Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang pindah dari bukom

Dengan adanya perluasan kilang minyak di cilacap, kilang minyak shell di bukom, singapura akan berkurang jumlah minyak mentah yang diproses. (eb)

23 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT kilang minyak utama di Singapura secara berangsur tak lagi mendapat banyak rezeki dari usha memproses 170 ribu minyak mentah Indonesia. Kilang minyak Shell di Bukom, misalnya, kelihatan paling terpukul dengan beroperasinya kilang Cilacap mendatang. Jika biasanya kilang itu setiap hari memproses 70 ribu barrel minyak milik Pertamina, maka untuk Juli-September Shell hanya akan memproses 30 ribu barrel. Pengurangan serupa juga berlaku untuk kilang milik Mobil Oil dari 40 ribu jadi 20 ribu, Esso dari 40 ribu jadi 15 ribu, dan Singapore Petroleum Co dari 20 ribu jadi 10 ribu barrel per hari. Jadi sampai September mendatang minyak mentah yang dikilang di sana setiap hari tinggal 75 ribu barrel. Tiga bulan kemudian, Jakarta diduga akan menurunkan lagi jumlah itu, hingga kalangan minyak di Singapura memperkirakan "pertengahan tahun depan tak ada sama sekali minyak Indonesia dikilang di sini." Kehilangan itu akan makin terasa jika tahun ini Malaysia, yang setiap hari memproses 80 ribu barrel minyak mentahnya, juga akan melakukan pemotongan. Kilang minyak Kerteh di negara bagian Trengganu, tahun ini kapasitasnya akan bertambah dengan 50 ribu barrel -- jadi kapasitas total pengilangan 80 ribu barrel per hari. Beberapa negara Timur Tengah pun akan mendirikan kilang baru, "Kami memang harus realistik menghadapi kilang-kilang baru itu yang sangat efisien, dan hanya membutuhkan biaya produksi kecil," ujar Dick van Hilten, direktur Shell. Van Hilten memperkirakan tahun ini produk BBM dari kilang-kilang itu, termasuk Cilacap, akan memasuki pasar dunia. Berapa besar volume BBM yang akan masuk ke pasar Asia Tenggara, dia mengakui sulit menakslrnya. "Tapi pastl akan tlba saatnya, dan akan mempengaruhi kami," katanya kepada The Straits Times, Singapura beberapa waktu lalu. Untuk meningkatkan daya saing kilangnya itu, Shell berusaha beroperasi lebih efisien. Caranya: mulai awal tahun ini kilang minyak terbesar di Singapura itu mulai mengurangi kapasitasnya dari 460 ribu barrel jadi 250 ribu barrel sehari. Jika Shell Bukom "tetap bertahan dengan kapasitas terpasang itu hanya akan menyebabkan kami jadi tidak kompetitif," katanya. Tapi empat kilang utama lainnya: Esso (kapasitas 230 ribu barrel), Mobil (200 barrel), Singapore Petroleum (170 ribu barrel), dan British Petroleum (27 ribu barrel) tak punya rencana memotong kapasitas produksi. Mobil bahkan menanamkan US$ 30 juta lagi untuk memperbaiki fasilitas pengilangannya di Jurong supaya lebih efisien dengan komputerisasi. Secara bersama lima kilang di Singapura itu punya kapasitas terpasang hampir 1,1 juta barrel per nomor tiga di dunia sesudah Houston (AS) dan Rotterdam. Kendati empat kilang di atas tak mengurangi kapasitas produksi, mereka kini sibuk mencari order baru pengilangan. Singapore Petroleum bulan Mei lalu meneken kontrak untuk mengilang 50 ribu barrel per hari minyak India. Namun Esso gagal memperoleh order dari RRC. Tentu saja di antara kelima kilang minyak itu terjadi persaingan sengit untuk memperoleh pesanan memproses BBM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus