Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kembalinya Sensasi Kelas Berat

Kegairahan tinju kelas berat dunia akan kembali jika pertarungan Deontay Wilder versus Anthony Joshua bisa terwujud. Dibutuhkan promotor sekreatif Don King.

18 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENANGAN technical knockout Deontay Wilder atas petinju Kuba, Luis Ortiz, pada Sabtu tiga pekan lalu makin menguatkan anggapan dialah petinju Amerika Serikat yang sudah lama dinanti-nanti setelah era kejayaan Mike Tyson. Kemenangan Wilder, yang memegang gelar kelas berat World Boxing Council (WBC), itu menjadi jembatan menuju ladang yang lebih memberi harapan.

Wilder harus mengalahkan petinju kelas berat terbaik saat ini dari Inggris, Anthony "AJ" Joshua, pemegang gelar kelas berat World Boxing Association (WBA) dan International Boxing Federation (IBF). "Ini baru permulaan. Senang rasanya menjadi juara dunia WBC, tapi saya harus mendapatkan lebih dari ini," kata Wilder setelah menjadi juara dunia dengan menang angka atas juara bertahan Bermane Stiverne dalam pertarungan 12 ronde di MGM Grand Arena, Las Vegas, Amerika, 18 Januari 2015.

Wilder menghapus dahaga warga Amerika Serikat akan sosok juara kelas berat. Ia adalah petinju Amerika pertama yang menjadi juara dunia kelas berat sejak Shannon Briggs kehilangan gelar versi World Boxing Organization (WBO) setelah kalah oleh petinju Rusia, Sultan Ibragimov, pada 2007. Promotor Wilder, Louis John "Lou" DiBella, mengatakan kekuatan pukulan Wilder tak terbantahkan. Menurut dia, hal itu membuat Wilder yakin dengan gaya bertarung terbuka seperti yang ia perlihatkan sekarang. "Orang mengkritiknya sebagai kesalahan besar, tapi itu biasa, karena dalam tinju profesional orang bebas mengkritik," ujar DiBella.

Jika pertarungan Wilder versus Joshua bisa terwujud, kegairahan tinju kelas berat akan kembali karena keduanya punya reputasi dan personifikasi yang layak dijual. Jika ingin membuat kelas berat benar-benar meledak lagi, di dalam ataupun di luar ring, diperlukan promotor sekreatif Don King. Sayang, Wilder hanya berada di tangan promotor level menengah, yang bekas pekerja stasiun televisi. Buktinya, Wilder belum mendapatkan kontrak televisi, belum bertarung menghadapi lawan level A, bahkan baru sekali bertanding di Las Vegas, Mekah-nya tinju dunia, meskipun ia orang Amerika Serikat.

Tinju kelas berat di era modern tidak dapat dilepaskan dari sosok Don King. Promotor yang bekas narapidana kasus pembunuhan ini semula hanya mendompleng popularitas Muhammad Ali, yang lebih dulu terkenal. Awalnya King meminta Ali tampil dalam kegiatan penggalangan dana untuk rumah sakit di Cleveland, Ohio.

Kegiatan itu sukses besar dan King ketagihan. Pada 1974, ia mengajukan ide gila untuk mementaskan Ali melawan juara kelas berat saat itu, George Foreman. Berkat kehebatan lobinya, King memperoleh sponsor dari pemerintah Zaire-kini bernama Republik Demokratik Kongo-yang saat itu dipimpin Presiden Mobutu Sese Seko. Pertarungan yang digelar di Kinshasa itu bertajuk "Rumble in the Jungle". Total bayaran kedua petinju merupakan rekor saat itu, yaitu US$ 10 juta (sekitar Rp 138 miliar untuk kurs saat ini). Ali berhasil memukul jatuh (KO) Foreman dan menjadi juara dunia kelas berat untuk kedua kalinya. Sebelumnya, Ali dikalahkan Joe Frazier dan gelarnya melayang.

Nama King pun mendadak terkenal sebagai promotor hebat. Ia menjadi lekat dengan Ali dan tinju kelas berat. Ia meniru gaya Ali berbicara di depan media, yang penuh nada sesumbar. Tinju kelas berat adalah King dan King adalah tinju kelas berat. Promotor itu lantas terus mempromosikan semua pertarungan Ali, mulai melawan Chuck Wepner setelah melawan Foreman pada 1975 hingga pertarungan terakhir petinju berjulukan "The Greatest" itu melawan Trevor Berbick pada 1981 di Nassau, Bahama.

"Saya tidak mempromosikan tinju, tapi mempromosikan orang. Tinju hanya katalis untuk orang-orang yang saya promosikan agar saling berkumpul dan bertemu," begitu King selalu berkata soal kiprahnya sebagai promotor tinju.

Faktanya memang begitu. Setelah Ali pensiun pada 1981, King masih mendapatkan bibit-bibit petinju kelas berat yang bisa ia eksploitasi, dari Larry Holmes, Gerry Cooney, Evander Holyfield, hingga Mike Tyson. Bahkan King merambah ke kelas kecil ketika ia mengurusi legenda tinju Meksiko di kelas ringan, Julio Cesar Chavez, pada awal 1990-an.

King mampu membuat tinju kelas berat di Amerika Serikat begitu hidup dan glamor. Bahkan seorang petinju yang tak banyak omong dan tidak terkenal seperti Larry Holmes pun mampu bertahan sebagai juara kelas berat dunia selama tujuh tahun (1978-1985). Holmes pensiun setelah dikalahkan Michael Spinks pada 1985, tapi King tidak kehilangan bintang. Ia menemukan sosok kontroversial dalam diri Mike Tyson. King pun mengeksplorasi Tyson hingga membuat dunia terbelalak.

Pada 1986, Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda sepanjang sejarah pada usia 20 tahun 5 bulan. Dalam laga yang digelar King di Hotel Hilton, Las Vegas, Tyson menyudahi perlawanan juara bertahan versi WBC asal Kanada, Trevor Berbick, lewat kemenangan KO pada ronde kedua.

Tyson kemudian dihadapkan dengan James "Bonecrusher" Smith, sang juara versi WBA. Smith cukup beruntung mampu bertahan tidak KO menghadapi Tyson, meskipun harus keluar dari ring dengan tulang pipi retak.

Setelah Smith beres, King lantas membawa Tyson melumat juara versi IBF, Tony Tucker. Meskipun bertubuh lebih besar, Tucker bertanding seperti orang ketakutan di hadapan Tyson. Lantaran lebih banyak memeluk ketimbang memukul, Tucker hanya kalah angka. Tyson pun menjadi juara dunia kelas berat sejati setelah menguasai gelar versi WBA, WBC, dan IBF.

Era Tyson mulai surut pada awal 1990-an setelah kalah KO oleh James "Buster" Douglas di Tokyo, Jepang. Ditambah kasus pemerkosaan yang membuatnya dipenjara selama tiga tahun pada 1992. Toh, King masih berusaha mengangkat Tyson selepas dari penjara. Diawali pemanasan melawan Peter McNeely hingga pertarungan perebutan gelar juara kelas berat melawan Evander Holyfield pada 1996 dan 1997. Tyson kalah dalam dua kali laga itu dan akhirnya namanya benar-benar tenggelam.

Selepas era Tyson, King seperti kehilangan kendali di kelas berat. Petinju kelas berat Amerika surut karena dua faktor utama: kiprah mereka di amatir tidak lagi dipantau stasiun televisi dan munculnya para orang kaya baru dari Eropa Timur setelah Uni Soviet berantakan. Kekuatan ekonomi baru di Eropa Timur mendorong ekspansi petinju-petinju kelas berat dari bekas Uni Soviet dan sekutunya ke Amerika Serikat.

Muncullah nama Klitschko bersaudara, Vitali dan Wladimir. Mereka mengambil kekosongan bintang tinju kelas berat Amerika setelah era Tyson berakhir. Klitschko bersaudara menguasai tinju kelas berat berkat teknik berkualitas bintang lima. Keduanya punya reputasi amatir hebat, bahkan Wladimir adalah juara Olimpiade Atlanta 1996. "Hanya ada dua kelas di dalam tinju profesional, yaitu kelas berat dan yang lainnya," ujar Vitali dalam sebuah wawancara media di negaranya. Mantan juara kelas berat WBC asal Ukraina yang kini menjadi Wali Kota Kiev itu mengatakan ia hanya mengulangi ucapan Don King.

Meskipun punya teknik hebat dan mampu menguasai kelas berat hampir 15 tahun, Klitschko bersaudara tidak membuat tinju kelas berat bergairah. Mereka hebat di atas ring, tapi personifikasi keduanya sebagai petinju terpelajar sungguh tak membuat kelas berat bergairah. Klitschko bersaudara terlalu sopan untuk dunia tinju, meskipun mereka hebat dari sisi teknik.

Era Klitschko dengan segala kekakuannya mulai berakhir pada 2015 dan Amerika Serikat mendapatkan juara baru dalam diri Deontay Wilder. Peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 ini berusaha menunjukkan personifikasi petinju ugal-ugalan melalui gaya bicaranya yang ceplas-ceplos serta penampilan di atas ring yang ganas dan terkesan tak berteknik.

Donny Winardi (cbs Sports, The Ring, Time, Boxrec)


Peringkat Dunia Tinju Kelas Berat

WBA

Juara: Anthony Joshua (Inggris)

Penantang:
1. Luis Ortiz (Kuba)
2. Alexander Ustinov (Rusia)
3. Fres Oquendo (Puerto Riko)
4. Manuel Charr (Jerman/Suriah)
5. Alexander Povetkin (Rusia)

WBC

Juara: Deontay Wilder (Amerika Serikat)

Penantang:
1. Dillian Whyte (Inggris)
2. Dominic Breazeale (Amerika Serikat)
3. Luis Ortiz (Kuba)
4. Andy Ruiz (Amerika Serikat)
5. Mariusz Wach (Polandia)

IBF

Juara: Anthony Joshua (Inggris)

Penantang:
1. (Kosong)
2. Kubrat Pulev (Bulgaria)
3. Dillian Whyte (Inggris)
4. Christian Hammer (Jerman/Rumania)
5. Jarrell Miller (Amerika Serikat)

WBO

Juara: Joseph Parker (Selandia Baru)

Penantang:
1. Christian Hammer (Jerman/Rumania)
2. Tom Schwarz (Jerman)
3. Dominic Breazeale (Amerika Serikat)
4. Jarrell Miller (Amerika Serikat)
5. Dillian Whyte (Inggris)

Sumber: Wba, Wbc, Ibf, Wbo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus