JALAN menuju pekan olahraga South East Asia (SEA) Games di Kuala
Lumpur, tanggal 19 s/d 26 Nopember depan ternyata bukan lintasan
mulus untuk dilalui Persatuan Bola Volley Seluruh Indonesia.
Usul PBVSI untuk mengikut-sertakan cabang olahraga tersebut
dalam barisan kontingen Indonesia tampak tidak begitu saja
diakuri KONI Pusat mengingat prestasi regu bola volley
Indonesia sejak 12 tahun belakangan ini melorot turun. nari tim
yang disegani di Asia berubah menjadi lawan yang tak
diperhitungkan musuh. Dalam Asian Games VI di Bangkok, tahun
1970 mereka hanya mampu menempati urutan ketujuh.
Bertolak dari kemalangan yang merundung PBVSI itulah maka KONI
Pusat memerlukan semacam peyakinan dari induk organisasi
tersebut bahwa keberangkatan mereka ke SEA Games tidak untuk
sia-sia. Lalu diluncurkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
PBVSI terlebih dahulu. Misalnya, untuk tim puteri: KONI Pusat
menuntut mereka memperlihatkan prestasi yang dapat
dipertanggungjawabkan sebelum tiket menuju SEA Games diberikan.
Ujiannya adalah menghadapi tim nasional puteri Singapura.
Menurut Ketua PBVSI, drs. Tjuk Sugiarto pemilihan tim puteri
Singapura itu sebagai takaran kebolehan didasari atas prestasi
regu tamu tersebut. "Tim ini pernah mengalahkan regu Malaysia,"
kata Tjuk melandasi argumentasi pemilihan lawan. "Jadi tim
puteri Singapura merupakan lawan yang cukup kuat." Tapi lupa
kapan pertandingan antar negara itu terjadi.
Tapi catatan prestasi yang diraih tim puteri Singapura telah
memberikan harapan baru bagi PBVSI. Sebab KONI Pusat
menjanjikan, jika regu wanita Indonesia berhasil mengalahkan
lawan, peluang untuk ke Kuala Lumpur akan terbuka lebar.
Di gelanggang olahraga Bulungan, Minggu 25 September regu
Indonesia yang menghimpun 12 pemain -- Sri Wahyuni, Sri Murtini,
Partinah, Mustika Ratnawati Wiguna, Aan Riswana, Susantin
Fajariah, Pauline Noya, Retno Ambarwati, Olce Rumaropen, Ni
Wayan Suci dan Nany Lasminy -- tampak menggebu-gebu untuk
mengalahkan lawan. Tim Singapura yang sebelumnya berhasil
mempecundangi regu Jakarta, juara PON IX dengan angka 3-2,
dikunci habis oleh tim yang dipersiapkan untuk SEA Games dengan
kedudukan 3-0.
Ketua Bidang Organisasi KONI Pusat, Gatot Suwagio yang hadir
menyaksikan pertandingan tersebut ternyata tidak segera memberi
kata putus terhadap PBVSI. Baru setelah diadakan pertemuan
lanjutan dengan PBVSI kesepakatan untuk memberikan tiket SEA
Games tercapai.
Akan nasib tim putera, peruntungan nereka tampak sedikit lebih
baik. Merelia langsung masuk pelatnas tanpa melalui persyaratan
dwi lomba sebagain-ana yang ditempuh regu puteri.
Kesepakatan untuk mengikut-sertakan tim putera-puteri PBVSI ke
SEA Games yang tercapai antara KONI Pusat dan induk organisasi
itu tidak kurang disambut dengan rasa pesimis oleh sementara
pengamat olahraga di Jakarta. Kepesimisan merka berlandas pada
kemunduran prestasi akhir-akhir ini. Sampai-sampai seorang tokoh
KONI Pusat mempunyai usul untuk membentuk tim bayangan (tentu
saja di bawah PBVSI) untuk menjadi batu penguji yang lain.
Karena menurut informasi yang diterima sang tokoh masih banyak
pemain-pemain bermutu yang tidak terpanggil ke pelatnas.
Keinginan itu kelihatan cukup baik-andaikata informasi yang
masuk itu benar. Dan Tjuk bukan tak memahami kelemahan
pemilihannya. "Sampai sekarang kita masih menyempurnakannya,"
ujar Tjuk sambil membeberkan beberapa penggantian pemain
terpanggil. Roswita, karyawati Shell yang tak mungkin
meninggalkan pekerjaannya diganti dengan Yus Darmawan. Tempat
Metty Noya yang mundur karena alasan kesehatan dlisi oleh Rita
Latupolan. Sementara Ni Wayan Suci yang waktu PON IX dilihat
bermain menonjol terpaksa harus rela memberikan peluang kepada
Nunung yang dianggap lebih baik.
Sebaliknya di bagian putera yang terdiri atas Mirwan Supangkat,
Gugi Gustaman, Rulianto, Urip Sucipto, Eddy Witoko, Liem Siouw
Bok, Amin Kusnargo Thio Cia Seng, Wiwik, Liem Cun Bok,
Firmansyah, dan Slamet Mulyanto, pergeseran tempat itu baru
hanya terjadi pada seorang pemain. Thio Cia Seng yang
mengundurkan diri digantikan oleh Pratomo. Betulkah nama-nama
itu pemain yang terbaik PBVSI? "Menurut saya memang merekalah
orangnya," ujar Tjuk. Karena, "mereka dipilih berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh komisi teknik PBVSI."
Perbaikan yang dikerjakan Tjuk tidak hanya terbatas pada
penggantian pemain saja. Ia juga menempatkan seorang asisten
pelatih untuk masing-masing tim dan seorang wasit internasional
untuk memimpin pertandingan-pertandingan di pelatnas.
"Penempatan mereka itu adalah di luar tanggungan biaya KONI
Pusat," kata Tjuk. Tenaga pembantu yang ditempatkan itu adalah
drs Mahri yang bertugas mendampingi Subarjo sebagai pelatih tim
puteri. Suharsono di bagian putera bersama penanggungjawabnya,
Leo Maspaeitela. Dan. Sirun Supardi sebagai wasit. Tjuk menambah
bahwa kehadiran ketiga pembantu yang dibiayai PBVSI itu adalah
guna meningkatkan kekurangan-kekurangan pemain. "Meski di
pelatnas sekalipun pemainpemain itu harus dibiasakan dengan
pimpinan pertandingan yang baik," ucap Tjuk menyebut kehadiran
Sirun Supardi di pelatnas.
Adakah kekurangan yang dirasakan Tjuk, seperti masalah stamina,
teknik, dan lain-lain, akan teratasi dalam tempo persiapan yang
tinggal satu bulan? Mampukah pelatih dan pembantu tambahan
tersebut menyempurnakan kelemahan para pemain terpilih itu?
"Saya yakin bisa," kata Tjuk pasti. Sebagaimana yakinnya ia
terhadap tim yang bakal dibawanya akan meraih medali emas dan
perak dalam nomor pertandingan putera dan puteri di SEA Games
nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini