JAM 19.35, selama 25 menit, hari Minggu 18 Juli lalu -- dan
seterusnya setiap 2 minggu sekali -- TVRI Stasion Jakarta
menampilkan acara baru: Suka hati. Konon programa ini sudah
dirancang 2 tahun sebelumnya. Ini bukan siaran langsung,
melainkan hasil rekaman yang dilaksanakan setiap tanggal 15 dan
20, jam 11 siang. Dibawakan oleh Kris Biantoro, 3 atau 4 peserta
tampil dalam 'permainan' disaksikan oleh sejumlah penonton dalam
studio. Secara bergilir peserta mengambil amplop berisi
pertanyaan. Kalau bisa menjawab dengan benar, ia boleh mengambil
amplop baru. Kalau amplopnya kosong (tak berisi pertanyaan), ia
mendapat bonus -- berarti 'menang' dan boleh mengambil amplop
baru lagi.
Peserta berhenti mengambil amplop kalau salah atau tak bisa
menjawab. Ini berlaku untuk semua peserta. Dalam hal ini,
biasanya kris lalu menawarkannya kepada penonton. yang apabila
berhasil menjawab tepat mendapat hadiah beberapa kaleng susu
Foremost. Sponsor tahap pertama acara ini memang pabrik susu
tersebut. Pembagian hadiah untuk peserta pun agak menarik.
Peserta mengambil sebuah pundi-pundi lalu diserahkan kepada
Kris. Dari dalamnya, Kris memungut gulungan kertas bernomor,
sebagai kode untuk jenis hadiahnya.
Kris menyebut nomor yang keluar. Lalu muncullah sederet teks di
layar televisi, nama dari jenis hadiah itu, hingga penonton (di
rumah) mengetahuinya. Tapi baik penonton di studio maupun
peserta: tidak tahu. Sedang Kris sendiri, sebagai Master of the
Quiz, memang sebelumnya sudah tahu. Misalnya hadiahnya pesawat
televisi atau kulkas. Kris menawar, barangkali hadiah akan
diambil berupa uang. "Bagaimana kalau Tabanas anda saya tambah?"
katanya. Lalu ia menawar lagi: Rp 10 ribu? Rp 20 ribu? Rp 50
ribu? Dan seterusnya. Bagi yang cerdik tapi tidak suka berjudi
dengan nasib, tentu saja lebih menguntungkan kalau peserta
memilih berupa uang. Sebab pasti dapat lumayan. Kalau memilih
barang: ya kalau hadiahnya berupa kulkas atau televisi tapi
kalau cuma baju batik atau sikat gigi, bagaimana?
180 Peserta
Seperti acara-acara sejenis sebelumnya -- Silakan Terka,
Pantomim Ria, Pundi Quiz -- menurut Halim Nasir anggota Badan
Perencana Siaran, kuncinya satu: harus bersifat menghibur
Pesertanya siapa saia, tapi terutama orang dewasa non-sekolah
yang memiliki cukup pengetahuan umum. Sekarang sudah terdaftar
tak kurang dari 180 peserta. "Saya kewalahan menerima
pendaftaran". kata Halim. Mereka akan tampil sesuai nomor urut
tapi belum tentu berhasil. "sebab akan dikocok lagi oleh Kris".
Meski peminat cukup banyak, jumlah siaran tak akan ditambah.
"Sebab kalau ditambah malah membunuh acara. Orang jadi jenuh dan
bosan", tambahnya. "Daya tarik acara ini, sepenuhnya tergantung
pada ketrampilan Kris", ujar nyonya Ani Sumadi, pengarah acara
Suka Hati. "Memang dalam permainan itu, Krislah yang
menentukan". Dan gaya Kris cukup khas. "Ide yang serius, kalau
disampaikan secara humor kan bisa mengendorkan urat-syaraf',
katu Kris Biantoro.
Ternyata ia sendiri masih harus mempelajari plot permainan,
menyesuaikan dui dengan letak kursi, dekor dan sebagainya. "Ada
katanya salaman kasih selamat terlalu banyak hingga waktu habis
hanya untuk itu", katanya. "Dan terkadang ada peserta yang
kurang rapih, pakai sandal. Kami harap mereka bisa tampil dan
sedap dipandang". Akan halnya bahan-bahan pertanyaannya, menurut
nyonya Ani yang katanya sudah menghhnpun bahan sejak 3 tahun
lalu, tak selalu diambil dari koran. 'Tapi ia selalu berusaha
menyensornya, disesuaikan dengan keadaan. "Gempa di Guatemala
atau pertandingan tinju Moh. Ali vs Rudy Lubbers di Jakarta
misalnya umumnya orang sudah banyak melupakannya. Jadi harus
dicari pertanyaan yang aktuil", ujarnya.
Acara-acara seperti ini, seperti halnya Pundi Quiz atau Pantomim
Ria, memang dialah yang menangani. Katanya, sudah 6 tahun ia
menggarapnya. "Idenya saya sodorkan lalu saya dikasih waktu.
Acara, disain pentas dan dekor juga saya yang merencanakan",
katanya. Ia juga sudah lama ingin menampilkan pertanyaan yang
sehubungan dengan soal-soal rumah-tangga. Namanya marriage game.
"Tapi saya belum ada waktu menyusunnya".
Andaikata semua peserta bisa menjawab, Kris seperti diburu setan
layaknya. "Dalam hal ini saya harus bisa mengulur waktu. Tapi
kalau semua tak bisa menjawab, tak perlu merasa malu. Kalau
memang harus malu, marilah kita sama-sama malu", katanya
tertawa.
TVRI tentu saja tidak menyediakan hadiah, sebab ada sponsor.
Menurut Halim, selalu ada usaha agar jenis hadiah tidak
menimbulkan jarak-sosial terlalu menyolok -- jangan terlalu
mewah. "Kami lebih mengutamakan Produksi dalam negeri: kain
batik, sprei batik, kerajinan perak, televisi asembling dalam
negeri berbagai merek dan sebagainya", Kalau pun ada rice cooker
atau dalam bahasa sininya tempat menanak nasi, yang made in
sana misalnya, "yah, fifty-fiftylah -- separo luar negeri,
separo dalam negeri". Tapi mengapa hanya satu sponsor? "Kalau
lebih dari satu, iklannya akan terlalu banyak hingga waktu yang
cuma 25 menit habis", jawab Halim.
Untuk tahap pertama ini, perusahaan SUSII Foremost sudah bayar
kontan (Rp 200.000) untuk 13 kali siaran. Sesudah itu mungkin
ada sponsor lain atau Foremost teken kontrak baru. Tapi 6 bulan
sebelum produksi, pabrik susu ini -- sejak Pantomim Ria dulu --
sudah jadi sponsor. Tak semua hadiah berhasil ditarik, hingga
sekarang menumpuk di studio. Ada di antaranya berupa sikat gigi.
Cuma kebetulan selama ini yang 'dicabut' oleh peserta adalah
barang-barang yang ada nilainya. Meski ada kecenderungan tak
bermewah-mewah, nyonya Ani Sumadi toh akan menyediakan kulkas
menjelang Lebaran dan Natal nanti. "Hadiah mahal seperti itu
selalu tersedia. Menentukan nilai, sebenarnya sulit juga. Patung
ukiran Bali misalnya, kan susah menilainya? Kain batik,
sebaliknya, bisa kita nilai dengan mudah", katanya.
Ada kesan, bahwa Kris sudah tahu jenis hadiahnya. "Saya ini kan
Master of the Quiz. Jadi memang sudah tahu. Sulitnya, waktu
untuk menjawab pertanyaan cuma 1 menit. Saya bisa kalang-kabut
mengaturnya", jawab Kris. Biasanya Kris lebih cenderung
mengganti hadiah berupa uang. "Ini dalam rangka membantu
Pemerintah, supaya masyarakat suka menabung dalam Tabanas",
katanya. Tapi kalau ia tahu hadiahnya kelewat mewah, mahal,
"biasanya mental peserta sengaja saya jatuhkan. Walaupun hadiah
itu memang harus diserahkan, saya menahannya dulu. Itu kan
barang orang . . . ".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini