Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Suka Hadiah

Dengan pengarah acara Ani Sumadi TVRI menampilkan acara suka hati. Acara dua mingguan yang dibawakan oleh kris biantoro ini menayangkan permainan tanya jawab berhadiah.

4 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAM 19.35, selama 25 menit, hari Minggu 18 Juli lalu -- dan seterusnya setiap 2 minggu sekali -- TVRI Stasion Jakarta menampilkan acara baru: Suka hati. Konon programa ini sudah dirancang 2 tahun sebelumnya. Ini bukan siaran langsung, melainkan hasil rekaman yang dilaksanakan setiap tanggal 15 dan 20, jam 11 siang. Dibawakan oleh Kris Biantoro, 3 atau 4 peserta tampil dalam 'permainan' disaksikan oleh sejumlah penonton dalam studio. Secara bergilir peserta mengambil amplop berisi pertanyaan. Kalau bisa menjawab dengan benar, ia boleh mengambil amplop baru. Kalau amplopnya kosong (tak berisi pertanyaan), ia mendapat bonus -- berarti 'menang' dan boleh mengambil amplop baru lagi. Peserta berhenti mengambil amplop kalau salah atau tak bisa menjawab. Ini berlaku untuk semua peserta. Dalam hal ini, biasanya kris lalu menawarkannya kepada penonton. yang apabila berhasil menjawab tepat mendapat hadiah beberapa kaleng susu Foremost. Sponsor tahap pertama acara ini memang pabrik susu tersebut. Pembagian hadiah untuk peserta pun agak menarik. Peserta mengambil sebuah pundi-pundi lalu diserahkan kepada Kris. Dari dalamnya, Kris memungut gulungan kertas bernomor, sebagai kode untuk jenis hadiahnya. Kris menyebut nomor yang keluar. Lalu muncullah sederet teks di layar televisi, nama dari jenis hadiah itu, hingga penonton (di rumah) mengetahuinya. Tapi baik penonton di studio maupun peserta: tidak tahu. Sedang Kris sendiri, sebagai Master of the Quiz, memang sebelumnya sudah tahu. Misalnya hadiahnya pesawat televisi atau kulkas. Kris menawar, barangkali hadiah akan diambil berupa uang. "Bagaimana kalau Tabanas anda saya tambah?" katanya. Lalu ia menawar lagi: Rp 10 ribu? Rp 20 ribu? Rp 50 ribu? Dan seterusnya. Bagi yang cerdik tapi tidak suka berjudi dengan nasib, tentu saja lebih menguntungkan kalau peserta memilih berupa uang. Sebab pasti dapat lumayan. Kalau memilih barang: ya kalau hadiahnya berupa kulkas atau televisi tapi kalau cuma baju batik atau sikat gigi, bagaimana? 180 Peserta Seperti acara-acara sejenis sebelumnya -- Silakan Terka, Pantomim Ria, Pundi Quiz -- menurut Halim Nasir anggota Badan Perencana Siaran, kuncinya satu: harus bersifat menghibur Pesertanya siapa saia, tapi terutama orang dewasa non-sekolah yang memiliki cukup pengetahuan umum. Sekarang sudah terdaftar tak kurang dari 180 peserta. "Saya kewalahan menerima pendaftaran". kata Halim. Mereka akan tampil sesuai nomor urut tapi belum tentu berhasil. "sebab akan dikocok lagi oleh Kris". Meski peminat cukup banyak, jumlah siaran tak akan ditambah. "Sebab kalau ditambah malah membunuh acara. Orang jadi jenuh dan bosan", tambahnya. "Daya tarik acara ini, sepenuhnya tergantung pada ketrampilan Kris", ujar nyonya Ani Sumadi, pengarah acara Suka Hati. "Memang dalam permainan itu, Krislah yang menentukan". Dan gaya Kris cukup khas. "Ide yang serius, kalau disampaikan secara humor kan bisa mengendorkan urat-syaraf', katu Kris Biantoro. Ternyata ia sendiri masih harus mempelajari plot permainan, menyesuaikan dui dengan letak kursi, dekor dan sebagainya. "Ada katanya salaman kasih selamat terlalu banyak hingga waktu habis hanya untuk itu", katanya. "Dan terkadang ada peserta yang kurang rapih, pakai sandal. Kami harap mereka bisa tampil dan sedap dipandang". Akan halnya bahan-bahan pertanyaannya, menurut nyonya Ani yang katanya sudah menghhnpun bahan sejak 3 tahun lalu, tak selalu diambil dari koran. 'Tapi ia selalu berusaha menyensornya, disesuaikan dengan keadaan. "Gempa di Guatemala atau pertandingan tinju Moh. Ali vs Rudy Lubbers di Jakarta misalnya umumnya orang sudah banyak melupakannya. Jadi harus dicari pertanyaan yang aktuil", ujarnya. Acara-acara seperti ini, seperti halnya Pundi Quiz atau Pantomim Ria, memang dialah yang menangani. Katanya, sudah 6 tahun ia menggarapnya. "Idenya saya sodorkan lalu saya dikasih waktu. Acara, disain pentas dan dekor juga saya yang merencanakan", katanya. Ia juga sudah lama ingin menampilkan pertanyaan yang sehubungan dengan soal-soal rumah-tangga. Namanya marriage game. "Tapi saya belum ada waktu menyusunnya". Andaikata semua peserta bisa menjawab, Kris seperti diburu setan layaknya. "Dalam hal ini saya harus bisa mengulur waktu. Tapi kalau semua tak bisa menjawab, tak perlu merasa malu. Kalau memang harus malu, marilah kita sama-sama malu", katanya tertawa. TVRI tentu saja tidak menyediakan hadiah, sebab ada sponsor. Menurut Halim, selalu ada usaha agar jenis hadiah tidak menimbulkan jarak-sosial terlalu menyolok -- jangan terlalu mewah. "Kami lebih mengutamakan Produksi dalam negeri: kain batik, sprei batik, kerajinan perak, televisi asembling dalam negeri berbagai merek dan sebagainya", Kalau pun ada rice cooker atau dalam bahasa sininya tempat menanak nasi, yang made in sana misalnya, "yah, fifty-fiftylah -- separo luar negeri, separo dalam negeri". Tapi mengapa hanya satu sponsor? "Kalau lebih dari satu, iklannya akan terlalu banyak hingga waktu yang cuma 25 menit habis", jawab Halim. Untuk tahap pertama ini, perusahaan SUSII Foremost sudah bayar kontan (Rp 200.000) untuk 13 kali siaran. Sesudah itu mungkin ada sponsor lain atau Foremost teken kontrak baru. Tapi 6 bulan sebelum produksi, pabrik susu ini -- sejak Pantomim Ria dulu -- sudah jadi sponsor. Tak semua hadiah berhasil ditarik, hingga sekarang menumpuk di studio. Ada di antaranya berupa sikat gigi. Cuma kebetulan selama ini yang 'dicabut' oleh peserta adalah barang-barang yang ada nilainya. Meski ada kecenderungan tak bermewah-mewah, nyonya Ani Sumadi toh akan menyediakan kulkas menjelang Lebaran dan Natal nanti. "Hadiah mahal seperti itu selalu tersedia. Menentukan nilai, sebenarnya sulit juga. Patung ukiran Bali misalnya, kan susah menilainya? Kain batik, sebaliknya, bisa kita nilai dengan mudah", katanya. Ada kesan, bahwa Kris sudah tahu jenis hadiahnya. "Saya ini kan Master of the Quiz. Jadi memang sudah tahu. Sulitnya, waktu untuk menjawab pertanyaan cuma 1 menit. Saya bisa kalang-kabut mengaturnya", jawab Kris. Biasanya Kris lebih cenderung mengganti hadiah berupa uang. "Ini dalam rangka membantu Pemerintah, supaya masyarakat suka menabung dalam Tabanas", katanya. Tapi kalau ia tahu hadiahnya kelewat mewah, mahal, "biasanya mental peserta sengaja saya jatuhkan. Walaupun hadiah itu memang harus diserahkan, saya menahannya dulu. Itu kan barang orang . . . ".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus