SEJARAH pencangkokan ginjal sudah dimulai sejak 15 tahun yan
lampau. Sudah 20.000 kali dilakukan di seantero dunia. Dan di
Indonesia pekerjaan seperti itu telah dilaksanakan di RS Cipto
Mangunkusumo tanggal 4 Oktober yang lalu, terhadap seorang
pasien bernama Freddy dari Ternate. Dua hari kemudian pasien
Harianto di RS Cikini mendapat ginjal baru pula.
Pencangkokan itu dilakukan karena sepasang ginjal mereka gagal
menjalankan fungsinya sebagai pencuci darah. Gagal menyalurkan
kotoran-kotoran yang mengalir di darah dan membuangnya Iewat air
seni. Tanpa pencangkokan, pencucian darah masih bisa dilakukan,
yaitu dengan hemodialisa - sebuah mesin pencuci darah. Ginjal
mereka yang sudah parah kerusakannya bisa sangat tergantung
kepada mesin tadi. Kadangkadang seorang pasien harus dicuci
darahnya dua kali seminggu. Satu kali cuci bisa mencapai 5 jam.
Ongkosnya mahal pula. Bisa mencapai Rp 00.000 setiap bulan.
Jika pencucian darah dengan mesin sudah begitu kerap waktunya,
maka biasanya seorang ahli ginjal akan menempuh pencangkokan.
Tentu saja kalau semua persyaratan sudah di tangan. Dan yang
terpenting pasien bersedia dan ada donor yang siap berkorbam
Freddy (31 tahun) sebenarnya sudah menderita penyakit kerusakan
pada ginjalnya sejak 10 tahun yang lalu. Tetapi belum begitu
parah. Sampailah kira-kira dua bulan yang lalu dia berada di
Surabaya. Ketika dia akan bertolak ke Ternate dia jatuh sakit.
Minta pertolongan ke rumahsakit di Surabaya, di sinilah dia
mendapat keterangan bahwa penyakitnya sudah begitu parah,
sampai-sampai dokter di sana tak kuasa lagi membantunya. Lantas
dia dikirim ke Jakarta dan sampai ke tangan spesialisinjal, dr
Sidabutar.
Freddy yang sudah berkeluarga dengan seorang putera itu sudah
sqak dua bulan yang lalu berada di Jakarta, dan selama sebulan
terbaring di RS Cipto Mangunkusumo. Periksa-sana-periksa-sini
akhirnya Sidabutar berkesimpulan bahwa dia sebaiknya menjalani
operasi pencangkokan ginjal. Dia tak keberatan dan adik
kandungnya yang perempuan bersedia jadi donor. Mereka seluruhnya
7 orang bersaudara. Tetapi rupanya adiknya yang perempuan ini
lebih tepat. Ini diketahui setelah para dokter melakukan
pemeriksan kecocokan jaringan antara si pasien dan si donor.
Kecocokan jaringan ini merupakan faktor yang teramat penting
dalam usaha pencangkokan, untuk mencegah jangan sampai sebuah
ginjal yang datang dari donor itu ternyata ditolak organ tubuh
si penerima, begitu dia dicangkokkan.
Jangan Putus
Menurut para ahli dalam 80.000 orang hanya dua orang yang cocok
untuk menjadi donor atau si penerima. Donor yang terbaik adalah
saudara kembar. KaIau bukan saudara kembar, bisa pula saudara
seibu-sebapa. Kalau tidak, donor yang samasckali jauh dari garis
keturunan si penerima boleh juga dicoba. Di luar negeri orang
mati yang banyak dijadikan donor. Sedang Harianto orang kedua
yang menjalani pencangkokan di RS Cikini mendapatkan sebuah
ginjal bantuan dari ibu kandungnya.
Persiapan untuk pencangkokan terhadap Freddy itu nampak sangat
rapi. Dan kamar operasi yang dipilih adalah kamar yang sudah
ratusan kali-menyaksikan bedahjantung di RS Cipto Mangunkusumo.
PLN sengaja diberitahu supaya para petugas di sana jangan
lengah. Jangan sampai aliran listrik putus. Karena operasi
sekali ini lebih lama dari operasi jantung. Sampai lima setengah
jam lamaIlya. Pemberitahuan ini amat penting, Inaklumlah pernah
satu ketika para ahli bedah syaraf yang sudah siap bekerja,
terpaksa menunda rencana mereka. Karena listrik mendadak padam.
25 orang dokter dan sebelas para medis ambil bagian dalam
operasi pencangkokan tersebut. Kazuo Ota, seorang profesor dan
ahli bedah pembuluh darah ginjal sengaja diundang dari Jepang.
Menurut Sidabutar, kedatangannya ini "untuk memberikan dorongan
moril bagi pasien dan masyarakat pada umumnya." Kata-katanya ini
agaknya bermaksud untuk memberikan kepuasan bagi mereka yang
kurang percaya terhadap kemampuan dokter Indonesia sendiri.
Padahal ahli bedah ginjal seperti Djoko Rahardjo yang juga ikut
dalam operasi itu, menurut banyak dokter adalah ahli bedah yang
bisa diandalkan. Menurut Sidabutar pada operasi yang ketiga dan
seterusnya dokter-dokter Indonesiaakan melakukan seluruh
pencangkokan itu.
Homogen
Menurut literatur kedokteran, yang lebih dulu dibedan adalah
donor. Dan dalam pencangkokan kemarin pengambilan sebuah ginjal
dari wanita itu merupakan pekerjaan yang lebih lama dibandingkan
dengan seluruh pekerjaan pencangkokannya ke tubuh si penerima.
Selama delapan jam para dokter kita plus dokter Jepang menekuni
meja operasi, untuk membuktikan apakah pekerjaan sudah
benar-benar sip. Seluruh pembedahan, sebenarnya dalam lima
setengah jam sudah selesai.
Ginjal - Freddy yang sudah rongsok itu tidak dikeluarkan. Dia
dibiarkan di tempatnya. Sedangkan sebuah ginjal dari adiknya itu
ditempatkan di bagian bawah ginjal yang lama. Agak mendekat ke
tulang pinggul. Pembuluh darah dan saluran air seni dari ginjal
baru itu, disambungkan pada pembuluh darah dan saluran air seni
yang terdapat di dekat ginjal si pasien.
Pencangkokan gunjal yang pertama buat Indonesia itu, naunpaknya
berjalan dengan baik dan hampir bisa dikatakan berhasil. Kalau
memang ada yang tak beres, dalam 24 jam kemudian sudah bisa
diketahui. Ketidakberesan ini terutama menyangkut pasal
penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru menempel itu. Tetapi
nyatanya, tiga hari setelah operasi. Sidabutar sudah berani
muncul memberikan keterangan panjang lebar kepada para wartawan
yang tak sabar menanti hasil.
Meskipun perawatan bagi si donor lebih memakan waktu dan
perhatian, namun si pasien "tiga ginjal" dalam waktu Liga bulan
masih harus ditilik terus-menerus. Sebab kabarnya masa tiga
bulan ini kalau sudah lewat, maka boleh dikatakan operasi tadi
sempurnalah sudah. Dan kalaupun ada kecelakaan di kemudian hari
terhadap laki-laki keturunan Tionghoa ini - mudah-mudahan jangan
- maka duka cita berasal dari gumpalan darah yang timbul pada
samhungan pembuluh darah. Bisa juga karena tertekannya ginjal
baru tadi, volume darah berkurang, air seni tersumbat atau luka
yang terjadi pada ginjal pada waktu mencangkokkan.
Operasi pencangkokan tersebut diperhitungkan akan mencapai biaya
Rp 2 juta. Tapi masih lebih murah dibandingkan dengan
terus-menerus menggunakan mesin cuci darah. Si penderita yang
sudah dicangkok, selain lebih bebas dari beban biaya, juga bebas
dari ketergantungan 5 jam atau lebih terhadap mesin darah itu.
Menurut keterangan, usia yang terpanjang yang bisa dicapai
seorang setelah dicangkok adalah 16 tahun. Itu menurut statistik
luarnegeri. Secara pukul rata di Amerika Serikat mereka yang
masih bisa bertahan sampai tiga tahun setelah pencangkokan
adalah 42%. 297O bertahan sampai lima tahun. Tetapi di Australia
yang masyarakatnya lebih homogen yang bertahan sampai 5 tahun
42% banyaknya. Sedang di Indonesia ini mudah-mudahan lebih
menggembirakan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini