BEGITU wasit Aan Setiawan meniup peluit panjang, kubu Pelita Jaya langsung meluapkan kegembiraannya. Di hadapan sekitar 15 ribu pendukungnya, klub ini akhirnya keluar sebagai juara baru kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama) ke-9, setelah dalam pertandingan terakhirnya bermain imbang 0-0 melawan Krama Yudha Tiga Berlian di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu pekan lalu. Beberapa pemain melakukan victory lap. "Apa yang kami cari sudah terwujud, saya bangga dan puas sekali," ujar Nirwan D. Bakrie, Ketua Umum Pelita Jaya. Pelita, yang begitu berdiri (1986) langsung menyodok di papan atas, memang pantas menjadi juara. Selama 3 tahun mereka hanya menempati urutan kedua. Keberhasilan Pelita tidak terlepas dari manajemen profesional yang diterapkan oleh klub yang bernaung di bawah Grup Bakrie Brothers ini. "Mengelola klub bola memang harus pandai menggabungkan tiga aspek: olahraga, bisnis, dan hiburan. Kalau tidak, kurang mulus jalannya," kata Rahim Soekasah. Jurus-jurus di atas membuat klub asuhan trio pelatih Benny Dolo, Mundari Karya, dan A. Hussein ini -- dibantu Misloscevick dari Yugoslavia -- makin banyak penggemarnya. Konon, para pemain akan mendapat bonus Rp 10 juta atas jerih payahnya ini. Ada beberapa sponsor yang mengelilingi Pelita Jaya. Nama sponsor itu bisa dibaca di sekeliling stadion Sanggraha Pelita Jaya di Lebak Bulus, home base Pelita sekarang. Misalnya Garuda Indonesia dan Indomilk. Lantas ada lagi sekitar 3.000 fans club yang bakal mendukung mereka dalam setiap pertandingan di kandang sendiri. Inilah satu-satunya kesebelasan Galatama yang membentuk fans club dengan nama "Pelita Jaya Fans Club". "Orang Jakarta kan sangat majemuk, sehingga belum tentu mereka membela klub Ibu Kota. Mereka masih membela klub daerah asalnya," kata Rahim, tentang alasan dibentuknya fans club ini. Walau ada sponsor lain, peran Grup Bakrie Brothers sangat besar. Grup BB ini tak cuma membina klub sepakbola. Persatuan Olahraga (POR) Pelita Jaya juga membina cabang olahraga lainnya, seperti tenis, basket, berkuda, bola voli dan atletik. Bahkan, POR Pelita Jaya membangun pusat pembinaan semua cabang olahraga itu di daerah Sawangan, Kabupaten Bogor. Di sini ada fasilitas yang lengkap, asrama, berbagai lapangan termasuk fitness center. Pada putaran Galatama yang disponsori rokok Bentoel ini, Pelita Jaya berhasil menyingkirkan juara bertahan Niac Mitra dari Surabaya. Pelita dan Niac sama-sama memiliki nilai 46 dari 34 kali bertanding. Berkat selisih gol memasukkan dan kemasukan yang lebih baik, Pelita (memasukkan 51 kemasukan 21) menempati urutan pertama, sedang Niac (memasukkan 44 kemasukan 21) harus puas di tempat kedua. Kalau saja Niac tanggap pada satu kasus, sebenarnya ia bisa tetap juara. Kasus itu adalah pertandingan Niac Mitra melawan Lampung Putra di Bandar Lampung, yang menghasilkan kekalahan pahit buat Niac, 0-1. Tuan rumah menurunkan Haris Suharto. Padahal, pemain ini sebenarnya tak boleh bertanding saat itu, sesuai dengan peraturan, karena sebelumnya dua kali mendapat kartu kuning. Sayangnya, pelatih Niac, M. Basri, kurang cepat mengantisipasi hal yang sangat penting bagi Niac ini. "Seharusnya begitu selesai pertandingan atau dalam waktu 2 x 24 jam, pengurus Niac langsung melaporkan hal itu," ujar Andi Darussalam, Sekretaris Liga. Liga akhirnya menghukum Lampung Putra dengan menurunkan nilainya dua angka, tetapi karena Niac tidak langsung protes, nilai dua angka itu tak masuk ke Niac. Putaran Galatama kali ini memang lebih semarak dari tahun-tahun lalu. Lihat saja penonton di Stadion Lebak Bulus. Stadion yang berkapasitas 20 ribu penonton itu rata-rata dikunjungi lebih dari 10 ribu penonton. Ini menggembirakan karena Galatama pernah dijauhi penonton, yakni ketika kesebelasan-kesebelasan itu dilanda kasus suap. Alhamdulillah, dalam putaran ini skandal suap belum terdengar. Justru angin segar bertiup. Perusahaan milik pemerintah, katakanlah PT Pupuk Kaltim, Bontang, Kalimantan Timur, ikut terjun ke Galatama. Bahkan pada putaran Galatama ke-10, yang dimulai awal tahun depan, sjudah ada 8 klub dari 13 klub yang menyatakan ikut kompetisi. Mereka adalah Asyaabab (Surabaya). Bentoel (Malang), Gudang Garam (Kediri), Putra Gelora (Denpasar), Bogor Jaya (Bogor), Merpati (Jakarta), Putra Mahakam (Samarinda), dan Aceh Putra (Banda Aceh). "Kami sekarang sudah siap dan tinggal menunggu keputusan dari pengurus Liga," ujar dr. Abdul Razak Bawazeer, Manajer dan Ketua PS Asyaabab, kepada Zed Abidien dari TEMPO. Menurut Razak, dengan ikut Galatama frekuensi pertandinan akan lebih banyak dan pemain lebih berprestasi dibandingkan jika tetap di perserikatan. Hal senada juga dikemukakan oleh Th. D. Rachmat, salah seorang direktur Gudang Garam. Masuknya Gudang Garam ke Galatama bukan sekadar latah saja, tapi sudah waktunya kami menyumbangkan sesuatu untuk sepak bola. "Kebetulan sekarang ini angin sepak bola perlu ditiupkan," kata Rachmat. Pembentukan klub ini juga berkaitan erat dengan rencana GG untuk mendirikan sekolah sepak bola di Kediri. "Dan gagasan ini sudah mendapat dukungan dari Menpora Ir. Akbar Tanjung," tambah Rachmat. Bentoel, saingan GG, juga tak mau ketinggalan. Kabarnya, mereka sudah melakukan pendekatan kepada Sartono Anwar, pelatih yang membawa PSIS Semarang keluar sebagai juara divisi utama perserikatan 1987. "Sekitar 90 usulan Mas Sartono sudah kami setujui," ucap Iwan Syafie'i, salah seorang pemrakarsa pembentukan klub Bentoel Galatama ini. Untuk home base, Bentoel mengambil Kota Jember. Putra Mahakam di Samarinda didukung perusahaan kayu lapis PT Daya Agung Wood dan Troyana. "Dana yang disiapkan untuk pembinaan klub ini disesuaikan dengan kebutuhan, minimal Rp 100 juta setiap tahunnya," kata Harbiasyah, Manajer Putra Mahakam. Motivasi klub ini, katanya, ingin menyelamatkan persepakbolaan di Samarinda, setelah klub perserikatannya (Persisam) kehabisan pemain karena pindah ke Persiba Balikpapan. Sayangnya, semaraknya kompetisi Galatama dan munculnya klub-klub baru belum mampu juga menghasilkan satu kesebelasan nasional yang tangguh -- setidak-tidaknya di tingkat Asia.Rudy Novrianto, Tri Budianto S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini