DALAM waktu dekat ini pemerintah nampaknya tak akan terlalu
berurusan dengan pelbagai kilang minyak di Singapura. Sebagian
besar kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM), yang selama ini
diperoleh dari sana, di hari-hari mendatang akan dipenuhi dari
kilang Cilacap.
Perluasan kilang minyak Cilacap yang punya kemampuan mengolah
200 ribu barrel minyak mentah per hari itu, 4 Agustus akan
diresmikan Presiden Soeharto -- empat bulan lebih awal dari
rencana semula.
Tambahan suplai BBM juga akan diperoleh dari kilang Balikpapan,
yang perluasannya diperkirakan selesai November mendatang.
Kilang minyak itu pun akan punya kemampuan mengolah 200 ribu
barrel. Kini masih 60 ribu barrel sehari. Dengan demikian, kata
Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto pekan lalu, "mungkin
pada akhir tahun ini, kita tak perlu impor BBM lagi."
Jika pabrik itu kelak sudah bekerja dengan kapasitas penuh, maka
pemerintah tak perlu lagi mengapalkan 170 ribu barrel minyak
mentah setiap hari ke pelbagai kilang di Singapura untuk
diproses jadi BBM.
Dari sektor ini banyak devisa akan berhasil dihemat, karena
pemerintah tak perlu lagi mengeluarkan ongkos pengapalan dan
prosesing untuk mendapatkan BBM. Biaya pengilangan minyak mentah
di Cilacap pun, menurut J. Pitono, pemimpin Unit Pengolahan IV
Cilacap, cukup bersaing jika dibandingkan Shell di Pulau Bukom,
Singapura. Karena peralatag kilang Cilacap efisien (masih baru),
maka biaya pengolahan ditaksirnya hanya mencapai US$ 0,45 per
barrel.
Berapa persisnya biaya pengilangan di Shell Bukom, Pitono tak
bisa memberikan angkanya. Yang pasti, jatuhnya akan lebih mahal
mengingat pihak pemilik BBM juga harus membayar biaya pengapalan
dari pengilangan ke tempat penimbunan di sini. Tapi dengan
beroperasinya kilang Cilacap dan Balikpapan nanti, Menteri
Soebroto berharap biaya produksi BBM akan "bisa lebih baik".
Untuk menghasilkan setiap liter BBM di Cilacap, menurut sebuah
sumber, diperkirakan hanya akan menghabiskan rata-rata Rp 180.
Toh sejauh itu Menteri Soebroto belum bersedia mengungkapkan
apakah harga BBM di sini, yang cukup mahal dibandingkan di
Malaysia, akan diturunkan akhir tahun ini. Harga premium yang di
sini Rp 320, misalnya, di negara tetangga itu hanya Rp 296 per
liter. Suatu perhitungan tentu diperlukan untuk menyesuaikan
harga premium itu, mengingat komponen BBM lain seperti minyak
tanah masih mendapat subsidi cukup besar.
Perubahan tingkat harga BBM itu juga akan dipengaruhi oleh harga
minyak mentah (kini US$ 29 per barrel), yang diimpor untuk
dikilang di sini. Seperti diketahui, untuk menghasilkan BBM itu
kilang Cilacap setiap hari masih perlu mengimpor 100 ribu barrel
Arabian Light Crude (ALC) dari Arab Saudi. Sedang yang 160 ribu
barrel, dan 40 ribu barrel masing-masing akan dipenuhi dari
lapangan minyak Arjuna dan Ataka.
Impor ALC itu di hari-hari mendatang tetap diperlukan mengingat,
kata Pitono "minyak mentah kita mengandung kadar wax (lilin)
terlalu tinggi hingga untuk mengolahnya jadi minyak pelumas
terasa mahal." Selain BBM dan LPG, kilang minyak Cilacap juga
akan menghasilkan minyak pelumas dari semula 80 ribu ton jadi
175 ribu ton setahun. Untuk memperoleh minyak pelumas ini akan
digunakan fraksi berat (long residue) ALC. Dari kilang inilah,
kebutuhan minyak pelumas dalam negeri yang tahun lalu mencapai
160 ribu ton, akan dipenuhi.
Di hari-hari ini Fluor Eastern Inc., kontraktor utama
pembangunan perluasan kilang Cilacap itu, sedang ngebut
menyelesaikan proyek itu. Semula diperkirakan proyek bernilai
hampir US$ 800 juta itu memerlukan waktu 38,5 juta jam kerja,
tapi ternyata bisa rampung dalam 22 juta jam kerja.
Banyak komponen hasil industri dalam negeri, seperti, pipa yang
digunakan dalam pembangunan proyek ini. Jika semula biaya rupiah
diperkirakan hanya akan Rp 133 milyar, maka menjelang
penyelesaian, proyek itu sudah membengkak menjadi Rp 153 milyar.
Kenaikan biaya rupiah itu, menurut Indraman Akmam, direktur
pengolahan Pertamina, memang merupalan akibat dari "penggalakan
pemakaian komponen dalam negeri" di proyek tadi.
Menurut Indraman, kilang Cilacap, yang akan menghasilkan BBM,
baru akan mencapai kapasitas maksimum dengan efisiensi tinggi
sesudah menjalani masa percobaan produksi 1-2 bulan. Sedang
untuk kilang penghasil minyak pelumas memerlukan waktu 6-8 bulan
setelah percobaan. "Kalau nanti sudah beroperasi dengan
kapasitas penuh, kontrak dengan pelbagai kilang minyak di
Singapura, ya segera diakhiri," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini