AKHIRNYA yang ada "malam tenang", bukan pertandingan.
Niat PSSI untuk meramaikan hari jadi ke-47 mereka dengan
pertandingan segitiga antar klab Assyabab-Pardedetex-Bangka
Putera, mulai tanggal 20 s/d 22 Apra lalu, terpaksa batal. Izin
untuk mengadakan pertandingan tersebut tidak dikeluarkan oleh
Komdak Metro Jaya. Alasannya: sekarang ini suasana lagi terfokus
pada Pemilu, sehingga pengumpulan massa di stadion utama
Senayan, Jakarta itu dikuatirkan akan menimbulkan yel-yel yang
membakar.
Selain itu, menurut Asisten V urusan Pembinaan dan Ketertiban
Masyarakat Komdak Metro Jaya, Kolonel (Pol) drs. M. Wahyudi,
sampai Rabu 20 April siang lalu ia belum menerima surat
permohonan izin untuk pertandingan segitiga tersebut dari PSSI.
"Selama ini mereka selalu mengajukan permohonan izin", ujar Kol.
Wahyudi dalam pembicaraan telepon dengan wartawan TEMPO, Slamet
Djabarudi.
Betulkah PSSI tidak mengajukan permohonan izin kepada pahak
Kepolisian? "Itu tidak benar", bantah petugas Sekretariat PSSI,
Jusuf Antha samba memperlihatkan kopifoto surat permohonan izin
yang dialamatkan kepada Kadapol Metro Jaya dengan tindasan untuk
Kasi Bintibmas. Surat tersebut tertanggal 16 April 1977 dengan
nomor 261/PP IMDA/5/IV-77. "Hanya saja surat tersebut baru kami
sampaikan tanggal 19 April. Karena kami masih menunggu kepastian
ikut atau tidaknya PS Mataram, Yogya", tambah Jusuf Antha.
Semua itu terlambat sudah. Sebab pada pagi yang sama, Kadapol
Metro Jaya sudah mengeluarkan surat pembatalan pertandingan
segitiga tersebut. Siangnya berita itu disarnpaakan oleh petugas
berpakaian preman dari Asisten V Komdak Metro Jaya ke kantor
PSSI. Tapi lantaran si petugas tidak membawa surat pembatalan
resmi dan hanya menyampaikan lewat mulut, Jusuf Antha yang
menerlma petugas tersebut tidak begitu saja percaya. "Bagaimana
saya bisa percaya. Sebab dia tidak membawa surat pemberitahuan
resmi", lanjut Jusuf Antha.
Dalam ketidakpastian itu, PSSI tetap menjual tiket seperti
biasanya. Bahkan sudah menyiapkan daftar pemain yang akan
diturunkan, Rabu 20 April malam itu. Tahu-tahu jam 16 muncul
Brigjen (Pol) Suwarno Suryoputro, Komisaris Umum Bidang Khusus
PSSI. Ia datang membawa berita kepastian pembatalan tersebut
setelah menerima telepon dari Kapolri, Widodo Budidarmo yang
semula mau berniat mengajaknya main golf.
Setelah ia menerima pemberitahuan itu, Suwarno langsung
menghubungi kesebelasan yang akan bertanding dan menulis
pengumuman pembatalan pertandingan di papan tulis di depan
Sekretariat PSSI. Bunyi pengumuman tersebut: Oleh yang berwajib
diberitahukan kepada PSSI bahwa pertandingan segitiga tanggal
20-21-22 April untuk merayakan HUT ke-47 PSSI ditangguhkan
sampai sesudah Pemilu.
Melampiaskan
Tapi lantaran pemberitahuan itu diumumkan pada saat penonton
mulai berdatangan ke stadion utama dan ditempatkan di tempat
yang gelap, banyak di antara mereka yang tidak tahu perkembangan
terakhir. Tak kurang 100 pengunjung yang kecele melampiaskan
kedongkolan mereka ke alamat panitia. "PSSI taik", komentar
mereka sembari meninggalkan stadion utama. "Kita sudah
capek-capek datang, tahutahu pertandingan dibatalin. Diumumkan
kek, jauh-jauh hari".
Yang kecele ternyata bukan pembeli karcis saja. Di antara
pengurus PSSI sendiri pun ada yang tak tahu perkembangan di
dalam. Pimpinan klab dan pemain, begitu mendengar berita
pembatalan itu, langsung menampakkan wajah murung. Bahkan pemain
Assyabab, Abdul Kadir hampir tak tahu apa yang harus
dikatakannya, kecuali menyatakan kekecewaan terhadap panitia.
Para pemain itu memang pantas untuk kecewa. Apalagi Ketua Umum
PSSI, Bardosono sudah mengiming-iming akan memilih pemain yang
akan dipersiapkan menjadi tim nasional di antara mereka.
Sekalipun, menurut Jusuf Antha, tim nasional yang 'baru' ini
bukanlah kesebelasan yang akan dipersiapkan untuk South East
Asa Games di Kuala Lumpur, Nopember depan, namun pemain daerah
ini cukup ambisi untuk terpilih memakai kostum PSSI.
Pihak yang berwajib yang membatalkan pertandingan tersebut
agaknya mehami kekecewaan pemain daerah itu. Tapi mereka kuatir
akan terjadinya gontok-gontokan antara sesama penonton. Mungkin
di antara mereka terdapat ketiga golongan peserta Pemilu. Jadi
polisi tak punya pilihan lain kecuali membatalkan acara
pertandingan. "Untuk mengontrol massa yang terkumpul dalam satu
tempat itu biasanya lebih sulit. Apalagi tenaga pengamanan
sekarang ini dikonsentrasikan untuk kepentingan Pemilu", cerita
Kol. Wahyudi.
Betulkah
Tapi, mengapa kejuaraan balap sepeda Piala Walikota yang
berlangsung dari tanggal 18 s/d 23 April tidak ditunda? Bukankah
areal pertandingan sampai ke Sukabumi dan Bekasi? "Sekalipun
balap sepeda itu sampai ke Sukabumi, tapi massa (maksudnya:
penonton) 'kan tidak terkonsentrasi, alasan Kol. Wahyudi.
Sehingga, "pengawasannya lebih gampang".
Betulkah akan terjadi gontok-gontokan sesama pembeli karcis
stadion utama, seandainya pertandingan segitiga
Assyabab-Pardedetex-Bangka Putera itu diizinkan? Perkiraan itu
kelihatan tidak seluruhnya disepakati orang. "Saya yakin
penonton itu akan datang dengan bahasa olahraga", dalih seorang
pengurus PSSI. Artinya: pembeli karcis akan memaki permainan
yang jelek dan memuji ketrampilan yang bagus. "Mereka itu akan
melupakan semua yang terjadi di luar, begitu masuk dalam stadion
utama ini", lanjut sang pengurus.
Pendapat yang menopang kemungkinan timbulnya suasana keruh itu
ada juga. "Karena yang bertanding ini Pardedetex (klab ini
asuhan Dr. T D. Pardede, dan ia merupakan salah seorang calon
anggota DPR dari Sumatera Utara) siapa tahu ada penonton yang
keliru memberi support (dukungan)", kata seorang pengurus PSSI
yang lain. "Maksudnya mau berteriak hidup Pardedetex! Eh,
tahu-tahu jadi lain!"
Kemungkinan demikian bisa saja terjadi atau tidak sama sekali.
Tapi yang jelas suasana hari jadi ke-47 ini kelihatan muram.
Ketika sehari sebelum pertandingan segitiga yang direncanakan
batal, .acara potong tumpeng di Wisma Hasta Senayan, Jakarta pun
agak kaget: listrik tiba-tiba padam. Itu terjadi tepat pada saat
Bardosono mau membagikan tumpeng selamatan kepada Mangindaan
pelatih PSSI Junior yang gagal berangkat ke Teheran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini