Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Mari bicara tentang kemenangan

Indonesia dengan kekuatan 469 atlet berambisi jadi juara umum ke-6 kali sea games xv di kuala lumpur. malaysia & muangthai punya tekad sama. ambisi itu diharapkan tak merusak hubungan antar bangsa.

19 Agustus 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETANGGUHAN Indonesia di bidang olahraga untuk kawasan Asia Tenggara diui lagi. Ahad nanti, SEA Games XV dibuka di Kuala Lumpur. Sebagai negeri paling luas dengan penduduk paling banyak, Indonesia berambisi menjadi juara umum untuk keenam kalinya. Optimisme itu sudah ditiupkan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Ir. Akbar Tandjung. "Jangan kita bicara soal kegagalan, mari kita persoalkan tentang kemenangan," kata Akbar Tandjung, sewaktu menjamu anggota tim di Graha Pemuda Senayan, Jakarta, Jumat pekan lalu. Di balik ucapan itu, Akbar Tandjung menyiratkan adanya tugas berat. Karena tim tuan rumah punya tekad yany sama: juara umum. Begitu pula Muangthai, yang ingin mencuri gelar itu lagi. Kekalahan di SEA Games XIII 1985 agaknya menjadi trauma. Waktu itu tuan rumah Muangthai mencuri gelar itu dari Indonesia. Padahal, sejak terjun ke arena SEA Games tahun 1977, Indonesia selalu membawa pulang gelar terbaik. Untunglah pada SEA Games XIV 1987 di Jakarta, Muangthai menyerahan kembali gelar juara umum kepada tuan rumah. Terjun di Kuala Lumpur, Indonesia menurunkan kekuatan penuh: 469 atlet-315 putra dan 154 putri. Mereka dikawal 190 ofisial. Namun, jika dibandingkan SEA Games XIV, anggota kontingen kali ini masih kalah besar. Itu karena cabang olahraga yang diperlombakan turun menjadi 24, dari 30 cabang. Semua kontingen sudah diterima Presiden Soeharto di Istana Negara Sabtu pekan lalu. Pada kesempatan itu Presiden berpesan, hendaknya dalam mengejar prestasi para atlet jangan merusak dan menghambat kerja sama antarbangsa di Asia Tenggara. "Dengan disiplin yang tinggi dan kesetiakawanan, maka segala kesulitan akan dapat diatasi," kata Presiden. Rombongan berangkat Senin dan Selasa pekan ini. Bagaimana sebenarnya peluang itu? Menurut Mohamad Sarengat, pimpinan proyek SEA Games XV, dari segi perolehan medali, tim Indonesia ini sudah dipastikan akan mengalami penurunan yang cukup mencolok, sejalan dengan menciutnya cabang olahraga yang dipertandingkan. Dari gulat dan ski air saja, sekurang-kurangnya Indonesia kehilangan 27 medali jika dibandingkan dua tahun lalu. Belum lagi dari cabang panahan dan dayung, yang jumlah medalinya dikurangi. "Yang penting, asal tetap menjadi juara umum," kata Sarengat, yang juga Sekretaris Jenderal KONI Pusat ini. Sarengat memang optimistis, Indonesia masih di atas angin. Ini bisa dilihat dari persiapan para atlet, yang sudah digembleng di Pelatnas sejak Januari silam. Setiap saat perkembangan atlet itu dikontrol, betapapun kecilnya. Sejumlah uji coba dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri, untuk menjajal sejauh mana peningkatan prestasi yang telah dicapai. Baik olahraga perorangan maupun beregu. Tak semua cabang olahraga memuaskan. Cabang atletik, misalnya, terpaksa hanya ditargetkan menyumbang 8 medali emas dari 44 emas yang diperebutkan. Dibandingkan dua tahun lalu, medali emas itu berkurang 9 buah. Peta kekuatan atlet atletik Indonesia memang tidak setangguh pada SEA Games XIV lalu. Terutama pada nomor-nomor putri. "Hasil 8 emas itu sudah kita perhitungkan," ujar J.E.W. Gosal, manajer tim atletik SEA Games XV. Pelempar lembing Taty Ratnaningsih memang masih tampil. Tapi peraih emas di SEA Games XIV Jakarta itu prestasinya melorot sejak berumah tangga. Begitu pula untuk nomor lari jarak pendek, belum muncul pengganti Henny Maspaitella. Yang masih bisa diharapkan adalah Juliana Effendi pada nomor lempar cakram. Melihat kenyataan itu, Ketua Umum PB PASI, Bob Hasan, menyebutkan target 8 medali emas yang dibebankan KONI Pusat cukup berat. Filipina, meskipun turun tanpa ratu lari Lydia de Vega, masih menyimpan kekuatan tersendiri. Sama halnya dengan Muangthai, mereka masih lebih kuat di nomor putri maupun putra jika dilihat dari hasil Kejuaraan ASEAN akhir tahun silam. Absennya Julius Uwe, yang jadi andalan di nomor dasalomba, patut disayangkan. Atlet serba bisa kelahiran Merauke, Irian Jaya, ini "didepak" dari Pelatnas karena konon tidak disiplin. Padahal, siapa pun tahu, Julius hingga saat ini masih tercatat sebagai atlet nomor wahid untuk nomor dasalomba di kawasan Asia Tenggara. Dari atletik putra, medali diharapkan datang dari Mardi Lestari (lari 100 meter), Purnomo (200 meter), Eduardus Nabunome (5.000 dan 10.000), N. Sagala (maraton), Hadi Wacono (lompat tinggi galah), dan Frans Mahuse (lempar lembing). Cabang lain, seperti karate, yang mengirimkan 20 atlet putra dan 15 nutri. diharapkan mampu mempersembahkan 10 emas. Target sebanyak itu juga dibebankan kepada atlet taekwondo, yang menerjunkan 15 atlet putra dan putrinya. Di cabang bulu tangkis, pengurus PBSI diminta menyumbangkan 6 dari 7 medali emas. Satu emas yang lepas - begitulah perkiraannya -- diraih tuan rumah untuk nomor ganda putra, yang direbut pasangan Razif dan Jaelani Sidek. Pencak silat, yang digelarkan untuk kedua kalinya pada Pesta Olahraga Asia Tenggara ini, diduga bakal dikuasai oleh atlet Indonesia. Walau begitu, KONI cuma menargetkan 8 emas dari 15 emas yang diperebutkan. Jika semuanya berjalan mulus, dengan membawa pulang 126 medali emas dari 330 yang diperebutkan, berarti gelar juara umum sudah diraih. "Diperkirakan setiap hari medali emas dapat kita raih. Patokannya tanggal 28 Agustus. Jika kita pada tanggal itu mampu mengumpulkan medali terbanyak, gelar juara umum sudah pasti di tangan," ujar Arnold Lisapally, Komandan Satgas Pelatnas Kontingen Indonesia. Sebab, pada tanggal itu semua nomor perseorangan sudah selesai. Sementara itu, nomor-nomor beregu perolehan medali diperkirakan imbang. Mudah-mudahan, utak-atik di atas kertas menjadi kenyataan di lapangan.Rudy Novrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus