DI kursi VIP tribun Tokyo Metropolitan Gymnasium, tempat berlangsungnya final Piala Thomas dan Uber, beberapa ofisial Cina tampak sibuk menganalisa pertandingan. Seseorang tampak mengoperasikan sebuah kotak di pangkuannya. Yang lain sibuk mencatat. Yang mereka analisa semuanya pemain yang akan dilawan tim Cina. Tentu saja, kotak itu bukan kotak sihir. Itu adalah lap top computer buatan IBM. Konon. itulah senjata terbaru Cina sehingga mampu mempertahankan Piala Thomas dan Uber. Ketika dulu belum sebuah negara pun sibuk dengan rekaman video atas lawan-lawannya Cina sudah memulainya. Dan kini, ketika Indonesia, Malaysia. dan juga Denmark mulai dengan teknologi video Cina sudah melompat maju dengan komputer. Program komputer Cina ini dikembangkan oleh Scientific Research for Badminton yang merupakan bagian dari All Chinese Sport Federation -- semacam KONI di sini. Yang dicatat adalah kebiasaan, kemampuan, dan kelemahan pemain di lapangan. Termasuk analisa jenis pukulan, kecepatan pukulan, arah dan kecepatan bola, dan sebagainya. Menurut pelatih Cina, Hou Jiachang, pemakaian komputer di Nagoya dan Tokyo ini adalah untuk kedua kalinya. Yang pertama ternyata diterapkan di Kejuaraan Dunia 1989 di Jakarta. Namun, memang, di Jepang ini kecanggihan komputer itu lebih muncul. Dalam bentuk data kasar, dalam waktu 45 detik, komputer itu bisa mempresentasikan kelemahan dan kekuatan lawan. Yang unik, program komputer Cina itu berasal dari Universitas Tsukuba, Jepang. Menurut K. Abe, ahli ilmu olahraga dari Universitas Tsukuba, sejak enam tahun lalu mereka mengembangkan program komputer untuk latihan dan analisa pertandingan bulu tangkis. "Kami punya komputer tipe desk top yang besar dan susah dibawa ke mana-mana, namun kemampuannya yang terbaik di dunia," ujar Abe serius. Komputer itu sudah mampu menganalisa sampai pada stroke move, yaitu kualitas atau karakter bola yang dihasilkan seorang pemain. Artinya, setingkat di atas yang dikembangkan Cina. Maka, Abe agak heran kalau tim Jepang sendiri belum mau memanfaatkan program-program Tsukuba tadi. Abe menyayangkan, kenapa tim Cina lebih punya kemampuan untuk menganalisa data-data itu ketimbang para pelatih di Jepang. Dan Abe agak mengkhawatirkan ini, sebab beberapa negara sudah ikut mencobanya, misalnya, Hong Kong dan Soviet. Menurut Ahe, perusahaan komputer Sony juga tengah mengembangkan program analisa untuk bola voli. Kemampuannya, bisa menganalisa arah dan kekuatan jalannya bola. Mungkin karena miskinnya tenaga pelatih berkualitas top di Jepang, Wacom Company Ltd. akan mengontrak bekas juara dunia asal Cina, Han Aiping, 28 tahun. Perusahaan perangkat lunak komputer ini akan membuat klub bulu tangkis dan yang akan bertindak sebagai manajer adalah Atsuko Tokuda, 34 tahun, yang pernah dua kali mengantar Jepang merebut Piala Uber. Aiping yang berasal dari Wuhan itu adalah juara dunia 1983 dan pernah 13 kali merebut gelar juara di tingkat internasional sampai 1988. Proyek ini, yang bertujuan mengembalikan supremasi Jepang di dunia bulu tangkis, akan diujicobakan di Olimpiade Barcelona 1992. Tak kepalang tanggung, Wacom Company sudah menginvestasikan sekitar 83 juta yen atau Rp 1,1 milyar untuk membentuk sebuah klub bulu tangkis wanita untuk memenuhi ambisi itu. Han Aiping, yang kioi tengah belajar bahasa Jepang bersama Tokuda, akan turun menjaring pemain-pemain muda. "Kini kami sedang mencari empat pemain muda lagi," kata juru bicara Wacom kepada TEMPO. Rustam F. Mandayun dan Seiichi Okawa (Jepang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini