MANDATARIS Gabsi, Prof Sunawar Sukowati SH, telah menetapkan
Regu Nasional dan Regu Wanita untuk Kejuaraan Timur Jauh di
Selandia Baru, akhir Nopember depan Sebagai Non-Playing Captain
(NPC) Regu Nasional: Jack Rimbuan. Para pemain: Danny
Sakul/Wijaya, Ferdy Waluyan/Alex Franzs dan Arwin/Ibnu Abbas.
Sedangkan NPC Regu Wanita dipegang oleh Ny. Gontha. Pemain: Ny.
Tobing/Ny. Laya, Ny. Syarif/Ny. Wibowo dan Ny. Irata/Ny.
Tarmudji. Semuanya dari DKI Jaya.
Dasar penetapan adalah Seleksi Nasional, diselenggarakan dari 26
Agustus s/d 4 Septenber di Jakarta. Dalam seleknas ditentukan,
bahwa pasangan juara pertama dan kedua, otomatis sebagai anggota
Regu Nasional. Pasangan ketiga akan dipilih oleh PB Gabsi.
Penunjukan jatuh pada juara ketiga seleknas. Sehingga penetapan
ini tidak menimbulkan kontroverslil.
Dari pasangan Regu Nasional yang ditetapkan itu, Waluyan/Franzs
merupakan pasangan baru, biarpun keduanya sama-sama pernah
sebagai anggota regu nasional. Buat Franzs, keanggotaannya dalam
Regu Nasional untuk Kejuaraan Timur Jauh merupakan yang
keduakalinya, setelah 12 tahun terus menerus upaya ke sana
dilakukannya. Fransz anggota Regu Nasional tahun 1964, ketika
untuk keduakalinya Piala Rebullida diboyong ke Indonesia.
Di dalam Regu Wanita terdapat sepasang pemain yang baru kali ini
memperoleh peluang untuk turut dalam arena Kejuaraan Timur Jauh.
Yaitu pasangan Ny. Brata/Ny. Tarmudji. Karena itu ada gambaran,
bahwa regu wanita kali ini lemah. Saya fikir, gambaran ini
keliru. Regu Nasional Wanita yang dianggap kuat di tahun 1973,
1974 bahkan 1975 ke Bangkok ternyata bisa berkeping-keping di
tangan lawan. Akibat tiadanya ketahanan mental. Karena itulah
dengan adanya pasangan baru, yang justru masih murni dalam
pengalaman internasional, gejala penyakit mental selama ini
diharap dapat dipulihkan.
Kini tibalah saatnya kita mengukur kekuatan Regu ini serta
menelaah di mana kekurangannya selama ini. Agar dapat dijadikan
pegangan dalam satu keyakinan bahwa Piala Rebullida harus
diboyong kembali ke Indonesia. Setelah lepas tahun lalu di
Bangkok.
Secara objektif ketiga pasangan Regu Nasional itu merupakan tiga
pasangan yang terkuat di Indonesia sekarang. Karena mereka
merupakan lulusan Seleknas. Demikian juga Regu Wanita. Karena
itu kekuatan mereka tidak perlu diragukan. Dibandingkan dengan
kebolehan regu Hongkong sebagai juara Timur Jauh 1975, regu
Australia, Taiwan, Jepang dan Selandia Baru sebagai tuan rumah,
kwalitas Regu Nasional tampak berada sedikit di atas mereka.
Terutama dalam soal declarer play. Kecuali Ny. Brata/Ny. Tarmud-
ji di Regu Wanita. Di sini, pasangan wanita baru ini akan
berperan sebagai katalisator yang akan mempercepat proses untuk
menjuarai turnamen Timur Jauh, 1976.
Lalu, setelah itu apa lagi soalnya? Atlit sudah kuat dan punya
kebolehan bennain. Kini soalnya tinggal dua. Pertama bagaimana
memperkecil kesalahan. Kedua, bagaimana menjaga kekompakan. Di
sinilah peranan NPC dan Team Manager menjadi kunci.
Kwa-teknik Rimbuan cukup meyakitkan. Apalagi untuk memimpin ke
enam orang pemain yang notabene merupakan "konco seiring" Yang
merupakan beban adalah kwa-strategi non-tehnis. Misalnya masalah
lingkungan, psikologi, sosiologi yang bisa menciptakan kondisi
yang tak diingini. Kegagalan Bangkok terletak di situ. Antar
pemain timbul semacacam beban psikologis.
Lain dengan Ny. Gontha, yang karena usia tuanya, tampak kurang
cermat dalam menilai masalah teknik. Tetapi sebagai orang yang
sudah berumur dan punya pengalaman banyak, untuk segi pembinaan
mental ia dapat diandalkan. Hanya antara NPC dengan para pemain
masih ada beban psikologis yang sudah harus dijernihkan sebelum
regu ini berangkat ke Selandia Baru.
Itu pulalah sebabnya, kembali soalnya pada Team Manager. Dengan
fikiran-fikiran. di atas, masalah yang bisa memungkinkan kita
menang di Selandia Baru nanti, kita teruskan kepada mandataris.
Sementara itu antara Regu Nasional dan Regu Wanita ini sudah
harus terus menerus diperlagakan, agar rutin permainan dan
kekompakan sudah dapat diselaraskan sebagai bekal yang berguna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini