BOCAH dengan raket di tangan itu hampir tiap malam memberikan
harapan yang sedap bersama Indomilk. "Saya ingin jadi juara,"
teriaknya pada pirsawan siaran niaga TVRI.
Ketika tim bulutangkis Indonesia gagal beruntun mempertahankan
supremasi dalam dwilomba Indonesia-RRC (Februari) di Singapura
serta turnamen All England (Maret di London, masyarakat
teringat kembali pada usaha Indomilk. Tahun 1977, perusahaan
susu ini mensponsori coaching clinic di Jakarta bagi 10 pemain
dari 5 kota. Instrukturnya adalah Rudy Hartono, juara All
England 8 kali.
Syahrial Djalil, direktur AdForce, biro iklan yang menangani
promosi Indomilk pernah menyebut 10 pemain terpilih tersebut
sebagai kandidat pengganti Rudy. Mereka adalah Oei Hoei Kiat,
Irham Thung (Ujungpandang), Lim Yu Tjong, Pang Kwang Ming
(Surabaya), Jimmy Gunawan, Adang Suherman (Bandung), Arusan
Aswi, Kemas Irianto Agus (Palembang), Sugeng Handoyo, St'rian
Wiyatno (Medan).
Menikah
Ternyata setelah 2 tahun mereka masih belum muncul. Arusan
mengutarakan bahwa sistem latihan yang diberikan Rudy sukar
untuk diterapkannya kemudian di Palembang. Alasannya antara lain
kondisi ekonomi keluarganya tidak memungkinkan dirinya
mendapatkan makanan bergizi tinggi. Kesulitan lain ialah di
Palembang tiada kawan berlatih yang seimbang.
Sugeng Handoyo mengatakan ia tak punya peluang untuk mengikuti
turnamen bulutangkis bermutu. Hingga ia tak meningkatkan
frekuensi latihannya. "Capek-capek latihan kalau tak ada
pertandingan, ya, buat apa?" katanya.
Walau demikian Sugeng, kini karyawan Adpel Belawan, masih
memanfaatkan petunjuk yang pernah diberikan Rudy. Kini bergabung
dengan Klub Pusri ia tetap berlatih 5 kali seminggu. Untuk
latihan fisik, ia minta bantuan pelatih atletik, Martin Torek.
Ia awal minggu ini berkesempatan melawan tim karyawan pelabuhan
se-ASEAN di Bangkok.
Jimmy Gunawan pernah mencoba menerapkan petunjuk yang
diperolehnya dari coaching clinic selama beberapa bulan.
Akibatnya, ia tinggal kelas. Usianya kini 20 tahun. "Dalam
kelompok junior saja, ia belum bisa bicara banyak. Sekarang ia
sudah harus pindah ke kelompok senior," komentar Tatat Budiman,
pelatihnya di Bandung. Jimmy bergabung dengan Klub Mutiara --
perkumpulan yang melahirkan pemain nasional Christian Hadinata.
"Cita-cita saya untuk menjadi pemain top selalu terbentur dengan
soal sekolah," ucap Jimmy yang masih duduk di kelas II SMA.
Lim Yu Tjong sedikit beruntung. Sekembali dari Jakarta, ia
diasuh oleh antara lain Zulkarnaen Kurniawan, ayah Rudy. Ini
dimungkinkan lantaran Lim bergabung dengan Klub Suryanaga,
Surabaya. Namun ia tak punya kawan berlatih yang seimbang. Pang
Kwang Ming, rekannya sekota yang juga pernah dibimbing Rudy,
selepas mengikuti kejuaraan daerah tahun 1978 tak terdengar lagi
beritanya.
Beberapa nama lain, seperti Adang Suherman, misalnya, sudah
menikah. Sedang Kemas Irianto sejak kepindahannya ke Jakarta
(1978) tak pula terdengar aktif.
Ketua Bidang Pembinaan PBSI, P. Sumarsono, mengutarakan program
yang disponsori Indomilk baru bisa memberikan hasil positif jika
diselenggarakan dalam tempo yang panjang. Sedang di tahun 1977
dana yang mereka peroleh cuma untuk kebutuhan sepekan. "Tak
mungkin untuk melahirkan juara dalam tempo seminggu," kata Rudy.
Sesudah itu, Indomilk menggoda calon juara lewat layar teve
saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini