KONFRONTASI antara IBF (Federasi Bulutangkis Internasional) dan
WBF (Federasi Bungtangkis Dunia) tampaknya tak terelakkan lagi.
Barubaru ini sebuah surat edaran pimpinan IBF telah singgah di
alamat para anggotanya. Isiya, tak lain melarang para anggota
IBF untuk mengambil bagian dalam turnamen kejuaraan versi WBF
pada akhir Pebruari ini di Hongkong. Stellan Mohlin, Ketua IBF,
dengan tegas menyatakan bahwa "turnamen tersebut tidak mendapat
restu pimpinan IBF". Maka setiap pelanggar akan dikenakan sanksi
berat. Mereka tidak diperkenankan mengikuti turnamen Piala
Thomas dan Piala Uber.
Adakah ancaman Ketua IBF itu akan mencairkan tekad para pimpinan
WBF? Bulan Nopember tahun lalu ketika SEA Games sedang
berlangsung di Kuala Lumpur, Lak kurang dari Teh Gin Sooi
(Malaysia), Pieusak (Thailand), Richard Ivory (Iran) ikut
memanfaatkan pesta olahraga itu untuk mempromosi Federasi
Bulutangkis Dunia yang lanir dari rasa tidak puas para anggota
ABC terhadap kebijaksanaan IBF dalam persoalan RRC dan Taiwan
(TEMPO, 8 Oktober TEMPO, 15 Oktober 1977). Mereka berhasil
mencantumkan langkah pertama pada kalender kegiatan WBF, berupa
suatu turnamen invitasi. Dalam turnamen ini, di samping pemain
RRC diharapkan juga partisipasi pemain dari ABC (Konfederasi
Bulutangkis Asia). Tak kecuali Indonesia. Meskipun pihak PBSI
tegas menolak akan turut serta.
Kekuatan inti WBF jelas bersandar pada poros RRC, Thailand dan
Malaysia, dengan Iran (Richard Ivory) sebagai juru bicaranya.
Namun otak penggeraknya tetap pada Teh Gin Sooi, Sekjen ABC.
Sementara peran India lewat Chada dianggap masih bersikap
"mencla-mencle"--meminjam komentar Ketua PBSI Sudirman atas
peran tokoh bulutangkis India itu.
Tapi di luar dugaan, Persatuan Bulutangkis Malaysia pekan lalu
menyatakan menarik diri dari Invitasi Hongkong tersebut. Tak
kurang menariknya adalah pernyataan yang dikutip oleh
koran-koran di Malaysia itu datangnya dari Khir Johari, Ketua
Persatuan Bulutangkis Malaysia. Bukan dari Teh Gin Sooi. Ini
tentu saja di luar dugaan. Suharso Suhandinata, Ketua Bidang
Luar Negeri hanya menjawab pertanyaan TEMPO dengan mesem kecil,
sambil menukikan jari jempolnya. "Gin Sooi jatuh juga," katanya
singkat.
Adakah langkah Malaysia akan diikuti Jepang dan anggota IBF
lain? "Tampaknya demikian," sahut Suharso. "Jepang mana mau
mengorbankan peuangnya untuk merebut kembali Piala Uber." Namun
menurut Suharso perkembangan bulutangkis internasional akan
lebih menarik pada pertengahan Pebruari ini. Dia bersama Ketua
PBSI Sudirman sedang bersiap-siap berangkat ke Belanda (8
Pebruari) untuk menghadiri rapat pimpinan IBF. Dalam rapat
tersebut, tampaknya Indonesia mencoba menawarkan diri untuk
mencari jalan keluar dalam mengatasi ancaman perpecahan.
Pendirian Indonesia seperti dijelaskan oleh Pimpinan PBSI tempo
hari, jelas mendukung masuknya RRC ke IBF, tapi dengan prosedur
organisasi yang wajar.
Perpecahan dalam dunia perbulutangkisan, menurut Sudirman,
justru merugikan semua pihak: target masuk ke Olimpiade makin
sulit. Untuk mempertahankan keutuhan IBF itu, Sudirman akan
menawarkan kongres IBF di Jakarta bulan Mei ini. Sementara itu
delegasi yang ke Belanda itu membawa usul juga agar ronde final
Piala Uber bisa dilangsungkan di Istora Senayan, Jakarta yang
semula direncanakan akan berlangsung di Selandia Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini