar Klub Pro, Oktober nanti. "Dari hasil turnamen inilah kita tentukan siapa-siapa pemain yang akan memasuki pelatnas Pre World Cup", lanjut Bardosono. "Intinya tak lebih dari pemain PSSI Harimau yang sekarang". Dan beban penggodogan untuk turnamen Pre World Cup ini akan diserahkan kepada Tony Pogaknik, pelatih PSSI di tahun 50-an. Pelatnas yang akan dimulai 1 Nopember depan itu, selain merupakan tantangan pertama bagi pemain prof Indonesia, juga bakal merupakan lembaran baru bagi sejarah pelatnas. Untuk pertama kalinya dalam riwayat PSSI pelatnas yang akan memakan waktu 3 bulan itu bakal dihijrahkan dalam 4 kota -- Salatiga, Cirebon, Jakarta, dan Medan. "Penunjukan keempat kota ini selain untuk mencegah kejemuan pemain di suatu tempat, juga guna menyesuaikan iklim dengan tempat pertandingan nanti", cerita Bardosono. 1000 Dollar AS Penyesuaian lain yang bakal diberikan Bardosono adalah mengenai uang saku pemain. Sekalipun ia tidak mau menyebut angka, tapi ia telah memberikan ancar-ancar: minimal sama dengan uang saku waktu pelatnas Pre Olimpik. "Mungkin juga bisa lebih", tambah Bardosono. Yang sudah pasti adalah honorarium bagi Tony Pogaknik. Ia akan mendapat 1000 dollar AS (Rp 420.000) per bulan -- Coerver untuk jangka kontrak 2 tahun (berakhir sebelum waktunya) mendapat 400.000 Gulden (Rp 60. 000.000). Adakah Tony Pogaknik yang sudah mulai uzur itu akan mampu membawa PSSI Harimau ke ambang kejayaan. Secara fisik, ia memang tak mungkin diharapkan banyak untuk mampu memberi contoh ketimbang Coerver. Tapi, "cara kerjanya lebih baik dan sistimatis dibandingkan dengan Coerver", kata Bardosono. Dan, "untuk memberi contoh ia akan dibantu oleh sejumlah asisten". Sebelum heboh kasus kontrak Sinyo Aliandu, Tony Pogaknik pernah menyatakan bahwa ia akan memakai Sinyo dan Januar Pribadi sebagai pembantu. "Siapa-siapa yang akan menjadi pembantu Tony sampai sekarang belum ditetapkan", tambah Bardosono. Lepas dari honorarium yang lebih rendah dari Coerver, dalam soal wewenang Tony Pogaknik mendapat 'kekuasaan' yang sama dengan Coener. Tugasnya adalah memilih, melatih, dan mengusulkan susunan team. Dan, "final decision (keputusan akhir)nya terletak di tangan Ketua Umum" kata Bardosono. Akan mampukah PSSI Harimau membuat kejutan di Singapura? "Di atas kertas, saya yakin kita akan menang", perhitungan Bardosono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus