SEHARI setelah bintang di pundaknya bertambah satu, menjadi jenderal berbintang empat, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Rudini mendapat tambahan jabatan. Secara aklamasi kongres FORKI (Federasi Olah Raga Karate Indonesia) di Bandar Lampung 2 Maret lalu memilihnya sebagai ketua umum. "Padahal, saya sama sekali belum pernah belajar atau berlatih karate," kata Rudini. Olah raga bela diri yang pernah diikutinya pencak (ketika di SMP dan SMA di Malang) dan judo. "Waktu itu pangkat saya masih letnan dan bertugas di Akabri Magelang. Saya dilatih sebagai pelatih judo. Yang melatih Pak Surono, selama dua tahun. Terakhir tingkat saya Kyu 3. Karena bertugas ke lain daerah, latihan judo saya terhenti," kata Rudini. Ia merencanakan akan memulai mempelajari semangat, falsafah, dan olah raga karate sendiri, agar bisa menghayatinya. "Kalau tidak, bagaimana saya bisa memimpin FORKI," katanya. Mengapa Rudini "arek Malang" ini bersedia menjabat ketua umum FORKI? Mula-mula, 18 perkumpulan anggota FORKI, termasuk Inkai Lemkari, dan Inkado, meminta kesediaannya memimpin organisasi itu. Untuk meyakinkan diri, Rudini mengundang para pimpinan 18 perguruan tadi bertatap muka di Aula Markas Besar Angkatan Darat. "Di situ saya katakan terus terang, saya bukan karateka. Saya tekankan juga agar jangan memilih karena saya Kasad, tapi yang harus dilihat pribadi saya," kata Rudini dalam suatu wawancara dengan TEMPO pekan lalu. Bagaimana Bapak nanti memisahkan jabatan Kasad dengan ketua umum FORKI? Misalnya dalam surat-menyurat. Saya tidak akan mencantumkan pangkat saya. Cukup dengan "Wassalam . . . Rudini." Kalau masih ada yang masih menyebut jenderal dalam saya memimpin FORKI, itu keliru. Jangan pula mengira nanti olah raga di Angkatan Darat nanti hanya karate saja. Dalam memimpin organisasi di luar ABRI, kita tidak boleh mengikutsertakan atau menonjolkan oaju hijau kita. Tapi di tempat lain 'kan banyak pimpinan yang menonjolkan pangkatnya .... Memang banyak orang yang selalu menonjolkan pangkatnya, entah dri instansi mana, agar kelihatan lebih beribawa. Tanda pangkat jenderal ini (sembari memegang pundaknya), hanya sebagai hiasan saja, kecuali kalau saya sedang dinas. Bagaimana rencana Bapak untuk memimpin FORKI? Saya akan menggunakan pendekatan kebapakan, sebagai bapak pengasuh. Sebab, kalau main militer, nggak bakal jalan organisasi itu. Memimpin ABRI berbeda dengan FORKI. Kalau di ABRI ada disiplin. Begitu melanggar, dapat ditindak. Sedang FORKI merupakan organisasi perorangan dengan sekian banyak perguruan. Di situ kesulitannya. Sulit, dalam arti saya tidak boleh menggunakan pendekatan militer. Dulu, Angkatan Darat dikenal sebaai penghasil atlet nasional. Mengapa sekarang menurun? Itu memang benar. Saya sendiri sudah membuat program untuk meningkatkan olah raga nasional dengan menyumbangkan atlet berprestasi dari kalangan ABRI. Program itu sendiri sudah mulai dilaksanakan oleh Angkatan Darat. Misalnya olah raga menembak. Setiap kodam boleh membina sepuluh penembak terbaiknya atas biaya Kasad. Di Indonesia terdapat 16 kodam dan dua kotama: Kostrad dan Kopassandha. Dari situ saja diperkirakan ABRI dapat menyumbangkan sekitar 100 penembak dengan kualifikasi Perbakin. Selain itu, juga sepak bola. Sejak akhir 1983, berdasarkan instruksi Pangab, diusahakan agar dalam waktu dua tahun-dapat terbentuk kesebelasan Angkatan Darat yang nantinya dapat ikut dalam kompetisi. Syukur, kalau dapat mewakili PSSI dalam kejuaraan di luar negeri. Bagaimana dengan atletik? Hanya untuk nomor-nomor tertentu, misalnya lari jarak jauh, tolak peluru, dan lempar lembing. Kami tidak akan membina atlet, misalnya untuk sprint 100 meter, karena latihan untuk itu akan menyimpang dari pembentukan otot tentara. Jadi, kami akan memanfaatkan hasil latihan militer hanya untuk cabang-cabang olah raga tertentu, termasuk berkuda. Kabarnya, persentase lulusan SMA calon taruna Akabri yang lulus tes fisik menurun. Mengapa? Setelah saya keliling daerah, di beberapa daerah di luar Jawa umumnya memang di perlukan peningkatan gizi dan kesehatan, misalnya di Nias dan Kalimantan. Waktu saya menjabat pangdam dan ikut tim seleksi calon taruna Akabri, saya temui banyak lulusan SMA yang ternyata tak pernah berolah raga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini