AMBISI klub Napoli untuk menjuarai Piala Champions akhirnya kandas. Rabu pekan lalu, di Central Lenin Stadium, Moskow, klub dari Italia ini dikalahkan klub Spartak Moskow, 5-3, lewat adu penalti. Pecandu bola di Italia akhirnya marah. Mereka menumpahkan kekesalannya pada Diego Maradona, kapten klub itu. Maradona, 30 tahun, bintang asal Argentina, memang membuat ulah menjelang pertandingan ini. Senin pekan lalu, tanpa alasan yang pasti, Maradona menolak bertanding di Moskow. Akhirnya, Napoli berangkat tanpa kehadiran sang kapten. Pemilik Napoli kemudian mengancam Maradona dengan denda sekitar 20 persen dari penghasilannya. Ternyata, ancaman itu menakutkan Maradona. Ia berubah pendirian. Ia kemudian memutuskan untuk menyusul teman-temannya ke Moskow, hanya sehari sebelum pertandingan. Ia mencarter pesawat Cessna dengan bayaran 18 juta lira -- sekitar Rp 30 juta. Ketika pertandingan dimulai, Maradona hanya duduk di bangku cadangan. "Saya telah membuat kesalahan dan saya terima hukuman untuk duduk di bangku cadangan," ujarnya, satu jam sebelum pertandingan. Bintang bola yang kaya ini akhirnya diturunkan juga pada menit ke-63, saat kedudukan tetap 0-0. Namun, itu tetap tak menolong. Sampai perpanjangan waktu tetap imbang. Akhirnya adu penalti, Napoli kalah 3-5 dari Spartak. Maradona, yang menjadi algojo keempat, memang memasukkan ke gawang. Yang gagal adalah Fernando de Napoli dan Marco Baroni, sementara Spartak tak ada yang gagal. Apa pun yang terjadi, penggemar Napoli telanjur marah kepada Maradona. Presiden klub itu, Corrado Ferlaino, tak menjelaskan masalah apa yang terjadi sebenarnya. Maradona sendiri berjanji akan menjelaskan dan bertemu dengan Ferlaino sepulang dari Moskow. Namun, lagi-lagi hal itu tak terjadi. Konon, antara Maradona dan Ferlaino ada perselisihan tentang kontrak. Maradona ingin gajinya dinaikkan dan kontraknya yang baru berakhir 1993 diperpendek. Soalnya, ia mendapat tawaran dari sebuah klub Jepang dengan bayaran 30 juta dolar AS, jauh di atas gajinya kini di Napoli. Ferlaino tidak bisa menerima permintaan Maradona itu. Memang tidak sedikit peran Maradona dalam meningkatkan prestasi klubnya. Berkat dia, Napoli berhasil menjadi juara kompetisi Liga Italia 1986/1987, 1989/1990, dan runner up pada musim kompetisi 1987/1988. Di samping itu, Napoli merebut gelar juara Piala UEFA tahun lalu. Sebaliknya, bukan sekali ini saja Maradona -- yang memperkuat Napoli sejak musim kompetisi 1984/1985 -- membuat ulah. Konflik terburuk terjadi seusai musim kompetisi 1988/1989 lalu. Saat itu ia menolak kembali ke Napoli dari liburan musim panasnya di Argentina. Bahkan, Maradona membuat pengurus Napoli makin pusing karena ia diberitakan akan bergabung dengan klub Olimpique Marseille, Prancis, dengan bayaran yang menggiurkan. Ia baru mau bergabung kembali dengan Napoli dengan satu syarat, Ottavio Biancchi, pelatih Napoli waktu itu, harus dipecat. Permintaannya dikabulkan. Pelatih Napoli sekarang, Alberto Bigon, juga tersudut. Namun, itu bukan oleh Maradona. Kabarnya, kontrak Bigon akan diputuskan seusai musim kompetisi tahun ini karena ia memasang Maradona dalam pertandingan melawan Spartak. "Saya memasang Maradona karena hanya 12 pemain yang bisa bermain, sisanya cedera termasuk ujung tombak asal Brasil, Antonio Careca," ujar Bigon membela diri. "Tidak banyak yang bisa saya ungkapkan sekarang. Tugas saya sekarang bagaimana menaikkan peringkat Napoli," tambah Bigon. Napoli dalam kompetisi Liga Italia sekarang ini berada di urutan ke-8. Dari 8 kali bertanding hanya menang 2 kali, seri 4 kali, dan kalah 2 kali. Lisa Sallusto (Napoli)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini