MENURUT rencana Agustus mendatang dia akan berada di Indonesia.
Tujuannya ganda: untuk menyaksikan Kejuaraan Bulu tangkis
Terbuka Indonesia dan buka bisnis alat-alat olah raga di
Jakarta. Tetapi jalan hidup Svend Pri ditentukan lain. Dia
meninggal dengan mendadak dalam usia 37 tahun, 9 Juni lalu.
Buat orang-orang bulu tangkis Indonesia, Svend Pri terlihat
terakhir kali dalam Kejuaraan Dunia di Kopenhagen, awal Mei yang
baru lalu. Dia muncul sebagai penonton biasa. Satu di antara dua
orang anaknya kelihatan mendampinginya selama mengikuti
pertandingan tersebut.
Ketika pertandingan sedang istirahat ia kelihatan berbicara
serius dengan Rudy Hartono. "Pri menyatakan keinginannya ke
Indonesia," cerita maestro bulu tangkis Indonesia itu kepada
wartawan TEMPO, Lukman Setiawan, yang berada di Kopenhagen
meliput kejuaraan dunia tadi.
Dalam pembicaraan dengan Rudy itu, Pri menyatakan niatnya untuk
mencari kemungkinan berusaha di Indonesia. Terutama dalam bisnis
alat-alat olah raga. Tetapi dari pembicaraan dengan Rudy itu
juga tersembul masalah yang bersifat lebih pribadi. Pemain
Denmark itu rupanya sedang mengalami krisis rumah tangga. Timbul
ketidakcocokan dengan istrinya, Tofe.
Begitu memuncaknya pertikaian itu, sampai tersiar kabar Pri
mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadi tangannya di kamar
mandi.
Sejak kemelut yang menghantam rumah tangganya itu, Pri sering
terlihat mabuk-mabukan. Tidak jarang dia menelan obat penenang
untuk meredam kegelisahan. Kematiannya pekan kemarin itu tidak
jelas sebab-musababnya, tetapi menurut kalangan bulu tangkis di
Jakarta, mungkin sekali karena bunuh diri.
Svend Pri pertama kali dikenal orang ketika dia masih bernama
Svend Andersen. Mula-mula dia merebut gelar All England untuk
partai ganda berpasangan dengan Nyonya U. Strand. Kemenangan itu
berulang kembali tahun 1971 dan 1972.
Tapi puncak prestasinya dia capai di Senayan, Jakarta, tahun
1974 ketika dia menundukkan Rudy Hartono dalam final Piala
Thomas. Meskipun Denmark kalah 1-8, kemenangannya atas Rudy
sulit dilupakan. Tahun berikutnya dia pula yang muncul untuk
menahan Rudy Hartono sehingga bintang Indonesia itu gagal tampil
sebagai juara single All England berturut-turut 8 kali.
Permainan Pri termasuk keras dan cepat. Ia tak suka bertele-tele
dengan rally. Ia selalu ingin mempersingkat permainan dengan
hunjaman smash atau backhand flick yang terarah. Ia turun ke
gelanggang bagaikan aktor naik panggung. Ia kuasai publik dengan
sikapnya yang kocak dan tak segan memarahi diri sendiri kalau
dia membuat kesalahan. "Mentalnya kuat menghadapi publik Jakarta
yang cukup kejam. Ia tak terpengaruh sedikit pun," kata Rudy
melukiskan pertarungannya yang bersejarah dengan Pri, 9 tahun
yang silam.
Kalau bertarung di Jakarta ia selalu memilih Interhouse Hotel di
bilangan Kebayoran Baru. Di muka hotel itu ia sering terlihat
nongkrong sambil melahap paling sedikit 50 tusuk sate ayam dan
menenggak berbotol-botol bir. Kalau penggemarnya berkunjung dia
sambut dengan ramah. Orang senang karena dia suka bercanda.
"Sikapnya di gelanggang yang tak pernah terpengaruh oleh
ketinggalan atau kemenangan angka, membuat Pri sebagai pemain
yang pantas disegani," kenang Rudy Hartono. Maksudnya, pemain
Denmark ini tetap tidak tergoyahkan sekalipun dalam keadaan
krisis. Dalam keadaan tertekan dia masih bisa menampilkan humor.
Siapa yang menyangka di dalam diri yang periang, urakan, dan
penuh optimistis ini tergores juga keputusasaan. Kalau memang
benar dia mati bunuh diri, sebagaimana diduga banyak temannya
....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini