Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Juara Yang Belum Anggota Pelatnas

Kurniahu gideon dan hoo djai ging jadi juara nasional'80 di palembang. tokoh-tokoh pelatnas tak ambil bagian dan dipersiapkan untuk kejuaraan bulu tangkis dunia ke-2.

24 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELATIH ternyata bisa main akal, seperti terjadi dalam Kejuaraan Bulutangkis Nasional. Di Palembang dua pekan lalu, Icuk Sugiarto yang dijagoi bakal menjadi kampiun telah tergelincir. Pada saat kedudukan rubber-set (15-10 dan 9-15) pelatihnya memintanya untuk melepaskan peluang, dan memberikannya pada Kurniahu Gideon. "Itu taktik," ungkap asisten pelatih tim Jakarta, Aziz Bakri. "Kami harus memperhitungkan partai ganda." Aziz mengatakan Icuk tiba-tiba terserang flu. Nyatanya Icuk yang kemudian berpasangan dengan Sigit Pamungkas berhasil menyabet gelar setelah menundukkan Undang/Sugeng Subagyo dari Jawa Barat. Andaikata perhitungan keliru? "Ya, risiko," lanjut Aziz. Icuk dan Kurniahu sebetulnya berimhang. Tapi siapakah Kurniahu? Ia, 21 tahun, adalah anak seorang pedagang kelontong di Surabaya. Berlatih di Klub Suryanaga sejak usia 13 tahun, ia mulai dikenal ketika menjadi runer-up untuk nomor tunggal junior dalam Kejuaraan Nasional 1976 di Medan. Lawannya di final waktu itu adalah Icuk. Tahun 1977, atas saran pelatih Zulkarnaen Kurniawan, ayah Rudy Hartono, ia hijrah ke Jakarta. Dan ia bergabung dengan Klub Jaya Raya A. Tapi ke pelatnas ia tetap belum terpanggil. Pelatih Klub Jaya Raya A, Rudy Hartono mengatakan anak asuhannya ini cukup berpotensi untuk menjadi pemain andalan, tapi "buka untuk saat sekarang." Kurniahu memang sudah menjadi juara nasional. "Cuma kelasnya yang bagaimana?" Di Palembang, para tokoh pelatnas seperti Liem Swie King, Lius Pongoh, Hadianto, Hastomo Arbi (putra) serta Ivanna, Verawaty, Tati Sumirah dan Tjan So Gwan (putri) tak ambil bagian. Mereka dipersiapkan untuk Kejuaraan Bulutangkis Dunia ke-2 di Jakarta pekan depan. Yang diperkirakan lebih cepat maju dibanding Kurniahu adalah Icuk, 18 tahun, dari SMA Ragunan, Jakarta. Pernah ia mengikuti latihan bersama di pelatnas dan merepotkan bagi Lius, misalnya. "Satu atau dua tahun lagi ia akan menjadi pemain nasional yang tangguh," kata Ridwan, pelatihnya. Di bagian putri, kampiun nasional adalah Hoo Djai Ging kelahiran Yogyakarta. "Kalau pemain yang ada di pelatnas sekarang ikut, mungkin saya tidak jadi juara," ujarnya. Djai Ging pernah dipanggil memasuki pelatnas putri dua tahun lalu. Ketrampilannya masih di bawah Ivanna dan Verawaty. Tapi "saya akan berusaha menyaingi mereka," tambahnya. Djai Ging, 21 tahun, sehari-hari adal1h kasir Bank Central Asia, dan berlatih di Klub Djarum 76, Semarang. Waktu di Palembang, saingan Djai Ging antara lain Novianti Mawardi, unggulan pertama Kejuaraan Bulutangkis Nasional 1980. Sudah menjadi juara nasional dan warganegara Indonesia, Djai Ging tidak ingin mengganti nama. "Saya takut kalau ganti nama, orang malah nggak tahu," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus