Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Harimau: Mana Belangmu ?

Kesebelasan pssi harimau kalah oleh kesebelasan sad paolo, brasil. tim pssi harimau akan menjadi inti regu pre world cup indonesia 1976, tetapi harus lebih menjalin keutuhan regunya.(or)

16 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGALAMAN yang ditimba dalam lawatan ke Eropa ternyata tidak memberi banyak warna terhadap permainan PSSI Harimau. Gaya perorangan Amerika Latin masih tampak lebih dominan ketimbang kekompakan regu ala team Jerman Barat atau Belanda. Rabu, 6 Oktober malam PSSI Harimau kembali melakukan sergapan dalam pola dasar itu melayani ketrampilan kesebelasan Sao Paolo, Brasil di stadion utama, Senayan. Apa yang tersisa dari mereka memang tak lebih dari pengandalan pada beberapa nama tenar seperti Iswadi, Risdianto, Andi Lala, Anjas Asmara, dan Ronny Pasla. Sementara pemain sisa kelihatan lebih banyak bergerak sembari mencari penyesuaian bentuk lama, mengingat mereka sudah hampir 3 bulan tak pernah turun bersama. "Kebanyakan dari pemain PSSI Harimau tidak berada dalam form terbaiknya". komentar team manager Hutasoit. "Lagi pula waktu untuk latihan bersama sangat pendek". Turun dalam kondisi yang tidak prima memang tak mungkin mengharapkan pemain PSSI Harimau menyuguhkan ketrampilan yang memukau. Di lini depan untuk 45 menit pertama, gebrakan yang dilakukan oleh kwartet Anjas Asmara - Andi Lala - Tumsila Hadi Ismanto hampir selalu kandas di pertahanan lawan yang dijaga oleh 4 kawan Nelsinho-Mauro-Ademir- Nelson Prandi. Adakala Andi Lala berhasil melepaskan diri dari penjagaan back kanan elsinho. Tapi umpan tajam yang diberikannya ke mulut gawang sering menjadi mentah kembali. Lantaran Tumsila maupun Hadi Ismanto tidak berdaya melakukan sergapan kilat. Mereka nyaris selalu mati kutu dalam menerobos penjagaan Nelson Prandi dkk. Padahal permainan kwartet back Sao Paolo ini tidak terlalu kelihatan menonjol. Kecuali pada diri back kiri Mauro. Ia betul-betul merupakan prolotype back masa kini. Cara ia menempel dan mengebiri gerak lawan tampak begitu terkendali. Kehadirannya selalu tepat di tempat mana ia dibutuhkan. Simson Sekalipun Mauro bersama gelandang kiri, Carlos sempat kecolongan ketika mematahkan operan yang dikirimkan back kanan PSSI Harimau, Simson Rumahpasal ke alamat Hadi Ismanto -- yang kemudian membuahkan gol bagi PSSI Harimau. Tapi kesalahan itu lebih merupakan produk dari keragu-raguan Carlos yang berdiri di garis pertahanan terakhir. Ia mungkin mengira Mauro masih membayangi di belakang dirinya. Kenyataannya tidak. Begitu Hadi Ismanto terlepas dari penjagaannya, bola dengan cepat bersarang di jala Sergio yang tak dapat berbuat apa-apa untuk melakukan penyelamatan. Keunggulan PSSI Harimau -- setengah main kedudukan 0-0 -- itu ternyata tidak mampu dipertahankan oleh Iswadi Idris dan kawan-kawan sampai peluit panjang berbunyi. Karena tak lama kemudian kiri luar Sao Paulo Eloi yang tengah menggiring bola ke arah mulut gawang di area penalti ia dihadang oleh Simson Rumahpasal dan Nobon. Ia tertelungkup. Sehingga wasit Soedarso menunjuk titik penalti sebagai hukuman. Tendangan hukuman dilakukan oleh Wilson Carrasco. Dan tak terselamatkan oleh Ronny Pasla. Hidupnya permainan PSSI Harimau di babak kedua tak terlepas dari andil Risdianto dan Nobon yang masuk menggantikan Tumsila dan Sofyan Hadi. Tapi penggantian itu tidak merubah permainan secara mendasar. Sebab di lapangan tengah tugas penghubung yang dibebankan pada Nobon masih belum dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan Junaedi Abdillah -- pemain ini telah berjanji tidak akan main untuk kesebelasan nasional selama Bardoson masih jadi pimpinan PSSI (TEMPO, 25 September 1976). Di garis pertahanan belakang, kenyataan yang dihadapi PSSI Harimau juga tak begitu rancak. Sekalipun tugas pengamanan ini dipikul oleh Johanes Auri - Oyong Lisa - Suaeb Rizal - Simson Rumahpasal -- kecuali Simson Rumahpasal yang tak mengecewakan -- selebihnya adalah bekas pemain Pre Olimpik. Tapi kerjasama di antara mereka kelihatan menurun dibandingkan dulu. Berkali-kali penyerang tengah Titica lepas dari penjagaan mereka. Untunglah malam itu Ronny Pasla bermain gemilang dalam menyelamatkan tembakan lawan yang mengancam dan berbahaya. Melihat takaran permainan yang diperlihatkan PSSI Harimau -- team ini akan menjadi inti regu Pre World Cup Indonesia 1976 -- kesangsian bukan tak membuntuti. Perubahan yang mendasar perlu diadakan terhadap mereka. Terutama dalam menjalin keutuhan regu. Akan dalam masalah perorangan gerak-gerak yang tak perlu patut ditekan seminimal mungkin. Akankah Tony Pogaknik mampu menciptakan iklim seperti yang telah ditumbuhkan Coerver? Ini akan membutuhkan waktu yang panjang, tentu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus