Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Jalan lain ke eropa

Dubes ri di prancis moh noer mengusulkan agar ri membuka konsulat dagang di marseilles karena menguntungkan. aerospatiale sedang menjajagi kerjasama dengan pt. nurtanio dalam industri pesawat terbang. (eb)

11 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAIMANA mengekspor ke Indonesia? Pertanyaan itu merupakan suatu topik dalam ceramah "meja bundar.' di Hotel Intercontinental, Paris, minggu ini. Sebagai imbangan, para pejabat, bankir dan pengusaha di situ membicarakan pula: Impor dari Indonesia. Peristiwa itu yang diselang-seling dengan business lunch dan koktil, dijuluki sebagai memperingati Hari Perancis-Indonesia (8 Pebruari) yang sesungguhnya bersifat menggalakkan dagang kedua negara. Paris, tentu saja, sesudah membelanjakan--sekitar US$7 juta untuk Pameran Teknik Perancis di Jakarta (26 Maret - 3 April 1977), memikirkan tindak lanjut. Ekspor Perancis ke Indonesia sudah jelas menggebu, terutama sejak 5 tahun terakhir ini. Ekspornya itu naik ke US$ 209,1 juta pada tahun 1976 dari cuma US$24, jula pada 1972. Indonesia yang rnasih sedikit surplus pada tahun 1972 (hampir US$4 juta) kemudian mengalami defisit besar (US$ 114,9 juta) pada tahun 1976 dalam berdagang dengan Perancis ini. Bukan hanya jasa dan barang modal yang dijual Perancis kepada Indonesia, melainkan juga wangi-wangian. Kini Aerospatiale, industri pesawat terbang Perancis, sedang menjajagi pula kemungkinan kerjasama dengan PT Nurtanio di Bandung. Nurtanio sudah merakit pesawat ringan dan heli dengan lisensi industri Berlan Barat dan Spanyol. Jika sampai dimasuki Aerospatiale pula, Nurtanio diduga akan lebih cepat bertumbuh dengan tujuan mengisi pasaran Asia Tenggara. Kebetulan kalangan industri Perancis cenderung mencari tempat berpijak di Indonesia dalam rangka - usaha pengluasan dagangnya di wilayah ini. Pasar Loak Sebaliknya Indonesia terasa makin tercecer dalam usaha menjual ke Perancis. Wartawan TEMPO Yusril Djalinus melaporkan bahwa di negeri itu tidak kelihatan, jika ada, promosi impor dari Indonesia. Dalam daftar impor Perancis, letak Indonesia memang jauh di bawah. Meskipun begitu, demikian dutabesar RI di Paris, Moh. Noer, bekas Gubernur Jawa Timur, ekspor Indonesia ke Perancis yang bernilai US$ 94,1 juta tahun 1976 masih bisa ditingkatkan. Indonesia antara lain mengekspor ke sana menurut data 1976, kayu (US$ 30,2 juta), timah (US$ 15,3 juta), minyak bumi (US$ 10,6 juta), kopi (US$ 10 juta) dan karet alam (US$ 9,7 juta). Selain itu menyusul komoditi lainnya yang kecil-kecilan seperti kodok (US$ 3,5 juta) minyak akarwangi (US$ 1,7 juta), tembakau (US$ 1,4 juta), minyak atsiri (US$ 1,4 juta), lada (US$ 1,3 juta) dan bahan sandang termasuk batik serta barang kerajinan rakyat. Khusus tentang batik. dubes Noer memberi nasehat supaya eksportir Indonesia jangan memilih jenis yang terlalu mahal saja. "Orang Perancis itu tidak semuanya kaya," katanya. "Di Perancis pun ada pasar loak. Paling laku saat ini justru batik dari bahan blacu." Jika mau berdagang dengan Perancis, para ekspor Indonesia dianjurkan mengingat kota pelabuhan Marseilles. Dari sana Yusril Djalinus menulis: "Tidak ada petugas duane di pelabuhan ini yang terletak di bagian selatan Perancis. Duane memeriksa barang setelah keluar daerah pelabuhan. Tidak ada hiruk-pikuk buruh seperti Tg. Priok. Yang terdengar hanya bunyi mesin crane yang mengangkat peti kenlas. Dari dan ke pelabuhan disediakan jalan khusus. Kongesti hampir tak pernah terjadi. Fasilitas dok, gudang dan bongkar-muatnya sudah tergolong maju di Eropa." Tapi untuk ekspor bertujuan Eropa Indonesia selama ini kurang memperhatikannya. Padahal Marseilles melalui Terusan Suez berjarak lebih dekat bagi kapal dari Indonesia. Sudah pernah dubes toer mengusulkan supaya Konsulat Perdagangan Rl dibuka di Marseilles, tapi Jakarta belum tertarik. "Janganlah kita selalu berpikiran tradisionil," kata dubes Noer. Maksudnya, dari dulu Indonesia, jika ke Eropa, selalu pergi ke pelabuhan Belanda dan Jerman, tapi kenapa tidak dicoba pula Marseilles?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus