DALAM turnamen SEA Games di Kuala Lumpur, Nopember lalu,
Kesebelasan Indonesia memang tak terkalahkan. Mencatat
serangkaian kemenangan atas Malaysia (2-1), Brunei (4-0) selain
Pilipina (1-1) -- pada penyisihan pool, dalam pertandingan
lanjutan lawan semi-finalis Muangthai skor juga menunjukkan
angka sama (1-1) ketika permainan yang ricuh dihentikan oleh
Wasit Othman Omar dari Malaysia.
Ekor kericuhan itu akhirnya menempatkan Indonesia lawan Burma
untuk medali perunggu, tapi pertandingan batal karena Indonesia
menolak. "Di lapangan kita tak pernah kalah. Lihat saja
bukti-buktinya," kata manajer tim sepakbola, Acub Zainal. "Kita
kalah llanya karena wasitnya berat sebelah."
Kurang Darah
Betulkah tim Indonesia merupakan kesebelasan yang tangguh?
Di stadion utama Senayan, Jakarta, 25 Desember lalu, rasa
penasaran untuk melihat kenyataan permainan tim nasional itu
telah mengundang sekitar 25.000 pengunjung guna melihat langsung
ketrampilan Iswadi dkk. Turun dengan pemain inti SEA Games
(kecuali Robby Binur), ternyata wajah permainan PSSI masih tak
berubah. Menurun malah. Kesebelasan tamu, Dynamo Zagreb dari
Yugoslavia, yang dalam perlawatan di Hongkong dibikin tak
berkutik oleh para pemain koloni Inggeris itu, di sini justru
merajalela.
Di awal permainan saja trio penyerang
Kranjcar-Mustadanagic-Zupetic telah mengobrak-abrik pertahanan
kwartet Oyong-Suaeb-Auri-Rumahpasal. Dan selalu mengancam gawang
Ronny Pasla. Menjelang turun minum, 4 gol bersarang di jala
PSSI.
Bagi PSSI, pengecilan angka kekalahan itu hanya dimungkinkan
oleh tendangan penalti. Betapa tidak. Di barisan depan, masuknya
Robby Binur di posisi kanan luar sama sekali tidak menghidupkan
permainan. Ia memang sering mendapat bola, tapi seolah tidak
tahu harus berbuat apa. Operannya tak pernah mantap di kaki
kawan --apalagi untuk mengharap bisa mengancam gawang Dynamo
Zagreb yang dijaga oleh Stincic.
Di sisi kiri, tugas yang diserahkan kepada Andi Lala untuk
menciptakan penghalang bagi Risdianto pun berakhir serupap. Andi
hampir tak pernah lolos dari back kanan Devcic. Bentuk kerjasama
yang tidak berbentuk ini sudah tentu makin mematikan gerak
Risdianto yang terkenal agak malas mencari bola. Bagaimana
mungkin Risdianto berimprovisasi mengancam gawang lawan, jika
bola hanya hampir pernah melekat mantap di kakinya?
Kelemahan barisan penyerang dalam membuka peluang ini tak lepas
pula dari kekurang-mantapan barisan penghubung
Iswadi-Junaidi-Anjas. Sering serangan yang mereka bangun dengan
baik dari bawah kandas di garis tengah lapangan. Karena gerak
mereka dapat dengan mudah dibaca lawan. Bahkan penggantian Anjas
dengan Sofyan Hadi tak merobah pola sama sekali. Mereka masih
bermain dengan operan-operan panjang atau melambung. Padahal
rata-rata pemain Eropa trampil sekali mencegat bola yang
demikian.
Kalau saja mereka mencoba bermain cepat dengan operan pendek,
keadaannya mungkin akan laim Tapi untuk hermain dengan pola
demikian tuntutan stamina pun tinggi -- dan inilah yang tidak
terlihat ketika kemarin. Nyaris semua pemain PSSI bermain
seperti kurang darah -- lesu.
Vitamin D
Lumpuhnya gerak di lini tengah, menyebabkan ancaman total ke
daerah pertahanan tak terelakkan. Dalam keadaan demikian
kepanikan dari poros halang Oyong Liza yang mengatur pertahanan,
sulit dihindarkan. Tidak heran jika ia sering mencari kaki lawan
daripada bola guna menyelamatkan benteng. Cara yang kasar itu
semula mungkin diharap membuat lawan gentar. Ternyata penyerang
Dynamo Zagreb tidak sebodoh yang mereka duga. Mereka hampir tak
pernah membuka serangan dari tengah. Selalu dari pinggir. Dan
cepat.
Kepanikan pemain belakang PSSI (termasuk Kiper Ronny Pasla)
tampak makin meninggi ketika gol-gol datang beruntun. Sementara
balasan yang diharap dari trio Risdianto-Robby-Lala tak juga
lahir. Tidak aneh jika semangat juang tim jadi mengendor.
Padahal menangnya Indonesia lawan Malaysia di Kuala Lumpur
sahamnya adalah semangat yang menyala-nyala itu. Angka aknir 5-1
membuktikan bahwa daya juang PSSI itulah yang merosot. Adakah
ini lantaran kekurangan 'vitamin D', alias uang saku?
Wallahualam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini