EMPAT kilang minyak utama di Singapura secara berangsur tak lagi
mendapat banyak rezeki dari usha memproses 170 ribu minyak
mentah Indonesia. Kilang minyak Shell di Bukom, misalnya,
kelihatan paling terpukul dengan beroperasinya kilang Cilacap
mendatang. Jika biasanya kilang itu setiap hari memproses 70
ribu barrel minyak milik Pertamina, maka untuk Juli-September
Shell hanya akan memproses 30 ribu barrel.
Pengurangan serupa juga berlaku untuk kilang milik Mobil Oil
dari 40 ribu jadi 20 ribu, Esso dari 40 ribu jadi 15 ribu, dan
Singapore Petroleum Co dari 20 ribu jadi 10 ribu barrel per
hari. Jadi sampai September mendatang minyak mentah yang
dikilang di sana setiap hari tinggal 75 ribu barrel. Tiga bulan
kemudian, Jakarta diduga akan menurunkan lagi jumlah itu, hingga
kalangan minyak di Singapura memperkirakan "pertengahan tahun
depan tak ada sama sekali minyak Indonesia dikilang di sini."
Kehilangan itu akan makin terasa jika tahun ini Malaysia, yang
setiap hari memproses 80 ribu barrel minyak mentahnya, juga akan
melakukan pemotongan. Kilang minyak Kerteh di negara bagian
Trengganu, tahun ini kapasitasnya akan bertambah dengan 50 ribu
barrel -- jadi kapasitas total pengilangan 80 ribu barrel per
hari. Beberapa negara Timur Tengah pun akan mendirikan kilang
baru, "Kami memang harus realistik menghadapi kilang-kilang baru
itu yang sangat efisien, dan hanya membutuhkan biaya produksi
kecil," ujar Dick van Hilten, direktur Shell.
Van Hilten memperkirakan tahun ini produk BBM dari kilang-kilang
itu, termasuk Cilacap, akan memasuki pasar dunia. Berapa besar
volume BBM yang akan masuk ke pasar Asia Tenggara, dia mengakui
sulit menakslrnya. "Tapi pastl akan tlba saatnya, dan akan
mempengaruhi kami," katanya kepada The Straits Times, Singapura
beberapa waktu lalu.
Untuk meningkatkan daya saing kilangnya itu, Shell berusaha
beroperasi lebih efisien. Caranya: mulai awal tahun ini kilang
minyak terbesar di Singapura itu mulai mengurangi kapasitasnya
dari 460 ribu barrel jadi 250 ribu barrel sehari. Jika Shell
Bukom "tetap bertahan dengan kapasitas terpasang itu hanya akan
menyebabkan kami jadi tidak kompetitif," katanya.
Tapi empat kilang utama lainnya: Esso (kapasitas 230 ribu
barrel), Mobil (200 barrel), Singapore Petroleum (170 ribu
barrel), dan British Petroleum (27 ribu barrel) tak punya
rencana memotong kapasitas produksi. Mobil bahkan menanamkan US$
30 juta lagi untuk memperbaiki fasilitas pengilangannya di
Jurong supaya lebih efisien dengan komputerisasi. Secara
bersama lima kilang di Singapura itu punya kapasitas terpasang
hampir 1,1 juta barrel per nomor tiga di dunia sesudah Houston
(AS) dan Rotterdam.
Kendati empat kilang di atas tak mengurangi kapasitas produksi,
mereka kini sibuk mencari order baru pengilangan. Singapore
Petroleum bulan Mei lalu meneken kontrak untuk mengilang 50 ribu
barrel per hari minyak India. Namun Esso gagal memperoleh
order dari RRC. Tentu saja di antara kelima kilang minyak itu
terjadi persaingan sengit untuk memperoleh pesanan memproses
BBM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini