Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tidak untung-untungan dari indonesia

Koni pusat memutuskan, sepak bola tidak diikuntukan ke asian games viii. dalam memilih utusan yang mewakili indonesia pada pesta olah raga ini, 40% atlit dari berbagai cabang yang dipelatnaskan tersisih. (or)

11 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK, sekali lagi tidak," demikian KONI Pusat. Maka sepakbola pasti tak akan diberangkatkan ke Asian Games VIII. KONI Pusat menyatakan akhir pekan lalu, bahwa dilihat dari sudut prestasi, pengiriman sepakbola hanya bersifat untung-untungan. Memang sifat untung-untungan dalam prestasi tidak pernah diterapkan oleh tim Peneliti/Evaluasi KONI Pusat. Jadi, isyu bahwa sepakbola akan disertakan dalam kontingen Indonesia berdasarkan "missi" juga lenyap. "Sekalipun bicara soal prestasi," kata Frans Hutasoit, Ketua Pembinaan Tim Nasional PSSI, "saya kira hanya Iran dan Korea Selatan di atas kita. Lainnya boleh dikata masih setaraf dengan kita." Tapi siapa yang berani memberi jaminan bahwa sepakbola minimal akan berhasil membawa pulang medali perunggu KONI Pusat dalam partisipasinya ke Asian Games VIII ini merasa pasti dapat memenuhi targetnya: minimal 3 besar. Itulah sebabnya hampir 40% dari para atlit yang di-pelatnas-kan tersisihkan. Dari 115 atlit terpilih 75 orang. Sedang jumlah pelatih yang ditunjuk mendamping para asuhannya berjumlah 20 orang. Para atlit tersebut berasal dari bulutangkis (15 = 7 puteri, 8 putera), renang/loncat indah (12 = 5 puteri, 7 putera), tinju (7), tenis (8 = 4 puteri, 4 putera), panahan (6 = 3 puteri, 3 putera), balap-sepeda (6), anggar (4 puteri), atletik (9 = 7 putera, 2 puteri), tenis-meja (4), menembak (2) dan angkat-besi (2). Gulat seperti halnya dengan sepakbola dinyatakan masih belum meyakinkan untuk diturunkan ke gelanggang Asian Games VIII. Tapi keputusan KONI Pusat, dalam memilih atlit yang akan diberangkatkan ke AG VIII, mendapat tanggapan yang seru. Misalnya mengenai terpilihnya pembalap sepeda Suharto dan Fanny Fatulla. Kedua atlit ini dalam Tour d'issi, Oktober, belum memperlihatkan prestasi yang meyakinkan dibandingkan Seno Sudono, misalnya. Tapi Sudono sendiri tak terpanggil. Tentang ini, Ketua Harian KONI Pusat, Suprayogi cuma mengatakan bahwa semua penetapan itu telah melalui pintu seleksi dan konsultasi dengan induk organisasi yang bersangkutan. Di cabang atletik, atlit yang tersisih adalah A. Rahman Zakin, pelari 800 m dan 1.500 m. Tempatnya digantikan oleh Joseph Miagan. Penggantian ini, menurut KONI Pusat, didasarkan karena Miagan lebih mempunyai potensi untuk disertakan dalam nomor estafet 4 X 400 meter. Betulkah Miagan mempunyai kelebihan ketimbang Zakin? Tak ada perbandingan tertulis. Zakin sendiri, dalam pengakuannya kepada TEMPO, tidak pernah diuji dalam nomor 400 m tersebut. Meski sebelum keputusan KONI Pusat dikeluarkan, ia sudah menantan Miagan untuk saling menguji ketrampilan. Di dalam nomor renang, ceritanya lain lagi. Ketika seleksi diadakan Oktober lalu, hanya 8 orang berhasil menembus persyaratan kwalifikasi. Tapi dalam daftar kontingen tercantum 11 perenang. Menurut Suprayogi, juga menjabat Ketua PRSI, penambahan tersebut didasarkan bahwa mereka dibutuhkan untuk nomor estafet. "Prestasi kita tidak jelek untuk nomor ini," kata Suprayogi. Melihat tersisihnya 40 atlit dari 115 orang yang dipersiapkan, tidakkah ini merupakan kegagalan dari sistim pembinaan yang dijalankan di pelatnas? Komandan pelatnas, Mohamad Anwar tampak sulit menjawab. Ia mengambil contoh pada atlit angkat besi yang diwakili oleh Bambang Sugiono dan Sindharta Halimana. "Dalam angkat besi, adalah atlit yang menambahkan rekor angkatan sampai 25 kg," katanya tanpa menyebut nama. "Apa itu suatu kegagalan pembinaan?" Lalu, berapakah jumlah medali yang diharapkan? "Pokoknya lebih baik dari Asian Games VII di Teheran," kata Suprayogi. Dalam AG VII, kontingen Indonesia cuma mengikuti 4 cabang olahraga (Tinju, Bulutangkis, Tenis, dan Loncat Indah) dengan mengantongi 3 medali emas, 4 perak, dan 4 perunggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus