DARI stadion tenis Senayan, Jakarta, tim Piala Davis Indonesia
memastikan diri maju selangkah lagi. Pasangan Atet
Wiyono/Gondowijoyo melengkapi kemenangan regu menjadi 3 - 0
ketika melawan pemain ganda Taiwan, Hsu Huang Jung/Wung Chang
Rung. Dua kemenangan terdahulu dicatat oleh Yustejo Tarik dan
Atet Wiyono dalam partai tunggal mengalahkan -- pemain yang
sama.
Pertandingan babak penyisihan Piala Davis itu dimainkan dalam 5
partai, 4 tunggal dan 1 ganda, yang berakhir dengan skor 4 - 0
dihari ketiga, 5 Nopember, walaupun 1 pertandingan tak
diselesaikan. Namun tingkat ketrampilan tim Indonesia tampak
sulit untuk dijadikan jaminan guna melangkah ke semi final.
Lawan berikutnya, di ronde ketiga, adalah regu India.
Pertandingan mungkin diadakan di New Delhi. Tanggalnya belum
pasti. Kekuatiran terhadap kemampuan regu Indonesia bukan hanya
disebabkan akan bertanding di kandang lawan, juga lantaran musuh
memiliki pemain-pemain kaliber internasional, seperti Amriraj,
yang sudah mengantongi pengalaman di Wimbledon.
Bekas pemain nasional, Sugiarto, tak ayal menilai tipis peluang
Indonesia. "Kalau pun Amriraj tak ikut, mereka (di New Delhi)
toh masih memiliki sejumlah pemain lain yang setaraf," kata
Sugiarto.
Kecemasan terhadap kebolehan pemain Indonesia tak hanya terbatas
pada ruang lingkup Piala Davis. Dalam Asian Games VIII di
Bangkok, 9 s/d 20 Desember, diperkirakan tim Indonesia juga akan
ketemu regu India. Belum lagi terhitung tim Jepang maupun Iran.
Dalam Asian Games VII di Teheran, tahun 1974, Iran berhasil
mengantongi medali emas untuk partai tunggal tenis atas nama
Akbari.
Persatuan Lawan Tennis Indonesia (PELTI) menyadari kelemahan
itu. Umpamanya PELTI telah mendatangkan Brian Connors, pelatih
dari Australia. Tapi dalam waktu singkat, tentu saja, tempaan
Connors belum kelihatan hasilnya dalam pertandingan Piala Davis
kemarin. Dari permainan Tarik melawan Hsu Huang Jung atau Wu
Chang Rung, misalnya, tak ada sesuatu yang istimewa. Malah Tarik
sering membuat penonton menarik nafas lantaran cemas. "Untung
lawannya lebih bodoh," komentar Ketua Umum PELTI, Jonosewojo
berulang kali.
Menurut Connors, untuk memperbaiki pola permainan seseorang
dalam tempo pendek agak sulit. "Meski demikian, saya tetap
mencobanya," ucap Connors, yang akan melatih selama 2 bulan.
Mungkinkah, dengan kenyataan yang ada sekarang, tim Indonesia
masih akan mampu membuat kejutan di AG VIII nanti? "Kenapa
tidak," kata Jonosewojo sambil menyebutkan faktor undian, dan
lain sebagainya yang ikut menentukan dalam permainan tenis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini