Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Penggemar PSSI Mau Diaudit

Diskusi panel dengan tema "membangun kembali sepak bola nasional" yang diprakasai siwo/pwi menyuguhkan masalah sepak bola bayaran. ketua komisi pembinaan sepak bola prof, diangkat kadir yusuf. (or)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KWARTAL pertama masa kepengurusan Ali Sadikin tampaknya belum beranjak dari kesuraman. Menang 1 dari Spartak Moskow, mengalahkan Kesebelasan Malaysia 2-1, seri dan ricuh lawan Thailand 1-1, hari Natal kemarin kembali Iswadi dkk dikalahkan oleh Dynamo Zagreb 1-5. Namun demikian, di balik prestasi yang kurang meyakinkan itu, terjadi pula peristiwa yang bersejarah. Atas prakarsa SIWO/PWI Pusat pertengahan Desember lalu telah diselenggarakan diskusi panel dengan tema "Membangun Kembali Sepakbola Nasional." Pelbagai kalangan olahraga diundang, termasuk juga pejabat pemerintah dan eks pengurus PSSI, yang menyampaikan saran-saran tentang perbaikan organisasi dan tim nasional. Dalam diskusi itu soal sepakbola bayaran yang disuguhkan beberapa pemrasaran ternyata merupakan hidangan yang hangat. Meskipun secara en bloc pihak PSSI ogah menerimanya. Ali Sadikin dengan gamblang bertanya pada hadirin apakah tim Burma dan Korea Selatan itu prof? Tentu saja "amatir." Tapi dalam soal pembinaannya? Tak ada yang menanyakan, apalagi menjawab. Panel diskusi yang dipimpin oleh Prof. Bachtiar Rivai sebagai moderator akhirnya menampilkan Kadir Yusuf, kolomnis Kompas, sebagai Ketua Komisi Pembinaan Sepakbola Prof jabatan yang sampai waktu itu masih lowong. Apa yang bisa diperbuat tokoh bola yang berusia 6 tahun itu? "Tunggu saja tahun depam Sekarang semuanya kan sibuk dengan Natal dan Tallun Baru," kata bekas Komisi Teknik Persija itu. "Bila saya mati, mata saya takkan meram kalau sepakbola bayaran belum lahir di Indonesia," ia pernah berkata begitu. Ia menganggap, sepakbola bayaran adalah senjata untuk meningkatkan mutu sepakbola Indonesia. Dan potensi itu ada. Tergantung dari kemauan pilnpinan PSSI sendiri. Sementara itu panel diskusi itu menarik pula perhatian beberapa tokoh KONI Pusat. Ada yang mengatakan bahwa lepas dari materi diskusi, PSSI di bawah Ali Sadikin telah membuka diri bagi orang-bukan-sepakbola. "Baru pertama kali ini terjadi, orang luar seperti Prof Bachtiar bisa diterima oleh mereka. Biasanya PSSI selalu menutup diri dari unsur-unsur luar," kata seorang pimpinan KONI. Ketika ketua SIWO/PWI Pusat, Sondang Meliala, pertama melemparkan gagasan panel diskusi itu, memang terdengar reaksi dari pengurus PSSI tertentu yang berbau prasangka. Seolah ada orang-luar yang ingin mencampuri urusan intern PSSI. Oleh karena itu momentum di bawah kepemimpinan Ali Sadikin ini hendak dimanfaatkan oleh pihak KONI untuk menjajagi keadaan publik sepakbola Indonesia. "Kita ingin sekali menyelami sampai di mana fanatisme sepakbola di Indonesia, apresiasi penonton terhadap peraturan dan tingkah-laku mereka sebagai massa penonton," kata seorang pimpinan KONI lainnya yang menilai bahwa maju-mundurnya sebuah cabang olahraga tak lepas dari dukungan yang diberikan penggemarnya. Sayangnya biro pengumpulan pendapat yang dimaksud belum lazim seperti halnya biro riset yang mengaudit pembaca majalah atau koran. Tapi nampaknya ke arah itu pihak KONI akan menuju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus