KEKALAHAN Lim Swie King dari pemain Cina Yu Yao Tung 12 -15 dan
5 - 15 langsung bukan saja mengejutkan, tapi juga menimbulkan
"ilmu" baru dalam olahraga bulutangkis. Karena tak percaya raja
lapangan King bisa dikalahkan oleh pemain kidal yang belum
menentu bentuknya, para suporter dan pengulas pun mulai
meraba-raba tentang kondisi King, sebab-musabab kekalahannya.
Seolah dia tidak bisa kalah.
Ada yang bilang King menderita hernia. Gampangnya penyakit
kondor alias turun berok. Satu hal yang perlu dapat penegasan
dari dokter yang biasa merawat King. Ada pula yang bilang,
kekalahan King disebabkan karena dia tidak terbiasa menghadapi
pemain yang menggunakan tangan kiri. Jadi kikuk. Dan menurut AFP
yang dikutip Kompas, setelah King mencapai kedudukan 9 - 9 dalam
set pertama, King berhasil melepaskan diri dan memimpin 12 - 9.
Tapi selanjutnya, King yang bemlain cemerlang mulai gugup dan
membuat kesalahan-kesalahan, sehingga dia dihabiskan Yu 12 - 15.
Set kedua dan terakhir merupakan satu demonstrasi pemain kidal
menjerumuskan juara Invitasi Asia I, Lim Swie King, membuat
kesalahan demi kesalahan. Set ini berakhir 5 - 15.
Shuttlecock Bekas
Sudah tentu faktor yang paling menentukan mutu permainan seorang
atlit adalah kondisinya pada waktu dia bertanding. Untuk ini P.
Sumarsono dan Tahir Jide, masing-masing team manager dan pelatih
regu Indonesia ke Hongkong, perlu memberikan kesaksian dan
pandangannya. Sebab bagaimana pun secara teknis dan kecerdasan
King yang pada 28 Pebruari ini genap 21 tahun tidak di bawah Yao
Tung (25 tahun). Satu-satunya dugaan yang agaknya masih perlu
diperhitungkan adalah "kesegaran jasmani" dan kondisi medis
King. Tapi sayang ketika wartawan TEMPO, Herry Komar, mengecek
di Pusat Kesehatan Olahraga Senayan, ternyata status King tidak
pernah direkam di sana. Lalu bagaimana baiknya kalau orang ingin
menarik pelajaran dari kekalahan King secara integral dan dapat
dipertanggungjawabkan? Tanpa dasar yang ilmiah, persoalan hanya
mengundang spekulasi. Dan spekulasi hanya menyuburkan "ilmu
duga-duga".
Dugaan buruk ternyata memang keluar dari mulut pelatih Tahir
Jide. Dalam keterangannya kepada wartawan Sinar Harapan, Supardi
di Hongkong, ia menanggapi kekalahan King banyak dipengaruhi
oleh shuttlecock yang dipakai. Menurut King, ia menemukan
bintik-bintik biru pada setiap shuttlecock yang dipergunakannya.
"Faktor shuttlecock yang diberi tanda itu sedikitnya
mempengaruhi King karena bisa saja yang diberi tanda itu
shuttlecock bekas", komentar Tahir Jide tanpa menyebut nama
shuttlecock yang dipakai. King juga membenarkan pendapat
tersebut.
Alasan Tahir Jide terasa semacam apologi dari kekalahan anak
asuhannya. Bukankah Yao Tung juga terlibat dalam permainan
shuttlecock bekas yang di pergunakan King?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini