PENYERANG Fandi Achmad dan penjaga gawang David Lee sewaktu
pertama kali memasuki kompleks NIAC Mitra, merasa bagaikan
"masuk suatu kompleks dan lingkungan istana". Di situ ada tempat
tinggal para pemain, ada pelayan dan petugas medis. Di klub ini
setahun Fandi menerima gaji US$ 75.000 dan US$ 60.000 untuk
David Lee.
Namun penampilan mereka sebagai pemain bayaran mahal belum
meyakinkan, baik bagi pimpinan klub juara Liga Utama 1981-1982
itu, maupun di mata pengamat sepakbola di luar klub. Pclatih
kepala PSSI, A.E. Mangindaan misalnya, belum melihat mereka
melebihi pemain-pemain Indonesia. "Andaikata PSSI hendak
membentuk tim Liga Utama Selection belum tentu Fandi dan David
bisa dipilih," kata Mangindaan.
Boss NIAC Mitra, A. Wenas pun sudah gemas. Sebab sewaktu NIAC
bertanding melawan Arseto di Surabaya 4 September gawang yang
dijaga Lee lebih dulu bobol. Sedangkan Fandi dalam pertandingan
itu tiga kali menyia-nyiakan peluang menciptakan gol. Hanya
karena NIAC Mitra mendapat kesempatan tendangan penalti, maka
pertandingan itu berakhir 1-1.
Mungkin masih terlena dalam "suasana istana", Fandi dan Lee
merasa kagok. I'adahal pemain-pemain NIAC Mitra lainnya tampak
terlalu.berharap pada Fandi, sehingga bola amat sering dio rkan
kepadanya. Namun manajer tim merangkap coach, M. Basri, masih
mencoba juga dengan memasang Fandi sebagai penyerang tengah
kemudian sebagai penguman. Hasilnya pun tak menolong.
Mungkin karena belum puas dengan hasil kedua pemain itu, Wenas
kemudian memanggil Jita Singh, bekas coach nasional Singapura
sebagai konsultan.
"Kebetulan kami tahu Jita mau ke Ajax Amsterdam (Belanda) dan
Jerman Barat, maka karni minta dia tinggal pada karni untuk
sementara," kata Wenas. NIAC sendiri hendak memakai coach dari
Belanda mulai Oktober ini.
Tapi sebenarnya tujuan utama Wenas memanggil Jita, sebagaimana
dikutip koran Singapura Straits Times, "membuat kedua pemain
Singapura terutama Fandi, agar baik dan cocok di NIAC." Jita
yang pernah menangani Fandi dan David Lee selama 3 tahun memang
cukup mengenal watak pemain-pemain itu.
Berada di Surabaya kurang lebih seminggu, Jita memandang sistem
latihan yang diberikan NIAC sudah baik. Ia sempat mengikuti
pertandingan NIAC lawan Perkesa yang berakhir dengan kemenangan
1-0 (19 September). Melihat pertandingan itu dan rekaman
pertandingan sebelumnya, Jita mengakui Fandi belum mengeluarkan
kelebihannya yang sebenarnya: gerak - tipu waktu membawa bola.
"Fandi masih perlu waktu penyesuaian dulu," katanya.
Di lapangan, Jita tampak banyak bicara dengan Wenas dan pelatih
M. Basri. Beberapa kali juga ia berdiskusi ter tutup, baik
dengan Fandi dan Lee, maupun dengan pimpinan NIAC. Ditemui TEMPO
di tempat penginapannya, Hotel Mirama di Surabaya, Jita mengaku
antara lain telah menasihatkan agar Fandi dipasang sebagai
midfielder (gelandang). Dalam posisi itu, Jita yakin .Fandi bisa
lebih bebas menampilkan ke ahliannya, sekaligus membantu
pertahanan dan menunjang serangan. "Fandi sekarang ini mirip
Maradona yang jadi bulan-bulanan lawan di pertandingan Piala
Dunia di Spanyol," kata Jita.
Dua hari setelah Jita meninggalka NIAC (akhir September), Fandi
belu juga menampilkan kemampuannya. Beti tanding melawan Makasar
Utama di Ujungpandang Sabtu lalu, Fandi cuma diturunkan 30 menit
menjelang usai perundingan. Publik Ujungpandang toh sempat
memberi tepuk tangan keti gawang klub tuan rumah kemasukan bola
dari sundulan kepala Fandi. Tap gol itu dibatalkan wasit karena
diangga off side. Tapi penampilan penjaga ga wang David Lee
telah menyelamatkan NIC dari serbuan pemain Makasar Utama.
Pertandingan itu berakhir dengan untuk NIAC, dari kaki Syamsul
Arifin.
Kehadiran Fandi di NIAC sementara sudah mulai diutik-utik
Federasi Seakbola Singapura (FAS). Tanggal 5-17 ktober mendatang
FAS hendak mengsungkan turnarnen internasional berhadiah uang
pertama kali. Untuk itu usuf Ismail, coacb dan manajer FAS an
baru saja menggantikan Jita Singh, lah mengirim surat kepada
NIAC untuk melepaskan Fandi dan David. Tapi enas tampaknya tak
bersedia. Sebab alam bulan ini juga NIAC mendatangan pelatih
dari Belanda untuk mengokohkan kekompakan pemain-pemain
kesebelasan itu.
Kini giliran FAS yang mungkin dirundung kemalangan karena tak
hadirnya Fandi dan David. Memang ada perjanjian bahwa NIAC akan
melepaskan Fandi dan David bila kedua pemain itu dibutuhkan
untuk "tugas nasional" tim FAS. Tapi surat tagihan FAS pada NIAC
sampai akhir pekan lalu tak dibalas A. Wenas. Straits Times
mengutip alasan Wenas, "Fandi dan David dibutuhkan untuk
pertandingan kompetisi Liga Utama."
Kabarnya FAS telah mengirim surat ke PSSI supaya kompetisi Liga
ditunda untuk NIAC, karena PSSI juga akan mengirimkan tim
nasional ke turnamen di Singapura itu. Tapi PSSI yang akan
mengirimkan tim nasional Pratama, dengan pemain-pemain amatir
yang diasuh Bernd Fischer, kabarnya tak akan mengabulkan
permintaan FAS. Lebih-lebih karena Fandi dan Lee seperti mereka
katakan kepada TEMPO di Ujungpandang, "tidak akan pulang ke
Singapura."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini