BILA diwawancarai, PM Lee Kuan Yew biasanya suka menguji
wartawan. Ada saja pertanyaannya sebagai pemanas (warming up),
seperti yang terjadi dalam konperensi pers di Wisma Negara,
Jakarta.
Waktu itu, PM Singapura itu sudah berkunjung selama tiga hari.
Banyak pertanyaan antara lain menyoroti masa Kampuchea, Vietnam
dan kerja sama pertahanan Indonesia-Singapura. Antara lain
tampil Adirsyah dari Merdeka bertanya. Seperti biasa, dia
terlebih dulu menyebut nama dan koran yang diwakilinya. "Ah,
Anda dari Merdeta?" tanya PM Lee. "Harian Anda tampaknya agak
simpatik terhadap Uni Soviet," katanya lagi.
"Itu tidak benar, tuan Perdana Menteri," jawab Adirsyah spontan.
"Ah, kalau begitu, Anda berarti juga tidak menyetujui sikap
simpatik terhaap Uni Soviet. Jadi, saya dapat mengharapkan bahwa
Anda menyampaikan kepada penulis tajuk rencana koran Anda agar
jangan terlalu bersikap simpatik terhadap Uni Soviet," kata PM
Lee tenang.
Hadirin, menurut Sinar Harapan yang melaporkan kejadian itu,
tertawa. Adirsyah sendiri, menurut penuturannya kepada TEMPO,
tidak ikut tertawa. "PM lee bersifat spontan waktu bertanya
lain memberi penilaian tentang Merdeka itu," katanya.
Tapi korannya kemudian, dalam penerbitan 18 September,
menurunkan tulisan berjudul, PM Lee Kuan Yew dari Singapura dan
Merdeka. Memakan duapertiga halaman V, tulisan itu memakai
byline: Oleh Pimpinan Redaksi Merdeka, dengan ilustrasi foto PM
Lee sedan berjogging. Peristiwa seperti yang dilaporkan Sinar
Harapan itu, tulisnya, "mengherankan kami".
"Heran, karena sebagai seorang negarawan, ia (PM Lee) melakukan
sesuatu yang agaknya sukar dapat diterima, jika kita menjunjung
tinggi nilai-nilai tiada mencampuri urusan rumah tangga lain
orang." Selanjutnya, menurut karangan itu, "perlu juga kata
berjawab, gayung bersambut."
Banyak hal mengenai Lee Kuan Yew, baik sebagai PM ataupun
pribadi, disinggung Oleh Pimpinan Redaksi Merdeka itu.
Seluruhnya bergaya memancing polemik. Tapi, pokoknya, tulisan
itu membantah penilaian PM Lee bahwa "Merdeka bersimpatik pada
Uni Soviet."
Menurut tulisan itu, PM Lee ingin I menyatakan surat kabar ini
mengikuti dan membenarkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Uni
Soviet. "Kami tegas menolak ideologi komunis dari mana pun
datangnya. Ini juga berarti komunis Moskow."
Bagaimana reaksi PM Lee Kuan Yew? Dubes Singapura di Jakarta
yang dihubungi TEMPO, lewat sekretarisnya, Freddie Ong Oon Hua,
menyatakan ia "belum menerima komentar PM Lee atas tulisan
Merdeka itu."Saliman dari Sekretariat Merdeka mengatakan
korannya akan memuat setiap reaksi nanti. Sedang Dubes Singapura
sendiri, kata Freddie, "menyatakan no comment."
Tulisan Merdeka itu sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dan dimuat di Indonesian Observer. Koran yang dipimpin Herawaty
Diah itu bahkan dalam edisi 21 September menyebut karangan itu
By Chief Editor of Merdeka. Terpampang pula foto B.M. Diah,
suaminya, yang memang Pemred Merdeka. Tapi keesokan harinya
muncul pemberitahuan redaksi koran berbahasa Inggris itu bahwa
penulisnya bukanlah B.M. Diah, dan dalam edisi 23 September
sekali lagi Indonesian Observer memuat seluruh tulisan Merdeka
itu. Dan sekali ini By The Editors of Merdeka, berarti bukan
oleh B.M. Diah.
Tapi kenapa Merdeka dianggap bersimpati pada Uni Soviet? Orang
mungkin masih ingat bahwa koran itu pernah memasang iklan
sponsor tentang Kim II Sung, PM Korea Utara yang pro-Soviet.
Itu, kata Saliman, "kira-kira tahun 70-an."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini