MASA gemilang Wongsosuseno (30 tahun), bekas juara kelas welter
ringan Orient Boxing Federation (OBF), agaknya telah berlalu.
Sejak kehilangan gelar sewaktu melawan petinju Pilipina, Moises
Cantoja (26 tahun) di Istora Senayan, Jakarta, September 1977,
nama maupun keterampilannya tampak melorot. Juga bayarannya.
Ketika masih memegang gelar OBF ia mendapat di atas 1 juta
rupiah. Kini kabarnya ia cuma mengantongi separoh.
Yang tidak berubah dari Wongso barangkali hanya dalam soal
lawan. Di Istora Senayan, tempat ia kehilangan gelar, Selama 31
Januari malam Cantoja kembali menantinya untuk pertarungan 10
ronde tanpa memperebutkan sabuk juara. Meski yang dihadapi
adalah musuh yang telah dikenal, tapi pengenalan itu sama sekali
tak kelihatan pada diri Wongso dalam mengendalikan permainan
lawan.
Bangsamu Menang
Ia cuma mampu mengirnbangi pukulan musuh sampai ronde keempat.
Setelah itu kendali permainan dipegang ketat oleh Cantoja. Tapi
keunggulan teknik pukulan Cantoja di bawah pengawasan wasit
Schneider itu tampak "jadi lain" di mata 3 hakim tinju yang
memberi penilaian. Kid Darlin, Bobby Nyoo, dan Chaerullah
(ketiganya dari Indonesia) menurunkan hasil akhir masing-masing
4945, 5049, dan 4745 untuk kemenangan Wongsosuseno.
Ketika pembawa acara mengurnumkan hasil penilaian ketiga hakim,
4.000 pembeli karcis jadi terkesima. "Uuuuh," cemooh mereka.
Petinju pro Rudy Siregar yang duduk di barisan penontonpun
tampak kecewa. "Sdikitnya 6 ronde adalah untuk kemenangan
Cantoja," katanya kepada TEMPO.
Rasa kecewa juga membias di muka J. Pido, manajer tim Cantoja.
Di kamar pakaian, ia mengatakan: "Saya tak habis fikir dengan
penilaian ketiga hakim tinju itu. Namun saya tidak bisa berbuat
apa-apa. Bukankah mereka yang punya kuasa?". Menarik nafas
sebentar, lalu: "Tapi apalah artinya keputusan ketiga hakim
tinju tersebut dibandingkan dengan penonton yang memihak kami."
Orang cenderung menduga, kemenangan kontroversial yang diberikan
ketiga hakim tinju di atas terhadap Wongsosuseno merupakan
'permainan' guna mengangkat nama Wongso kembali. Apalagi jika
dikaitkan dengan komentar Kid Darlin selepas pertandingan:
"Tidakkah kamu senang, bangsamu menang?" - sembari menepuk bahu
Herry Komar dari TEMPO.
Nah. Senangkah anda?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini