Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETIAP malam menjelang tidur, Donny Dharmawan tidak langsung memejamkan mata. Pikirannya menerawang. Kadang tangannya ber-gerak mengikuti imajinasinya. Tidak jarang juga dia bangkit dari tempat tidur- untuk memasang kuda-kuda dan memukul udara kosong. ”Saya memvisualkan jurus-jurus yang digunakan lawan lalu mencari teknik untuk mengalahkannya,” ujarnya.
Donny adalah karateka anggota pemusatan latihan nasional (pelatnas) Asian Games 2006. Dalam kejuaraan nasional memperebutkan Piala KSAD di Medan dua pekan lalu, ia mengukir prestasi mengejutkan. Donny merebut gelar ”Juara atas Juara” alias Best of The Best. Sebagai juara nasional di kelas- 60 kilogram, secara meyakinkan ia mengalahkan lawan-lawan yang menjadi juara di kelas lebih tinggi.
Juara kelas -65 kilogram Rizky Syah-bana ditaklukkan dengan skor telak -11-3. Christo Mondolu yang menjadi jawara di kelas 75 kilogram pun harus bertekuk lutut dengan skor 9-4. Bahkan Umar Syarif, karateka andalan Indonesia untuk- kelas +80 kilogram dan kelas bebas serta pemegang tiga medali emas SEA Games 2005, juga dikalahkan de-ngan angka mencolok 8-0.
Begitu mengalahkan Rizky, Donny langsung berlari menemui ibunya yang ber-ada di barisan penonton. Di depan sang bunda ia langsung bersujud mencium kaki. ”Ini berkat doa Ibu,” katanya berulang-ulang.
Karateka kelahiran Pematang Siantar-, Sumatera Utara, ini sama sekali- tidak menyangka bisa mengalahkan lawanlawannya. Siapa yang tidak kenal Umar Syarif dan Christo Mondolu? Mereka punya pukulan lengkap, fisik yang lebih- tegap, dengan gaya bertarung Eropa. ”Saya sendiri hampir tidak percaya bisa menang,” kata Donny.
Selama ini Donny memang tidak pernah bertarung secara resmi dengan rekan-rekan pelatnasnya itu. Dia hanya- sekali bertemu Rizky. Itu pun dalam per-tandingan uji coba. Tak mengheran-kan jika ia sendiri merasa terkesan de-ngan kemenangannya di Medan.
Sejak awal Donny sudah tahu kehe-bat-an- lawan-lawannya, terutama Umar Syarif dan Christo Mondolu. Ketangguh-an kedua karateka itu sudah dibuktikan dalam SEA Games 2005 di Filipina. Bahkan bisa dikatakan, tidak ada satu pun karateka Tanah Air yang mampu mengalahkan mereka. Karena itu Donny sering merenung berlama-lama untuk mencari cara mengalahkan kedua jawara ini. ”Itu saya lakukan sebelum tidur dan sudah menjadi kebiasaan,” -katanya.
Pada satu titik, Donny melihat peluang untuk mengalahkan lawan-lawan yang ke-lasnya lebih tinggi. ”Saya harus men-ja-ga jarak dan mengandalkan kecepat-an,” ujarnya. Ia diuntungkan dengan bobot tubuh yang lebih ringan. Sehingga- ia dapat bergerak lincah dibanding lawan-lawannya. Selama pertandingan, ia mampu mempertahankan jarak untuk menghindar dari jangkauan lawan dan seketika itu juga melepaskan pukul-an yang membuahkan poin.
Lajang kelahiran 22 Februari 1984 ini sudah mengenal karate sejak usia empa-t tahun. Ketika itu di dekat rumahnya- di Pematang Siantar ada perguruan karate-. Melihat kedua kakaknya berlatih- di tempat itu, Donny kecil merengek ingin ikut berlatih. Dia benar-benar menikmati masa kecilnya itu.
Sayang, belum setahun berlatih ia harus berhenti karena kedua orang tuanya memutuskan pindah rumah ke Balige. Di kota inilah Donny kemudian bergabung dengan perguruan Kushin Ryu Karate-do Indonesia (KKI) pada 1995.
Di tempat itu pula segalanya ber-awal. Donny rajin mengikuti berbagai kejuaraan, mulai dari tingkat lokal hingga- nasional. Setumpuk prestasi pun diraih. Di antaranya medali perunggu di Asian Games 2002, Kejuaraan Asia dan Malaysia Open 2005.
Di SEA Games 2005, Donny memper-sembahkan emas di nomor kumite -be-regu dan perak di nomor perorang-an bagi kontingen Indonesia. ”Tapi prestasi- yang paling berkesan tetap di kejuaran nasional di Medan kemarin,” kata Donny yang masih tercatat sebagai karya-wan honorer Bank Sumut Cabang Balige.
Keberhasilan mengalahkan jawara-jawara nasional membuat rasa percaya diri Donny kian tebal. Ia optimistis bisa memperoleh medali di arena Asian Games di Qatar tahun ini. ”Paling tidak, lebih baik dari Asian Games sebelumnya,” ujarnya.
Suseno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo