Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kecaman Pedas Dan Tangkisan Kardono

Ketua Umum PSSI Kardono bertatap muka dengan para wartawan, menguraikan prestasi PSSI selama dipimpinnya kompensasi dari kecaman massa & beberapa tokoh yang menyatakan pengurus PSSI bobrok.

18 Januari 1986 | 00.00 WIB

Kecaman Pedas Dan Tangkisan Kardono
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PENGURUS PSSI gagal? Pertanyaan yang seperti mengarah pada kesimpulan itu akhirnya muncul juga dan menjadi ramai pekan lalu, sebagai buntut kekalahan yang "memalukan" PSSI A yang dibantai tim tuan rumah Muangthai 7-0 di SEA Games Bangkok, bulan lalu. Jarang berhasil di turnamen atau kejuaraan internasional dalam dua tahun terakhir ini, rupanya sebuah kemenangan masih sesuatu yang mahal buat PSSI. Kenyataan pahit itu secara tidak langsung sebenarnya sudah diakui sendiri oleh Ketua Umum PSSI Kardono, ketika bertatap muka dengan puluhan wartawan di Sekretariat PSSI, Senayan, Kamis pekan lalu. "Tahun ini kita masih harus membentuk satu tim yang kuat," jawab Kardono ketika ditanya soal target menang itu. Padahal, PSSI sudah merencanakan, tahun ini, ikut sekitar 10 turnamen dan kejuaraan internasional, di antaranya turnamen Piala Raja di Bangkok, Merdeka Games di Kuala Lumpur dan Asian Games di Seoul. Kardono mengundang para wartawan agaknya bukan semata-mata untuk memberi penjelasan itu, melainkan juga untuk menangkis pelbagai kecaman pedas, yang belakangan ini memang bertubi-tubi dilontarkan kalangan sepak bola terhadap kepengurusan yang baru 25 bulan dipimpinnya. Yang paling keras, misalnya, dari eks pemain nasional Ronny Pattinasarany. Bekas libero PSSI ini, tanpa tedeng aling-aling, memang mengecam pengurus yang baru saja gagal memenuhi target KONI di SEA Games XIII itu sebagai pengurus, "Yang mudah goyah, tak tahan kritik, dan paling bobrok selama saya jadi pemain bola." Dalam soal pemakaian pelatih asing, selain Ronny, eks pemain senior lainnya, Soetjipto Soentoro, malah menilai pengurus yang sekarang ini, "Bermental tempe." Sementara itu, eks Ketua Umum PSSI, Bardosono, yang membenarkan ucapan kedua bekas pemain tadi, menambah hangat suasana, tatkala dia menyerukan agar Ketua Umum Kardono, yang dinilainya sudah gagal, "Secara kesatria segera mengundurkan diri." Semua pernyataan keras itu, tak syak lagi, memang menyentak pimpinan PSSI. Kardono sendiri mengaku dia sampai menerima banyak surat dan telepon yang berdering ke rumah dan kantornya, meminta penjelasan. Dan mereka itu semua, katanya, kemudian mendesak agar secepatnya menjawab semua kritik serta kecaman tersebut. Sebab, semua dilontarkan justru oleh kalangan yang dekat dengan PSSI. Dan, katanya lagi, dikemukakan dengan hanya melihat PSSI dari satu sudut pandangan saja. Pendapat itu, karena dimuat di surat-surat kabar, dipastikannya bisa menimbulkan kesan buruk bagi pengurus PSSI. Itulah sebabnya, Kardono bergerak cepat ke dua jurusan: tak hanya mengundang wartawan yang biasa meliput kegiatan sepak bola. Tapi, juga berbicara panjang lebar dengan pemimpin redaksi mereka, beberapa jam sebelum acara tatap muka di Sekretariat PSSI. Sekretaris Militer Presiden ini memang gundah dengan kritik itu. Karena itu, ia jadi terlihat begitu bernafsu membantah semua kecaman yang terpampang jelas di surat kabar. Dengan nada kesal ia mencela Ronny dan Soetjipto yang dianggapnya begitu tega mengeluarkan kata-kata yang kurang santun terhadap PSSI. Selama sekitar satu setengah jam dia kemudian membuka satu per satu catatan pelaksanaan program kerja PSSI yang dituliskannya di setumpuk kartu kecil berwarna merah yang tampak sengaja disiapkannya. Catatan itu panjang. Dan apa boleh buat, para wartawan, akhirnya, jadi seperti peserta kongres: mendengarkan laporan pertanggungjawaban seorang ketua umum PSSI, ketika ia menguraikan satu per satu catatannya itu. Dari keberhasilan pengurus menjalankan semua kompetisi lokal dan penyelenggaraan pelbagai turnamen internasional di dalam negeri, mengikuti semua kegiatan turnamen dan kejuaraan di luar negeri, hingga penyelenggaraan kursus dan pusat pendidikan untuk pemain, pelatih, dan wasit. Ia juga mengatakan sudah turun ke hampir semua provinsi. Di antaranya, untuk meminta kepada para gubernur dan pangdam, dan akhirnya dibantu, misalnya, untuk mengatasi masalah fasilitas stadion seperti yang sudah bisa diatasi Banda Aceh dan Bandung. Sehingga, tambah Kardono, ia bisa puas. Antara lain, karena kerja keras dia dan para pengurus lainnya, semua kompetisi PSSI, yang sebelumnya tak semua bisa dilaksanakan, kini sudah bisa berjalan dengan lancar. "Apa ini bukan prestasi? Apa pengurus yang bobrok bisa melakukan seperti ini?" katanya. Ia kemudian menyebut keberhasilan lain: melengkapi Sekretariat PSSI dengan tambahan telepon, teleks, mesin ketik IBM, televisi, dan penyediaan sarana dokumentasi, seperti video. Tak hanya itu, untuk tugas sosial, katanya, pengurus PSSI sempat juga membantu menangani musibah penggusuran yang pernah menimpa rumah seorang wartawan. Dengan itu semua, Kardono rupanya hendak menunjukkan betapa banyak sebenarnya hal yang sudah dikerjakan PSSI, kendati masih bisa diperdebatkan apakah semua yang dilaksanakannya itu proporsional atau tidak. Yang terang, dan inilah sebenarnya pangkal soal munculnya kritik dan kecaman terhadap pengurus PSSI yang dipimpinnya. mereka hingga kini belum juga berhasil menyodorkan satu tim nasional yang kuat. Terbukti, kecuali PSSI Piala Dunia yang bisa menjadi juara subgrup 3 B one Asia Piala Dunia 1986 - sebelum kemudian gagal merebut tiket ke Meksiko - tak pernah ada satu tim pun produk pengurus yang sekarang ini berhasil menjuarai sekitar 10 turnamen atau kejuaraan internasional selama 1985. Kapan PSSI akan memiliki tim yang kuat? Kepada Rudy Novrianto dari TEMPO Kardono hanya menyebut rencana PSSI untuk mendatangkan pelatih asing. Dari mana dan seperti apa pelatih yang mau didatangkan itu, tak disebutkannya. Cuma, Nugraha Besoes, Sekretaris Umum PSSI, sudah mengakui ada kemungkinan, pelatih teknis Tim Pelajar binaan Departemen P dan K yang baru saja sukses mempertahankan gelar juara Asia, Burkhard Pape dari Jerman Barat, bakal ditarik untuk menangani tim PSSI A. Marah sakti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus