Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NI MADE Sridevi sedih bukan main. Pesilat ini tak lolos seleksi. Namun hadiah hiburan langsung menghampirinya. Dia ditawari bergabung dalam tim kabaddi. ”Saya coba saja meskipun belum tahu seperti apa,” ujarnya.Pesilat menjadi jalan pintas. ”Asumsinya, yang dibutuhkan adalah kelenturan dan keuletan,” ujar Ngurah Ardhana, yang menjadi manajer tim Indonesia. Sebenarnya saat diminta membentuk tim pada Maret lalu, Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan ini juga tidak memahami betul olahraga tersebut.
Bersama pelatih tim Ida Bagus Putra, ia tekun mencari artikel mengenai kabaddi, terutama melalui Internet. Latihan diselang-seling dengan menonton video pertandingan. Dosen yang mantan atlet itu pun terpaksa memutar otak untuk mencari sosok yang cocok bertarung di lapangan pasir. Pilihannya, ya, pesilat.
April lalu dia sempat terbang ke India untuk mempelajari teori olahraga ini. Setelah diuji coba, mereka mendapat kesempatan mengikuti kejuaraan dunia kabaddi di sana. Pemerintah India juga mengirim satu pelatih. Hingga terseleksi 12 orang pemain, enam untuk putra dan enam untuk putri, sesuai dengan ketentuan pertandingan. Hasil gemblengan supercepat itu, menurut Ida Bagus, lumayan juga. Sebab, tim putri berhasil meraih medali perunggu.
IB, Rofiqi Hasan, Andy Marhaendra (Bali)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo