Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Wongso Di Mata Juri Indonesia

Wongsosuseno, 30, bertarung lawan moises cantojo, 26, petinju filipina pemegang gelar juara kelas welter ringan obf. pertarungan dimenangkan wongsosuseno, tetapi penonton mencemoohkan keputusan hakim. (or)

11 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASA gemilang Wongsosuseno (30 tahun), bekas juara kelas welter ringan Orient Boxing Federation (OBF), agaknya telah berlalu. Sejak kehilangan gelar sewaktu melawan petinju Pilipina, Moises Cantoja (26 tahun) di Istora Senayan, Jakarta, September 1977, nama maupun keterampilannya tampak melorot. Juga bayarannya. Ketika masih memegang gelar OBF ia mendapat di atas 1 juta rupiah. Kini kabarnya ia cuma mengantongi separoh. Yang tidak berubah dari Wongso barangkali hanya dalam soal lawan. Di Istora Senayan, tempat ia kehilangan gelar, Selama 31 Januari malam Cantoja kembali menantinya untuk pertarungan 10 ronde tanpa memperebutkan sabuk juara. Meski yang dihadapi adalah musuh yang telah dikenal, tapi pengenalan itu sama sekali tak kelihatan pada diri Wongso dalam mengendalikan permainan lawan. Bangsamu Menang Ia cuma mampu mengirnbangi pukulan musuh sampai ronde keempat. Setelah itu kendali permainan dipegang ketat oleh Cantoja. Tapi keunggulan teknik pukulan Cantoja di bawah pengawasan wasit Schneider itu tampak "jadi lain" di mata 3 hakim tinju yang memberi penilaian. Kid Darlin, Bobby Nyoo, dan Chaerullah (ketiganya dari Indonesia) menurunkan hasil akhir masing-masing 4945, 5049, dan 4745 untuk kemenangan Wongsosuseno. Ketika pembawa acara mengurnumkan hasil penilaian ketiga hakim, 4.000 pembeli karcis jadi terkesima. "Uuuuh," cemooh mereka. Petinju pro Rudy Siregar yang duduk di barisan penontonpun tampak kecewa. "Sdikitnya 6 ronde adalah untuk kemenangan Cantoja," katanya kepada TEMPO. Rasa kecewa juga membias di muka J. Pido, manajer tim Cantoja. Di kamar pakaian, ia mengatakan: "Saya tak habis fikir dengan penilaian ketiga hakim tinju itu. Namun saya tidak bisa berbuat apa-apa. Bukankah mereka yang punya kuasa?". Menarik nafas sebentar, lalu: "Tapi apalah artinya keputusan ketiga hakim tinju tersebut dibandingkan dengan penonton yang memihak kami." Orang cenderung menduga, kemenangan kontroversial yang diberikan ketiga hakim tinju di atas terhadap Wongsosuseno merupakan 'permainan' guna mengangkat nama Wongso kembali. Apalagi jika dikaitkan dengan komentar Kid Darlin selepas pertandingan: "Tidakkah kamu senang, bangsamu menang?" - sembari menepuk bahu Herry Komar dari TEMPO. Nah. Senangkah anda?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus