Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Lawannya Lebih Bodoh

Tim piala davis Indonesia memastikan diri maju ke babak berikutnya setelah melengkapi kemenangan 3-0 atas Taiwan di Senayan. Lawan berikutnya adalah regu India. (or)

11 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI stadion tenis Senayan, Jakarta, tim Piala Davis Indonesia memastikan diri maju selangkah lagi. Pasangan Atet Wiyono/Gondowijoyo melengkapi kemenangan regu menjadi 3 - 0 ketika melawan pemain ganda Taiwan, Hsu Huang Jung/Wung Chang Rung. Dua kemenangan terdahulu dicatat oleh Yustejo Tarik dan Atet Wiyono dalam partai tunggal mengalahkan -- pemain yang sama. Pertandingan babak penyisihan Piala Davis itu dimainkan dalam 5 partai, 4 tunggal dan 1 ganda, yang berakhir dengan skor 4 - 0 dihari ketiga, 5 Nopember, walaupun 1 pertandingan tak diselesaikan. Namun tingkat ketrampilan tim Indonesia tampak sulit untuk dijadikan jaminan guna melangkah ke semi final. Lawan berikutnya, di ronde ketiga, adalah regu India. Pertandingan mungkin diadakan di New Delhi. Tanggalnya belum pasti. Kekuatiran terhadap kemampuan regu Indonesia bukan hanya disebabkan akan bertanding di kandang lawan, juga lantaran musuh memiliki pemain-pemain kaliber internasional, seperti Amriraj, yang sudah mengantongi pengalaman di Wimbledon. Bekas pemain nasional, Sugiarto, tak ayal menilai tipis peluang Indonesia. "Kalau pun Amriraj tak ikut, mereka (di New Delhi) toh masih memiliki sejumlah pemain lain yang setaraf," kata Sugiarto. Kecemasan terhadap kebolehan pemain Indonesia tak hanya terbatas pada ruang lingkup Piala Davis. Dalam Asian Games VIII di Bangkok, 9 s/d 20 Desember, diperkirakan tim Indonesia juga akan ketemu regu India. Belum lagi terhitung tim Jepang maupun Iran. Dalam Asian Games VII di Teheran, tahun 1974, Iran berhasil mengantongi medali emas untuk partai tunggal tenis atas nama Akbari. Persatuan Lawan Tennis Indonesia (PELTI) menyadari kelemahan itu. Umpamanya PELTI telah mendatangkan Brian Connors, pelatih dari Australia. Tapi dalam waktu singkat, tentu saja, tempaan Connors belum kelihatan hasilnya dalam pertandingan Piala Davis kemarin. Dari permainan Tarik melawan Hsu Huang Jung atau Wu Chang Rung, misalnya, tak ada sesuatu yang istimewa. Malah Tarik sering membuat penonton menarik nafas lantaran cemas. "Untung lawannya lebih bodoh," komentar Ketua Umum PELTI, Jonosewojo berulang kali. Menurut Connors, untuk memperbaiki pola permainan seseorang dalam tempo pendek agak sulit. "Meski demikian, saya tetap mencobanya," ucap Connors, yang akan melatih selama 2 bulan. Mungkinkah, dengan kenyataan yang ada sekarang, tim Indonesia masih akan mampu membuat kejutan di AG VIII nanti? "Kenapa tidak," kata Jonosewojo sambil menyebutkan faktor undian, dan lain sebagainya yang ikut menentukan dalam permainan tenis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus