Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menghitung-hitung ke Seoul

Rencana pemusatan latihan nasional dalam jangka panjang, untuk mencapai target 5 besar di asia tenggara. (or)

23 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMA dua minggu, sejak Sabtu pekan lalu, Menteri Olah Raga dan Pemuda Abdul Gafur berkunjung ke Amerika Serikat untuk mempelajari sistem pembinaan olah raga. Sepulangnya dari sana dia akan mampir pula dan meninjau fasilitas olah raga di Eropa terutama Jerman Barat. Belakangan ini perhatian Gafur kelihatannya lebih banyak terpusat ke bidang olah raga, terutama setelah merosotnya perolehan medali Indonesia di SEA Games Singapura, Juni lalu. Kemerosotan yang membuat Presiden Soeharto ikut menyatakan prihatin. Gafur sendiri dalam sebuah keterangannya kepada wartawan, selepas berjumpa dengan Presiden untuk melaporkan hasil di SEA Games Singapura, menyatakan Indonesia akan tampil sebagai salah satu kekuatan 5 besar di Asia lewat gelanggang Asian Games 1986 Seoul. Sedangkan di SEA Games XIII di Brunai, 1985, akan melipatgandakan perolehan medali emas dari 64 buah yang diperoleh di Singapura. Waktu akan membuktikan apakah rencana sang Menteri berhasil. Di Brunai nanti Indonesia bakal mendapat perlawanan ketat dari Filipina yang di Singapura kemarin tampil sebagai kekuatan nomor 2 dengan merebut 49 emas. Memang berselisih 15 medali. Tetapi menurut keyakinan Ketua Komite OIympiade Filipina, Michael Keon, andainya balap sepeda dan senam turut dipertandingkan, negaranya akan dapat mengimbangi Indonesia. Kemanakan Presiden Marcos itu malahan sempat sesumbar menantang bahwa di Brunai nanti Filipina sudah akan melampaui Indonesia. "Di Brunai bagian kami," gertaknya kepada wartawan Indonesia. Soalnya tinggal siapa yang diuntungkan di Brunai nanti. Sebab, menurut kabar, karena terbatasnya fasilitas hanya 14 cabang yang dipertandingkan. Di Singapura 22 cabang. Untuk mencapai target 5 besar di Asia dan memantapkan diri sebagai kekuatan tak tergoyahkan di kawasan Asia Tenggara, menurut Abdul Gafur, mulai tahun ini akan dilaksanakan pemusatan latihan nasional jangka panjang yang akan melibatkan 124 atlet. Rencana pemusatan latihan menahun ini sebenamya sudah menjadi keputusan Sidang Paripurna KONI pertengahan Mei yang baru lalu. Sidang ketika itu memutuskan memberikan prioritas pembinaan 10 cabang olah raga untuk menghadapi Asian Games X Seoul, 3 tahun mendatang. Masing-masing atletik (20 orang), angkat besi (10), bulu tangkis (12), panahan (10), renang dan loncat indah (18), senam (10), sepak bola (20), tenis (8), tinju (6), dan tenis meja (10). Apakah sasaran yang diutarakan Abdul Gafur itu tidak terlalu melambung? "Untuk mencapai ranking 5 besar di Asia berat sekali," ujar Sekretaris Jenderal KONI, M.F. Siregar. Ia barangkali agak skeptis setelah melihat Indonesia yang hanya berhasil merebut empat medali emas di Asian Games IX New Delhi, 1982, dan menduduki posisi ke-6. Sementara India di jenjang ke-5 merebut 13 medali emas. Sementara dari bawah, Iran sudah siap menyodok. Indonesia dan Iran ketika itu sama-sama merebut 4 emas dan 4 perak. Indonesia berhasil menempati urutan ke-6 berkat tiga perunggu lebih banyak dari anak-anak Ayatullah Khomeini. Indonesia sejak Asian Games I tahun 1951 hanya sekali masuk 5 besar. Yaitu ketika pesta olah raga itu diselenggarakan di Jakarta tahun 1962. Waktu itu malahan menjadi kekuatan nomor dua setelah raksasa Jepang. Tetapi di luar kandang, Indonesia hanya masuk 10 besar. Dengan prestasi paling parah di Asian Games Tokyo, 1958. Menempati urutan ke-14 di antara 20 peserta. Namun M.F. Siregar menyatakan keyakinannya Indonesia bakal bisa meraih urutan ke-5 di Asia. Dengan syarat, sejak sekarang konsentrasi diletakkan pada cabang-cabang yang sudah jelas akan memperoleh medali di Asian Games. Cabang-cabang itu, antara lain, panahan, bulu tangkis, tenis, angkat besi, dan renang. Semuanya termasuk cabang yang banyak menyediakan medali. Di New Delhi empat emas ditambang Indonesia dari bulu tangkis dan tenis, masing-masing dua. Perak dari panahan (1) dan bulu tangkis (3). Sedangkan renang menghasilkan enam perunggu. Angkat besi satu perunggu. Sementara atletik yang dalam pemusatan latihan nasional jangka panjang sekarang mendapat jatah 20 orang, gagal meraih medali. Tetapi berbagai sumber menyebutkan jatah sebanyak itu untuk memancing dukungan finansial dari tokoh organisasi atletik, orang kuat Bob Hasan. Cabang tenis meja tidak yakin bisa merebut emas. "Bagai mimpi di siang bolong kalau kita mau mengalahkan RRC, Jepang Korea Selatan, dan Korea Utara," ucap Willy Waroka, sekretaris jenderal Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia. Memang untuk kawasan Asia, tenis meja Indonesia sudah berada di urutan ke-5. Tetapi rupanya hampir musykil untuk merebut emas di Asian Games. Renang berharap banyak dari peremajaan yang ditampilkan dalam SEA Games Singapura kemarin. Dari 16 perenang yang bertanding, hanya tiga yang senior. "Mereka masih muda. Di Singapura mereka masih gemetaran," cerita M.F. Siregar, yang juga duduk sebagai ketua I Persatuan Renang Indonesia. Meskipun penampilan perenang yang masih remaja itu jelek di Singapura, Siregar yakin mereka akan menunjukkan prestasi meyakinkan di Brunai nanti. "Di Brunai kita bisa bangkit kembali asal tidak diganggu dengan ujian dan ulangan," katanya. Program latihan renang sekarang ini, menurut Siregar, diperberat karena diperhitungkan bintang Singapura, Junie Sng, masih akan tampil di Brunai sekalipun gadis ini sudah menyatakan "sayonara" untuk renang sesaat setelah SEA Games Singapura bubaran. Renang sekarang memakai sistem latihan mengejar target waktu. Misalnya, kalau seorang perenang gaya bebas putri bulan Mei 1984 berhasil mencapai waktu 1 menit 0,2 detik untuk 100 meter akan dikirim berlatih ke AS. Sedangkan putra, limitnya 55 detik. Tahun 1985 waktu itu dipertajam lagi dan kalau tidak ada kemajuan, si atlet tidak akan dikirim ke Brunai. "Jadi dalam berlatih mereka mempunyai motivasi," kata Siregar. Siregar mengharapkan dari peremajaan yang sekarang, ditambah Lukman Niode yang memegang rekor Asia untuk gaya punggung, cabang renang akan mampu merebut emas di Seoul. Jika cabang-cabang lain yang mulai dipelatnaskan sekarang juga bisa berbuat sama, agaknya target 5 besar bisa dicapai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus