Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Metamorfosis Mister Selfish

Kobe Bryant sukses memimpin Lakers menjadi juara NBA musim ini. Seperti anak kecil yang berada di toko permen.

22 Juni 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAHNYA sontak meringis. Saat merangsek ke daerah lawan, jari-jari Kobe Bryant rupanya tersangkut tubuh musuh. Ikon LA Lakers itu pun langsung minggir dan duduk di bangku cadangan. Pendukung LA Lakers waswas. Maklumlah, bagi pebasket, cedera jari sama saja dengan penyanyi yang kehilangan suara. Bila gara-gara cedera itu Bryant harus lengser dari arena, ini pertanda gawat. Upaya Lakers mengejar gelar bisa pupus.

Namun ketakutan itu langsung berubah jadi decak kagum. Bryant kembali masuk lapangan. Dan, yes..., seperti baru saja menelan obat lupa, dia tetap tampil beringas. Bryant berlari, melompat, memblok, dan membuang bola pantul. Catatannya sempurna: 32 poin, 7 assist, dan 5 rebound dalam pertandingan kelima di final Liga Basket Amerika (NBA) 2009 melawan Orlando Magic. Pemain lain menyempurnakannya sehingga Pasukan Kuning Ungu ini berhasil mencetak kemenangan mutlak, 99-86.

Angka ini sudah cukup untuk mengantarkan mereka menjadi juara. Setelah menang 4-1, para pemain Lakers pun sukses menggapai cincin emas NBA musim ini. ”Benar-benar sangat menyenangkan. Saat ini, saya seperti anak kecil yang berada di toko permen,” kata Bryant dengan senyum manis.

Bukan hanya Bryant yang senang. Los Angeles pun berpesta. Saking girangnya, pendukung malah bertindak berlebihan: merusak apa saja yang ada di depan mereka. Akibatnya, beberapa orang dicokok polisi. ”Mereka tak mau melihat kami kalah. LA is brutal, man,” komentar Bryant terhadap kerusuhan yang terjadi Senin pekan lalu itu.

Kemenangan ini memang punya banyak makna. Selain masa paceklik gelar selama tujuh tahun yang dialami klub asal Los Angeles itu berakhir, kemenangan ini menempatkan Phil Jackson, pelatih Lakers, sebagai orang yang sudah 10 kali merasakan gelar juara. Namun yang paling lengkap ya si Bryant itu.

Dia dikerubuti gelar. Anugerah Most Valuable Player di partai final mampir padanya. Tapi, yang paling penting, dia bisa lepas dari bayang-bayang Shaquille O’Neal, yang membawa Lakers meraih tiga gelar. Belakangan ini, Lakers memang identik dengan pemain bertubuh raksasa itu. ”Cap itu berakhir sudah, cap bodoh yang sangat menggangguku,” kata Bryant.

Musim kompetisi ini, Kobe Bryant secara perlahan berubah. Dia memainkan perannya dengan baik. Tak hanya jadi bintang, tapi juga leader. Padahal, sebelumnya, dia dikenal sebagai orang yang sulit bekerja sama. ”Dia pemain selfish, hanya mau menang sendiri,” kata Jackson.

Bukan hanya di lapangan dia bikin masalah. Pemain dengan nomor punggung 24 ini pernah dituding memerkosa wanita pegawai resor tempatnya menginap saat menjalani pemulihan akibat operasi lututnya, enam tahun silam. Akibatnya, hampir saja dia meluncur ke balik jeruji. Namun, dalam persidangan, si korban ternyata memilih tidak melanjutkan kasus itu. Bryant pun bebas dari tuntutan.

Meski berakhir damai, persoalan ini benar-benar membuatnya seperti kehilangan akal sehat. Hubungan dengan Vanessa, sang istri, yang dinikahinya pada 2001, hampir bubar. Parahnya, dia pun menuduh rekan setimnya, Karl Malone, diam-diam merayu Vanessa. Malone membantah habis-habisan. Vanessa sendiri menyebut Bryant sedang lupa diri.

Masalah lain adalah perseteruannya dengan pemain lain. Siapa lagi kalau bukan dengan Shaquille O’Neal. Mestinya Shaq menjadi partnernya, tapi Bryant merasa terganggu dengan kehadiran pria yang telanjur dicintai publik Lakers itu. Inilah yang kemudian menimbulkan masalah bagi Bryant. Hubungan keduanya menjadi buruk tidak hanya di lapangan, tapi juga untuk urusan pribadi.

Ada saja yang menjadi masalah. Mulut Bryant memang pedas. Sebaliknya, biarpun badannya tinggi besar, hati Shaq gampang tersayat. Hubungan mereka sudah teramat buruk. Di mana saja, kapan saja, mereka saling melontarkan makian. Puncaknya, pada 2004, mereka pun berpisah. Shaq hengkang ke Miami Heats. Kabarnya, Bryant saat itu meminta klubnya memilih salah satu dari mereka. Dan Shaq yang terpental.

Toh, permusuhan itu tak lantas berhenti. Permusuhan ini abadi. Menanggapi kemenangan Bryant, Shaq mengirimkan ucapan selamat. Dalam situs pertemanan Twitter, Shaq memuji keberhasilan Bryant. Tapi, menurut situs TMZ, sejatinya dalam ucapan itu Shaq menambahkan beberapa kata makian.

Meski tak seliar Dennis Rodman, bintang NBA lainnya, Kobe Bryant memang biang keladi dalam banyak hal. Ini membuat Jackson kehilangan kesabaran. ”Kobe gampang marah. Tidak saja kepada saya, tapi juga kepada pemain lain,” kata Jackson suatu ketika. ”Saya tidak mau melatih lagi selama dia masih ada di sana. Dia tidak pernah mau mendengar.”

Patut disesalkan memang. Padahal Bryant merupakan pemain yang lengkap: bakatnya luar biasa, tongkrongannya paten, wajahnya pun cakep. Tingginya yang mencapai hampir dua meter amat ideal bagi pemain basket NBA. Cengkeraman tangannya kokoh. Bola basket tak ubahnya seperti bola bekel yang gampang diterkam.

Soal talenta dan kemampuannya, tak ada yang menyangkal. Banyak orang yang menyebutnya mirip dengan Michael Jordan. Namun dia menolak mentah-mentah disamakan dengan legenda Chicago Bulls itu. ”Sori, ya, Jordan adalah Jordan, saya hanya mau menjadi Kobe,” katanya.

Bakat ini lungsur dari bapaknya, Joe Bean, pemain basket yang pernah hilir-mudik di NBA. Saat Bryant 6 tahun, dia hijrah ke Italia mengikuti sang daddy yang bermain di sana. Sepulang dari Italia, Bryant pun mencoba peruntungan menjadi pemain basket.

Di kancah NBA, kariernya cemerlang. Dia menjadi pemain NBA termuda, pada usia 18 tahun. Saat berusia 30 tahun, dia sudah meraup empat gelar juara. Juga menjadi anggota tim yang menyumbangkan emas dalam Olimpiade Beijing 2008.

Bryant juga memiliki bakat yang sempurna. ”Saat masih kanak-kanak, dia memiliki fokus dan konsentrasi yang lengkap. Ini yang membedakannya dengan anak-anak seusia dia,” kata Greg Downer, pelatih di sekolahnya. Sayangnya, di sisi lain, secara emosional dia memiliki masalah besar. Egonya tinggi dan kemarahannya gampang tersulut. ”Dunia seolah menjadi miliknya. Dia seorang raja,” kata seorang temannya semasa remaja.

Raja itu kini sudah menemukan jati dirinya. Jackson, yang kembali ke Lakers, menemukan Bryant dalam bentuk yang lain. ”Dia telah banyak belajar menjadi pemimpin yang diikuti pemain lain,” katanya. Kesalahan yang dibuatnya memang mahal. Saat terjerat kasus pemerkosaan saja, dia harus membayar uang dalam jumlah yang besar.

Memang, ulahnya tak membuat dia jatuh miskin, Menurut Forbes, kekayaannya sekitar US$ 45 juta atau setara dengan Rp 450 miliar. Bryant keluar dari kepompong ketamakannya dan menjadi kupu-kupu indah bagi siapa saja. Persis seperti yang diperlihatkan di Amway Arena, Ahad pekan lalu. Selepas bertanding, dia meluncur menemui keluarga dan memeluk kedua anak perempuannya dengan hangat.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus