Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kroasia adalah kuda hitam sejati di Piala Dunia 2018. Mereka terus membuat kejutan. Padahal, sebelumnya, hampir tak ada orang yang berpikir mereka akan finis di laga pamungkas. Termasuk pendukung mereka di negeri Semenanjung Balkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun perjalanan Kroasia ke final terbilang melelahkan. Tim berjulukan Vatreni itu harus tiga kali menjalani laga dengan tempo 120 menit-90 menit waktu normal ditambah 30 menit babak tambahan-yakni saat melawan Denmark di babak 16 besar, Rusia di fase perempat final, dan Inggris di semifinal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak aneh bila terbit lelucon yang menyebutkan bahwa durasi sepak bola Kroasia lebih lama, bukan dua kali 45 menit, melainkan dua kali 60 menit. Hebatnya lagi, di ketiga laga itu Kroasia selalu dalam kondisi tertinggal lawan. Seperti bagian akhir sebuah film, hasil indah selalu jadi penutup cerita Kroasia di ketiga laga tersebut.
Kemenangan terakhir 2-1 atas Inggris berarti banyak bagi Kroasia. Ini menjadi pertandingan final pertama mereka di Piala Dunia. Hasil ini juga berarti melampaui prestasi terbaik Kroasia sebelumnya, yakni juara ketiga Piala Dunia 1998. Lebih manisnya, kemenangan atas Inggris adalah jawaban telak terhadap suara sumbang yang meremehkan Kroasia.
Ya, media-media Inggrislah yang lebih dulu menciptakan bara di laga Tiga Singa melawan Kroasia. Sejumlah pengamat dan ahli sepak bola memprediksi Inggris bakal menang di babak semifinal. Sayangnya, di balik dukungan itu, mereka kebablasan meremehkan Kroasia.
"Oke, kami terima semua perkataan mereka. Mereka bilang kami kelelahan dan sebagainya. Cara mereka meremehkan kami adalah sebuah kesalahan besar," kata gelandang serang Kroasia, Luka Modric.
Cibiran tersebut rupanya menambah motivasi bagi Modric dan kawan-kawan. Buktinya, justru tim Inggris yang gelagapan di babak kedua hingga tambahan waktu.
"Bahkan, sebenarnya kami hampir saja mengunci kemenangan dalam 90 menit. Kami unggul secara fisik dan mental. Berkaca dari hasil ini, seharusnya mereka tidak congkak dan bisa menghormati lawan," kata Modric.
Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic, bangga luar biasa atas penampilan anak didiknya yang sanggup memutarbalikkan nasib Inggris. Pelatih 51 tahun itu sungguh kagum atas tekad kuat pemainnya yang enggan diganti ketika memulai babak tambahan waktu.
"Ketika saya ingin mengganti pemain, mereka sepakat menjawab 'saya masih sanggup, pelatih. Saya masih kuat berlari.' Saya bangga sekali. Para pemain tak mau menyerah meski, jujur, mereka semua kelelahan," kata Dalic.
Sudah beres dengan Inggris, kini Kroasia mengincar trofi Piala Dunia. Mereka tak ingin setengah- setengah memperbaiki rekor di Piala Dunia de-ngan hanya menjadi juara kedua. Juara satu sudah jadi harga mati.
"Ini momentum yang kami tunggu bertahun-tahun. Kini kami sangat dekat dengan trofi emas Piala Dunia. Kami bertekad akan lakukan segalanya demi trofi itu," kata penyerang Mario Mandzukic. THE GUARDIAN | BBC | INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo