AGAK repot juga perkara pembalap sepeda nasional Ing Ryadi 24
tahun, dan Edward Siagian 26 tahun. Mula-mula mereka menyatakan
diri ke luar dari Persatuan Balap Sepeda (PBS) Sunda Kelapa,
penghujung tahun lalu. Karena itu 28 Desember 1976 PBS Sunda
Kelapa menskors mereka, terhitung saat tersebut sampai dengan 28
Juni 1977. "Mereka tidak diperkenankan mengikuti perlombaan
balap sepeda regional maupun nasional", bunyi surat penskorsan
itu. Mereka diskors karena dianggap tidak disiplin terhadap
perkumpulan - keduanya pindah ke Garuda Jaya.
Sejak itu Ing Ryadi dan Edward Siagian memang selalu disisihkan
orang dari setiap kegiatan balap sepeda. Satu-satunya kesempatan
mereka adalah pada turnamen balap sepeda HUT KONI Jawa Tengah di
Semarang, akhir Desember 1976 silam. Pihak penyelenggara
ternyata cukup menghargai kehadiran mereka Ing Ryadi dan Edward
Siagian diperkenankan turut berlomba. Hasilnya pun tidak
sia-sia. Keduanya sempat tampil di panggung kehormatan untuk
menerima medali emas beberapa kali.
Menjelang turnamen balap sepeda memperebutkan piala Walikota
Jakarta Utara ke-7, minggu lalu, pimpinan Garuda Jaya, ir. Rio
Tambunan mencoba untuk menghubungi panitia penyelenggara agar
kedua pembalap itu bisa ambil bagian pula. Menurut cerita Rio
Tambunan, semula panitia penyelenggara, Sumartoyo, memang agak
berkeberatan, mengingat Ing Ryadi dan Edward Siagian masih dalam
status skorsing. Tapi setelah Rio Tambunan menjelaskan bahwa PBS
tidak berhak menskors pembalap, Sumartoyo tampak mengalah.
Yang jadi permasalahan kini adalah bahwa PBS Garuda Jaya belum
terdaftar sebagai anggota ISSI Jaya. Debat ini ternyata masih
dimenangkan oleh Rio Tambunan yang berlindung di balik fasal 10
ayat 2 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ISSI. Fasal itu
berbunyi sebagai berikut: "Anggota luar biasa ISSI adalah
pembalap-pembalap di suatu tempat yang belum berdiri
perkumpulan/persatuan".
Jadi Panas
Kesepakatan akhirnya pun tercapai. Sumartoyo lalu menyalakan
lampu hijau pada Rio Tambunan bahwa mereka bisa diterima. Meski
demikian, Sumartoyo menyarankan Rio Tambunan untuk menemui Erwin
Baharuddin" selaku Ketua ISSI Jaya. Sebab undangan resmi panitia
penyelenggara dialamatkan kepada Pengurus Daerah ISSI setempat.
"Jadi terserah pada Pengda ISSI yang bersangkutan untuk memilih
pembalap-pembalapnya", ujar Sumartoyo.
Sabtu, 16 April siang terjadilah pertemuan antara Erwin
Baharuddin dan Rio Tambunan di gedung KONI Jaya. Tapi tukar
pendapat segera meningkat panas ketika Erwin Baharuddin
menyatakan keberatan atas ikutnya Ing Ryadi dan Edward Siagian.
Alasan: mereka masih diskors. Selain itu ia juga menyebutkan
bahwa PBS Garuda Jaya belum menjadi anggota ISSI Jaya. Rio
Tambunan kembali mengemukakan alasannya bahwa skorsing yang
dijatuhkan PBS Sunda Kelapa itu diragukan kekuatan hukumnya.
Sementara itu ada pengakuan Hendrik Tan, bekas pimpinan PBS
Sunda Kelapa, bahwa Ing Ryadi secara resmi belum pernah
mengajukan surat lamaran untuk jadi anggota kepada PBS Sunda
Kelapa. Sedang Edward Siagian sekalipun pernah melamar, tapi tak
pernah melengkapi segala persyaratan yang ada. Antara lain foto
dan surat pindah dari Palembang. Akan soal keanggotaan
organisasi Garuda Jaya dalam ISSI, Rio Tambunan menyatakan
bahwa Ketua PBS Garuda Jaya, Acub Zaenal sudah beberapa kali
mengirim surat permohonan ke alamat ISSI Jaya. Tapi, "sampai
sekarang tak ada jawaban dari mereka", kata Rio Tambunan.
Erwin Baharuddin bukan tak mencarikan jalan ke luar bagi
persoalan Ing Ryadi dan Edward Siagian. Dalam keterangannya
kepada wartawan TEMPO, Eddy Herwanto, ia menyatakan bahwa ia
berniat untuk membicarakan soal skorsing itu dengan mereka
berdua. "Sudah dua kali saya panggil, tapi mereka tak datang",
kata Erwin Baharuddin.
Ing Bantah
Betulkah Ing Ryadi dan Edward Siagian telah dipanggil? "Kami
tidak diundang ataupun dipanggil untuk membicarakan itu", bantah
Ing Ryadi ketika ditemui di arena balap sepeda di Rawamangun,
Jumat 22 April pagi. Panggilan resmi mungkin tidak diterimanya.
Tapi dalam keterangan yang diberikannya di ruang gulat stadion
utama Senayan, Jakarta, Senin 18 April malam, ia mengatakan
bahwa Erwin Baharuddin pernah menganjurkannya supaya kembali ke
PBS Sunda Kelapa. Kalau sudah masuk ke sana lagi maka ia akan
diberi izin untuk ikut bertanding. "Pokoknya, kami tidak akan
kembali lagi ke PBS Sunda Kelapa", kata Ing Ryadi.
Soal Ing Ryadi dan Edward Siagian akhirnya menemui jalan buntu.
Erwin Baharuddin tetap berpegang pada soal skorsing dan
keanggotaan PBS Garuda Jaya yang belum terdaftar pada ISSI Jaya.
Rio Tambunan menyatakan ia tidak mengerti apa sebetulnya motif
Erwin melarang atlitnya ikut ambil bagian.
Karena kesepakatan untuk menurunkan pembalap Garuda Jaya sudah
tak mungkin lagi, Rio lalu melontarkan gertakan kepada Erwin.
"Kalau caranya begini, saya mundur saja dari semua kegiatan
olahraga, pak", cerita Rio mengulang pembicaraannya dengan Erwin
Baharuddin. "Eh, pak Erwin bilang supaya ditunda setelah PON IX
saja".
Rio memang bisa menggertak. Sepertiga dari medali yang
diharapkan kontingen DKI Jakarta untuk PON IX dipegang oleh
atlit Garuda Jaya yang diasuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini