Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Juara di Surabaya

Indonesia keluar sebagai juara umum nomor beregu balap sepeda Tour de Jawa 85. Gatot Senjaya jadi juara pertama di lomba etape terakhir. Lomba ini mempunyai rekor lebih lambat dari sebelumnya.(or)

18 Mei 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBALAP Indonesia disambut hangat di Surabaya. Ratusan warga yang berkumpul di garis finish Tour de Jawa 1985, di sekitar Jalan Darmo, Surabaya, Jumat pekan lalu itu, terutama mengelu-elukan Gatot Sanjaya, dari tim Jawa Barat, yang keluar sebagai juara pertama di lomba etape terakhir dari keseluruhan lomba balap sepeda menyusuri Jakarta-Surabaya berjarak 977 km itu. Bisa dimaklumi karena Gatot, 25, mahasiswa Akademi Ilmu Logam, Bandung, ini memang merupakan satu-satunya pembalap Indonesia, dari sekitar 5 pembalap dari tiga belas regu yan diturunkan, yang berhasil keluar sebagai juara pertama. Mencatat waktu 4 jam 24 menit 9 detik, pembalap andalan Jawa Barat ini mengungguli juara perorangan Tour de Jawa sebelumnya (1983), Yoo Byung Hun dari Korea Selatan, di etape berjarak 167 km dari Madiun ke Surabaya itu. Hun sendiri muncul sebagai pemenang kedua lomba di etape ini dengan catatan waktu 4 jam 24 menit 19 detik. Toh, hasil yang dibuat Gatot itu tidak mencerminkan hasil akhir menyeluruh lomba yang diikuti 17 regu, 4 di antaranya dari luar negeri: Korea Selatan, juara Tour de Jawa 1983, Singapura, Malaysia, dan pendatang baru Belanda. Sebab, setelah dilakukan penghitungan total waktu untuk jarak yang terbagi delapan etape itu ternyata Rene Beuker, 19, pembalap dari Belanda, yang berhasil mengumpulkan waktu tercepat. Angota termuda dari enam pembalap yang mewakili Negeri Kincir Angin ini mengungguli semua pembalap yang ikut tour kali ini terutama di etape 2, 3, dan 4 dengan catatan waktu seluruhnya 24 jam 43 menit 33 detik. Atau sekitar satu jam lebih lambat dari prestasi yang pernah dibuat juara dua tahun lalu, Yoo Byung Hun dari Korea Selatan. Bekas juara Korea ini menyelesaikan jarak yang sama dengan waktu 23 jam 16 menit 11,90 detik. Ia gagal mempertahankan rekor ini di Tour de Jawa 1985. Dan ia tersingkir ke tempat keenam. Sementara itu, buat tuan rumah Indonesia, lomba ini bisa dianggap lumayan. Sebab, atas nama Tim Pelatnas, tim inti yang mendampingi 12 regu daerah yang bertarung dalam balapan kali ini, Indonesia bisa keluar sebagai juara umum nomor beregu. Diwakili enam pembalap, di antaranya Habantu, Maruki Matsum, dan Robby Yahya, tim pelatnas menyelesaikan seluruh etape dengan catatan waktu 74 jam 18 menit 55 detik. Atau berarti sekitar 3 menit lebih cepat dari waktu yang dibuat regu Korea Selatan, yang kali ini keluar sebagai juara kedua. Buat pembalap dari Negeri Ginseng yang masih diperkuat pembalap andalan mereka Yoo Byung Hun ini, hasil ini, sekali lagi merupakan kemerosotan dibandingkan dengan rekor yang dibuat mereka ketika merebut gelar juara umum di nomor beregu. Waktu itu, Hun dan kawan-kawan bisa menyelesaikan seluruh etape dengan catatan waktu 70 jam 29 menit 58,9 detik. Memang, ada perbedaan antara lomba dua tahun lalu dan lomba yang sekarang--dulu start di Surabaya, finish di Jakarta, sekarang kebalikannya. Tapi, dengan jarak yang sama dan kalau kondisi medan boleh dianggap sama pula, maka secara keseluruhan lomba kali ini bisa dianggap tak memecahkan rekor apaapa. Malah, terjadi kemunduran para pembalap dalam menyelesaikan seluruh etape.Sekalipun begitu pengurus ISSI, tampak cukup puas dengan hasil lomba tersebut. "Sebab, kita belum turun dengan pembalap senior, tapi sudah berhasil membuat prestasi baik di lomba yang sudah diakui Federasi Balap Sepeda Internasional (FIAC)," kata Harry Sapto, ketua umum ISSI. Kini ada empat pembalap senior andalan Indonesia yang memang tak turun di Tour de Jawa ini karena mereka masih berlatih di Lommel, Belgia, sejak dua bulan lalu. Tour de Jawa sendiri dimulai tahun 1958. Kemudian setelah berlangsung yang kedua kalinya tahun berikutnya, arena balap sepeda sepanjang Pulau Jawa itu terhenti. Baru 1983 dihidupkan lagi. Dan yang berlangsung baru-baru ini merupakan perlombaan yang keempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus