BELUM bertanding Indonesia sudah kepepet. Untuk merebut tiket ke
Olimpiade 1984 di Los Angeles, PSSI cuma punya waktu 2 bulan
buat menyusun tim. Tanggal 6 Oktober mendatang sudah harus
berhadapan dengan Arab Saudi dalam putaran Pra-Olimpiade. Namun
sampai pekan kemarin, tlm nasional belum juga terbentuk. Orang
bisa cemas, kegagalan di SEA Games Singapura -- dengan tim yang
hanya dipersiapkan 3 minggu -- akan berulang kembali.
Kelalaian pembentukan tim Pra-Olimpiade itu karena pengurus PSSI
tempo hari sibuk mempersiapkan tim ke SEA Games Singapura dan
adanya kompetisi Liga 1982/1983 yang sedang berjalan. Rapat
pembentukan tim nasional untuk Pra-Olimpiade sekarang ini
kemudian terbentur pula pada masalah jadwal kompetisi Liga
1983/1984 yang direncanakan akan dimulai 22 Agustus mendatang,
padahal pemain-pemain Liga termasuk yang akan dipilih.
Dalam 3 kali rapat pimpinan PSSI sejak awal Juli, masalah
penyesuaian jadwal kompetisi Liga menjadi bahan pembicaraan
pokok. Klub-klub Liga memang merelakan pemain mereka direkrut
untuk tim nasional tetapi mereka bertahan untuk tetap tidak mau
rugi kalau kompetisi harus terganggu dengan pembentukan tim
nasional.
Ketua Pengurus Harian, Soeparjo Pontjowinoto, dalam
keterangannya kepada wartawan menyebutkan bahwa dalam rapat dia
menawarkan agar klub Liga yang pemainnya terpilih masuk dalam
tim Pra-Olimpiade supaya jangan dulu dimasukkan dalam jadwal
kompetisi. Yang berkompetisi hanya klub yang pemainnya tidak
terpilih. Tetapi rapat yang juga dihadiri Ketua Liga, Sigit
Harjojudanto itu rupanya belum bisa menentukan sikap sampai
Senin kemarin.
Rapat Senin tanggal 18 Juli 1983 baru menelurkan keputusan
menunjuk Sigit sebagai Ketua Proyek Tim Pra-Olimpiade. Sedangkan
tim yang dipersiapkan terdiri dari 3 buah. Masing-masing PSSI
Merah (22 pemain) yang berintikan pemain Niac Mitra dan Makassar
Utama dengan pelatih M. Basri. PSSI Hijau (22 pemain) berintikan
sisa pemain Liga yang akan diasuh pelatih Suwardi Arland dengan
dibantu Fred Korber. PSSI Putih (29 pemain) berbasiskan pemain
dari perserikatan, juga ditangani Suwardi Arland. Sedangkan
pemusatan latihan dilak sanakan di Jakarta dan Surabaya.
"Diharapkan paling lambat tanggal 31 Agustus tim Pra-Olimpiade
sudah terbentuk," ujar Sigit selesai rapat di kantor PSSI.
Menurut dia, yang keluar sebagai tim terbaik dalam rangkaian uji
coba yang segera akan dilaksanakan, dialah yang akan terpilih
mewakili Indonesia. "Termasuk pelatih yang menangani mereka,"
katanya.
Dalam penyusunan tim ini pimpinan PSSI mengandalkan pelatih
nasional yang berhimpun dalam Board of Coaches. Sedangkan
pelatih asing hanya bertindak sebagai penasihat. Pelatih asal
Brazil, Barbatana, yang datang beberapa waktu yang lalu,
kelihatannya belum akan melibatkan diri. Sebab sebagaimana
dikatakan Sigit, kontraknya dengan bayaran sebesar US$ 7.000
(sekitar Rp 7 juta) per bulan sedang dipersiapkan. Ia sendiri
direncanakan akan dipakai untuk melatih PSSI Garuda dan PSSI
Yunior.
Ada kalangan yang heran mengapa persiapan tim harus dipusatkan
di 2 kota. Sementara waktu hanya tinggal 2 bulan. Pelatih Basri
sediri menganggap waktu yang tersedia terlau singkat. "Paling
tidak diperlukan 4 tahun baru akan terlihat hasilnya," kata
pelatih yang membawa Niac Mitra juara Liga 2 kali.
Namun Basri agak optimistis juga dengan pemain-pemain
berpengalaman yang sudah lama bekerja sama dengan dia ditambah
beberapa pemain dari Makassar Utama, melalui latihan yang
teratur, akan bisa dibentuk tim yang lumayan. "Dan saya yakin,
kalau tak ada pihak luar yang turut campur tangan dalam
penentuan tim, seperti yang terjadi dalam tim SEA Games
Singapura, saya percaya kita bisa berhasil dalam ronde pertama
ini," ulas Basri. Waktu ke Singapura tempo hari kabarnya ada
orang berduit yang menyodor-nyodorkan pemain kesayangannya.
Beberapa kalangan sepak bola menyebutkan Arab Saudi merupakan
lawan terkuat di antara lawan se-grup Indonesia, yang terdiri
dari India, Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi. Itulah makanya
Basri, begitu pula Sutjipto Suntoro dari perhimpunan para
pelatih beranggapan kalau bisa mengalahkan Arab Saudi, Indonesia
ada harapan berjaya.
Dengan harap-harap cemas orang menunggu apakah tim nasional
Pra-Olimpiade yang diketuai Sigit ini bisa mengulangi sukses tim
Pra-Olimpiade tahun 1976 yang berhasil menahan draw Korea Utara.
Dan hanya kalah setelah adu penalti. Waktu itu pelatih asal
Belanda, Coerver memerlukan lebih kurang setengah tahun untuk
memburu calon pemain mulai dari Padang sampai Irian Jaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini