KANTOR Pertamina di Jl. Perwira 6 Jakarta itu tak lagi terasa
angker. Para petugas piket bertopi helm dengan seragam biru,
kini lebih banyak melempar senyum pada setiap tamu yang datang.
Di muka pintu ruangan direktur utama juga tak lagi dijaga
petugas.
Memasuki ruangan kerja Piet Haryono - yang tadinya juga
ditempati Dr. Ibnu Sutowo -- terasa suasana yang amat berbeda.
Tak lagi ada meubiler jati dengan ukiran indah. Di sekeliling
dinding yang tampak gundul itu sekarang hanya ada satu lukisan:
gambar Presiden Soeharto dengan seragam kebesaran militer. Di
sebuah sudut, di atas sebuah rak buku, tampak sebuah foto ukuran
salon ketika Piet Haryono dilantik Presiden.
Kamar kerjanya pun tak lagi sejuk. "Saya sengaja mematikannya",
katanya. Piet (57 tahun), yang tak tahan dengan dengung AC itu,
juga tak menyukai golf. "Saya tak melihat kebutuhan bagi seorang
eksekutif untuk main golf", katanya. "Kalau mau bicara urusan
Pertamina, datang saja ke kantor".
Kepada wartawan TEMPO Fikri Jufri pekan lalu, Dirut Pertamina
itu juga mengatakan lebih betah tinggal di rumah. Ia memang
jarang tampak di pesta. Rumahnya di Jl Musi itu sering dimasuki
air kalau turun hujan keras. Pernah ia tiba di kantor dengan
celana yang basah kuyup setinggi dengkul ketika Jakarta dilanda
banjir baru-baru ini. Mengapa tidak pindah saja? "Rumah ini
sudah milik sendiri dan telah lama kami tinggali", katanya.
Dia memang tak memberi kesan sebagai "raja minyak". Ia
administrator yang tekun. Tak heran kalau di kalangan minyak
asing Piet Haryono dipandang sebagai orang yang agak kaku.
Seperti kata Piet sendiri: "Ada yang bilang saya tak suka
bergaul. Tapi saya ini memang lebih merupakan bapak keluarga".
Bekerja dengan anggaran AS$ 2,9 milyar (Rp 1,2 trilyun) - yang
berarti 28% dari seluruh jumlah anggaran 1977/1978 yang Rp 4,2
trilyun - bagian terbesar dari anggaran itu akan disalurkan
untuk urusan perbekalan dalam negeri (PDN) dan eksplorasi.
Sedang untuk anak-anak perusahaan, menurut Piet Haryono, "tak
lagi diberi apapun sejak saya di Pertamina".
Sampai sekarang ada enam anak perusahaan -- semuanya berbentuk
PT yang resminya diakui Pertamina: Elektronika Nusantara (El
Nusa), Pelita Air Service, Pertamina Tongkang, Patra Jasa,
Pertamina International Processing yang mengelola pengepakan
pupuk dan Palembang Rice Estate. Mengingat kedudukannya sebagai
PT, sejak perubahan pimpinan dalam Pertamina, anak-anak
perusahaan itu tak lagi memperoleh subsidi dari induknya.
Sama halnya dengan anak-anak perusahaan, menurut Piet Haryono,
Pertamina belum memiliki struktur modal yang jelas. "Ini
menyulitkan posisi Pertamina untuk membayar kembali
hutang-hutangnya", katanya. Dia berharap di awal Pelita III
nanti Pertamina sudah mampu bekerja dengan struktur modal yang
jelas dan anggaran yang ketat.
Harapan itu cukup berdasar. Dirut Pertamina yang dikenal
keahliannya dalam tertib administrasi, tampak menguasai
bidangnya yang baru. Dia juga merupakan seorang negosiator
(perunding) yang cukup tangguh, sebagai terkesan dalam wawancara
dengan TEMPO pekan lalu. Beberapa petikan:
Tanya: Para kontraktor minyak asing kelihatannya merasa terpukul
dengan adanya ketentuan bagi hasil yang baru. Mereka beranggapan
investasi dalam sektor ini akan menurun di Indonesia. Apa betul
demikian?
Jawab: Memang, persoalan yang sekarang diramaikan itu adalah
turunnya investasi, karena pembagian (split) 85: 15 untuk
pemerintah. Tapi soal turunnya investasi baru di bidang minyak
itu sesungguhnya bukan karena ketentuan pemerintah yang baru
saja. Soal resesi yang belum selesai dan kebijaksanaan Internal
Revenue Service (berupa pajak di AS, yang dikenakan pada
perusahaan minyak 'bagi hasil' di luar AS - Red.), yang sedianya
mau dihapuskan, ternyata diundurkan. Nah, masih berlakunya pajak
IRS itulah yang rupanya masih menggantung di kepala para
kontraktor asing. Sedang soal pembagian yang 85: 15 itu sudah
mereka ketahui sejak akhir bulan Juli tahun lalu. Jadi mereka
kelihatannya masih ingin "tunggu dan lihat".
T: Beberapa pengusaha minyak asing beranggapan kini tak ada
kepastian kerja di Indonesia. Sebagai contoh mereka kemukakan
pengurangan keuntungan Caltex yang satu dollar dan perubahan
pembagian yang teriadi dalam setahun. Kini mereka menginginkan
adanya jaminan bahwa kontrak yang sudah disetujui bersama itu
tak akan diubah-ubah lagi. Apa bisa?
J: Pengurangan keuntungan terhadap Caltex dan kontrak karya
lainnya itu terjadi setelah sekian lama mereka berusaha di sini.
Juga ketentuan bagi hasil yang baru itu dilakukan setelah mereka
berusaha sejak 1969 di sini. Lagi pula sistim yang lama itu lain
sekali dari tempat-tempat yang lain. Di manapun tak ada
ketentuan yang membolehkan mereka memotong 40O dari hasilnya
sebelum dilakukan pembagian. Maka yang dilakukan pemerintah itu
sebenarnya adalah mengembalikan sistim kerja, sesuai dengan
persyaratan yang semestinya.
Tentang jaminan kepastian kerja, saya sendiri tak bisa
memberikan garansi. Kita memang memerlukan mereka. Dan saya
yakin pemerintah tak begitu gampang untuk melakukan perubahan
setiap kali.
T: Pertarnina sudah memberikan perangsang baru. Kepada siapa
saja perangsang itu ditujukan?
J: Kepada setiap perusahaan bagi hasil yang mendapat minyak baru
dalam tahun ini dan seterusnya. Baik itu di daratan maupun di
lepas pantai.
T: Apakah perangsang itu berlaku bagi mereka yang sudah
menemukan minyak?
J: Bagi mereka yang sudah berproduksi, tapi menemukan lapangan
baru di daerahnya, mereka juga mendapat perangsang. Bahkan juga
bagi mereka yang mengalami penurunan produksi yang
terus-menerus, kita beri kesempatan untuk mengadakan secondary
recovery.
Artinya, kalau sebuah perusahaan itu mulanya berproduksi 100
ribu barrel sehari, tapi terus-menerus turun produksinya, hingga
katakanlah 30 ribu barrel sehari, akan kita bantu untuk
melakukan pencarian lagi di lapangan yang sama. Dan perangsang
itu kita tentukan batasnya, misalnya sampai 50 ribu barrel
sehari. Nah, selisih yang 20 ribu barrel itulah yang mendapat
perangsang.
T: Bagaimana kalau mereka tak mau, karena tak merasa cukup
dirangsang?
J: Perangsang ini 'kan kita tawarkan pada mereka. Jadi terserah
mereka. Kalau tak mau, ya tak mengapa. Toh mereka sudah teken
pembagian yang 85:15.
T: Kabarnya ada beberapa yang masih belum meneken?
J: Memang ada yang belum teken, dan terhadap mereka itu kita
teruskan agar menandatangani perjanjian yang baru.
T: Kabamya sudah ada perusahaan yang keluar?
J: Sebenarnya tak ada sampai sekarang. International Oil, punya
Australia di lepas pantai Timor barusan menyatakan berhenti
karena tak lagi menaruh harapan. Perusahaan Amin Oil, yang belum
menghasilkan minyak, memang sudah keluar. Tapi sudah digantikan
dengan perusahaan Sumatra Pex, rekannya.
T: Sekarang tentang 'dalam negeri' Pertamina. Beberapa pejabat
teras sudah diganti. Apakah penggantian itu disebabkan karena
bapak mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka?
J Penggantian dalam Pertamina itu menyangkut sistimatika kerja
saja. Sistim kerja saya berbeda dengan direktur utama yang lama.
Karena itu, mereka yang tak bisa mengikuti sistim kerja saya,
terpaksa saya ganti. Policy saya adalah agar perhatian utama itu
ditujukan pada bidang usaha minyak. Sedang dulu, kegiatan itu
terpecah-pecah, Sistim captive market (kurang-lebih:
memanfaatkan pasar yang ada, dalam hal ini yang sudah dimiliki
perusahaan lain Red.), tak saya setujui. Karena hal itu akan
menghilangkan daya bersaing. Kritik terhadap orde lama dulu,
adalah karena pemerintah mau mengambil oper terlalu banyak hal
yang dapat dikerjakan oleh masyarakat sendiri.
T: Bagaimana dengan anak-anak perusahaan Pertamina yang tak
langsung ada hubungannya dengan minyak?
J: Proses penelitian anak-anak perusahaan itu masih berjalan.
Kita belum mengetahui mana yang merupakan assets (kekayaan)
Pertamina, mana Yang assets fihak lain.
T: Seluruh karyawan Pertamina sekarang apa masih berjumlah 40
ribu orang?
J: Masih, termasuk anak-anak perusaltaan. Memang saya bermaksud
mengurangi, tapi tak bisa begitu saja. Mereka perlu diberi
pesangon. Tapi mampukah Pertamina sekarang ini memberikan
pesangon yang begitu banyak? Ini harus diperhitungkan secara
teliti.
T: Pak Piet tampaknya amat berhati-hati. Apakah dalam suasana
Pertamina yang seperti sekarang, tak dirasakan perlu suatu
tindakan operasi, meskipun sakit?
J: Mungkin tindakan-tindakan saya ini dirasakan terlalu lamban.
Tapi tak selalu tindakan yang keras itu akan memberikan hasil
sesuai dengan yang dikehendaki. Dan saya percaya cara yang pelan
ini akan memberikan hasil yang berarti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini