Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Hut PSSI: Tenang, Muram ...

Pertandingan antara Assyabab Pardedetex-Bangka Putera dalam memeriahkan hari jadi PSSI ke-47, dibatalkan oleh Komdak Metro Jaya. Alasannya, massa yang berkumpul di Senayan bisa mengganggu pemilu.

30 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA yang ada "malam tenang", bukan pertandingan. Niat PSSI untuk meramaikan hari jadi ke-47 mereka dengan pertandingan segitiga antar klab Assyabab-Pardedetex-Bangka Putera, mulai tanggal 20 s/d 22 Apra lalu, terpaksa batal. Izin untuk mengadakan pertandingan tersebut tidak dikeluarkan oleh Komdak Metro Jaya. Alasannya: sekarang ini suasana lagi terfokus pada Pemilu, sehingga pengumpulan massa di stadion utama Senayan, Jakarta itu dikuatirkan akan menimbulkan yel-yel yang membakar. Selain itu, menurut Asisten V urusan Pembinaan dan Ketertiban Masyarakat Komdak Metro Jaya, Kolonel (Pol) drs. M. Wahyudi, sampai Rabu 20 April siang lalu ia belum menerima surat permohonan izin untuk pertandingan segitiga tersebut dari PSSI. "Selama ini mereka selalu mengajukan permohonan izin", ujar Kol. Wahyudi dalam pembicaraan telepon dengan wartawan TEMPO, Slamet Djabarudi. Betulkah PSSI tidak mengajukan permohonan izin kepada pahak Kepolisian? "Itu tidak benar", bantah petugas Sekretariat PSSI, Jusuf Antha samba memperlihatkan kopifoto surat permohonan izin yang dialamatkan kepada Kadapol Metro Jaya dengan tindasan untuk Kasi Bintibmas. Surat tersebut tertanggal 16 April 1977 dengan nomor 261/PP IMDA/5/IV-77. "Hanya saja surat tersebut baru kami sampaikan tanggal 19 April. Karena kami masih menunggu kepastian ikut atau tidaknya PS Mataram, Yogya", tambah Jusuf Antha. Semua itu terlambat sudah. Sebab pada pagi yang sama, Kadapol Metro Jaya sudah mengeluarkan surat pembatalan pertandingan segitiga tersebut. Siangnya berita itu disarnpaakan oleh petugas berpakaian preman dari Asisten V Komdak Metro Jaya ke kantor PSSI. Tapi lantaran si petugas tidak membawa surat pembatalan resmi dan hanya menyampaikan lewat mulut, Jusuf Antha yang menerlma petugas tersebut tidak begitu saja percaya. "Bagaimana saya bisa percaya. Sebab dia tidak membawa surat pemberitahuan resmi", lanjut Jusuf Antha. Dalam ketidakpastian itu, PSSI tetap menjual tiket seperti biasanya. Bahkan sudah menyiapkan daftar pemain yang akan diturunkan, Rabu 20 April malam itu. Tahu-tahu jam 16 muncul Brigjen (Pol) Suwarno Suryoputro, Komisaris Umum Bidang Khusus PSSI. Ia datang membawa berita kepastian pembatalan tersebut setelah menerima telepon dari Kapolri, Widodo Budidarmo yang semula mau berniat mengajaknya main golf. Setelah ia menerima pemberitahuan itu, Suwarno langsung menghubungi kesebelasan yang akan bertanding dan menulis pengumuman pembatalan pertandingan di papan tulis di depan Sekretariat PSSI. Bunyi pengumuman tersebut: Oleh yang berwajib diberitahukan kepada PSSI bahwa pertandingan segitiga tanggal 20-21-22 April untuk merayakan HUT ke-47 PSSI ditangguhkan sampai sesudah Pemilu. Melampiaskan Tapi lantaran pemberitahuan itu diumumkan pada saat penonton mulai berdatangan ke stadion utama dan ditempatkan di tempat yang gelap, banyak di antara mereka yang tidak tahu perkembangan terakhir. Tak kurang 100 pengunjung yang kecele melampiaskan kedongkolan mereka ke alamat panitia. "PSSI taik", komentar mereka sembari meninggalkan stadion utama. "Kita sudah capek-capek datang, tahutahu pertandingan dibatalin. Diumumkan kek, jauh-jauh hari". Yang kecele ternyata bukan pembeli karcis saja. Di antara pengurus PSSI sendiri pun ada yang tak tahu perkembangan di dalam. Pimpinan klab dan pemain, begitu mendengar berita pembatalan itu, langsung menampakkan wajah murung. Bahkan pemain Assyabab, Abdul Kadir hampir tak tahu apa yang harus dikatakannya, kecuali menyatakan kekecewaan terhadap panitia. Para pemain itu memang pantas untuk kecewa. Apalagi Ketua Umum PSSI, Bardosono sudah mengiming-iming akan memilih pemain yang akan dipersiapkan menjadi tim nasional di antara mereka. Sekalipun, menurut Jusuf Antha, tim nasional yang 'baru' ini bukanlah kesebelasan yang akan dipersiapkan untuk South East Asa Games di Kuala Lumpur, Nopember depan, namun pemain daerah ini cukup ambisi untuk terpilih memakai kostum PSSI. Pihak yang berwajib yang membatalkan pertandingan tersebut agaknya mehami kekecewaan pemain daerah itu. Tapi mereka kuatir akan terjadinya gontok-gontokan antara sesama penonton. Mungkin di antara mereka terdapat ketiga golongan peserta Pemilu. Jadi polisi tak punya pilihan lain kecuali membatalkan acara pertandingan. "Untuk mengontrol massa yang terkumpul dalam satu tempat itu biasanya lebih sulit. Apalagi tenaga pengamanan sekarang ini dikonsentrasikan untuk kepentingan Pemilu", cerita Kol. Wahyudi. Betulkah Tapi, mengapa kejuaraan balap sepeda Piala Walikota yang berlangsung dari tanggal 18 s/d 23 April tidak ditunda? Bukankah areal pertandingan sampai ke Sukabumi dan Bekasi? "Sekalipun balap sepeda itu sampai ke Sukabumi, tapi massa (maksudnya: penonton) 'kan tidak terkonsentrasi, alasan Kol. Wahyudi. Sehingga, "pengawasannya lebih gampang". Betulkah akan terjadi gontok-gontokan sesama pembeli karcis stadion utama, seandainya pertandingan segitiga Assyabab-Pardedetex-Bangka Putera itu diizinkan? Perkiraan itu kelihatan tidak seluruhnya disepakati orang. "Saya yakin penonton itu akan datang dengan bahasa olahraga", dalih seorang pengurus PSSI. Artinya: pembeli karcis akan memaki permainan yang jelek dan memuji ketrampilan yang bagus. "Mereka itu akan melupakan semua yang terjadi di luar, begitu masuk dalam stadion utama ini", lanjut sang pengurus. Pendapat yang menopang kemungkinan timbulnya suasana keruh itu ada juga. "Karena yang bertanding ini Pardedetex (klab ini asuhan Dr. T D. Pardede, dan ia merupakan salah seorang calon anggota DPR dari Sumatera Utara) siapa tahu ada penonton yang keliru memberi support (dukungan)", kata seorang pengurus PSSI yang lain. "Maksudnya mau berteriak hidup Pardedetex! Eh, tahu-tahu jadi lain!" Kemungkinan demikian bisa saja terjadi atau tidak sama sekali. Tapi yang jelas suasana hari jadi ke-47 ini kelihatan muram. Ketika sehari sebelum pertandingan segitiga yang direncanakan batal, .acara potong tumpeng di Wisma Hasta Senayan, Jakarta pun agak kaget: listrik tiba-tiba padam. Itu terjadi tepat pada saat Bardosono mau membagikan tumpeng selamatan kepada Mangindaan pelatih PSSI Junior yang gagal berangkat ke Teheran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus