Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ngebut menjelang 4 Agustus

Perluasan kilang minyak di cilacap segera akan diresmikan (tgl 4 Agustus). mampu memenuhi sebagian kebutuhan bbm. (eb)

23 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM waktu dekat ini pemerintah nampaknya tak akan terlalu berurusan dengan pelbagai kilang minyak di Singapura. Sebagian besar kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM), yang selama ini diperoleh dari sana, di hari-hari mendatang akan dipenuhi dari kilang Cilacap. Perluasan kilang minyak Cilacap yang punya kemampuan mengolah 200 ribu barrel minyak mentah per hari itu, 4 Agustus akan diresmikan Presiden Soeharto -- empat bulan lebih awal dari rencana semula. Tambahan suplai BBM juga akan diperoleh dari kilang Balikpapan, yang perluasannya diperkirakan selesai November mendatang. Kilang minyak itu pun akan punya kemampuan mengolah 200 ribu barrel. Kini masih 60 ribu barrel sehari. Dengan demikian, kata Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto pekan lalu, "mungkin pada akhir tahun ini, kita tak perlu impor BBM lagi." Jika pabrik itu kelak sudah bekerja dengan kapasitas penuh, maka pemerintah tak perlu lagi mengapalkan 170 ribu barrel minyak mentah setiap hari ke pelbagai kilang di Singapura untuk diproses jadi BBM. Dari sektor ini banyak devisa akan berhasil dihemat, karena pemerintah tak perlu lagi mengeluarkan ongkos pengapalan dan prosesing untuk mendapatkan BBM. Biaya pengilangan minyak mentah di Cilacap pun, menurut J. Pitono, pemimpin Unit Pengolahan IV Cilacap, cukup bersaing jika dibandingkan Shell di Pulau Bukom, Singapura. Karena peralatag kilang Cilacap efisien (masih baru), maka biaya pengolahan ditaksirnya hanya mencapai US$ 0,45 per barrel. Berapa persisnya biaya pengilangan di Shell Bukom, Pitono tak bisa memberikan angkanya. Yang pasti, jatuhnya akan lebih mahal mengingat pihak pemilik BBM juga harus membayar biaya pengapalan dari pengilangan ke tempat penimbunan di sini. Tapi dengan beroperasinya kilang Cilacap dan Balikpapan nanti, Menteri Soebroto berharap biaya produksi BBM akan "bisa lebih baik". Untuk menghasilkan setiap liter BBM di Cilacap, menurut sebuah sumber, diperkirakan hanya akan menghabiskan rata-rata Rp 180. Toh sejauh itu Menteri Soebroto belum bersedia mengungkapkan apakah harga BBM di sini, yang cukup mahal dibandingkan di Malaysia, akan diturunkan akhir tahun ini. Harga premium yang di sini Rp 320, misalnya, di negara tetangga itu hanya Rp 296 per liter. Suatu perhitungan tentu diperlukan untuk menyesuaikan harga premium itu, mengingat komponen BBM lain seperti minyak tanah masih mendapat subsidi cukup besar. Perubahan tingkat harga BBM itu juga akan dipengaruhi oleh harga minyak mentah (kini US$ 29 per barrel), yang diimpor untuk dikilang di sini. Seperti diketahui, untuk menghasilkan BBM itu kilang Cilacap setiap hari masih perlu mengimpor 100 ribu barrel Arabian Light Crude (ALC) dari Arab Saudi. Sedang yang 160 ribu barrel, dan 40 ribu barrel masing-masing akan dipenuhi dari lapangan minyak Arjuna dan Ataka. Impor ALC itu di hari-hari mendatang tetap diperlukan mengingat, kata Pitono "minyak mentah kita mengandung kadar wax (lilin) terlalu tinggi hingga untuk mengolahnya jadi minyak pelumas terasa mahal." Selain BBM dan LPG, kilang minyak Cilacap juga akan menghasilkan minyak pelumas dari semula 80 ribu ton jadi 175 ribu ton setahun. Untuk memperoleh minyak pelumas ini akan digunakan fraksi berat (long residue) ALC. Dari kilang inilah, kebutuhan minyak pelumas dalam negeri yang tahun lalu mencapai 160 ribu ton, akan dipenuhi. Di hari-hari ini Fluor Eastern Inc., kontraktor utama pembangunan perluasan kilang Cilacap itu, sedang ngebut menyelesaikan proyek itu. Semula diperkirakan proyek bernilai hampir US$ 800 juta itu memerlukan waktu 38,5 juta jam kerja, tapi ternyata bisa rampung dalam 22 juta jam kerja. Banyak komponen hasil industri dalam negeri, seperti, pipa yang digunakan dalam pembangunan proyek ini. Jika semula biaya rupiah diperkirakan hanya akan Rp 133 milyar, maka menjelang penyelesaian, proyek itu sudah membengkak menjadi Rp 153 milyar. Kenaikan biaya rupiah itu, menurut Indraman Akmam, direktur pengolahan Pertamina, memang merupalan akibat dari "penggalakan pemakaian komponen dalam negeri" di proyek tadi. Menurut Indraman, kilang Cilacap, yang akan menghasilkan BBM, baru akan mencapai kapasitas maksimum dengan efisiensi tinggi sesudah menjalani masa percobaan produksi 1-2 bulan. Sedang untuk kilang penghasil minyak pelumas memerlukan waktu 6-8 bulan setelah percobaan. "Kalau nanti sudah beroperasi dengan kapasitas penuh, kontrak dengan pelbagai kilang minyak di Singapura, ya segera diakhiri," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus