IA dikawal ketat seorang pemain belakang PSIS Semarang di daerah penalti. Berputar-putar berusaha melepaskan diri, Adolf Kabo, kiri luar Perseman itu, tampak mengincar bola yang bergulir pelan beberapa langkah di samping kanannya. Posisinya memang sulit. Namun, dengan gerakan cepat, sambil membalik separuh badannya, ia toh berhasil melepaskan sebuah tendangan kaki kanannya. Bola meluncur deras ke arah gawang Semarang tanpa bisa ditangkap Kiper Cahyono. Itulah pula satu-satunya gol yang memastikan Perseman Manokwari maju ke final kejuaraan Divisi Utama Perserikatan PSSI, Selasa pekan depan. Dan Kabo, 25, seperti tahun lalu, kali ini pun kembali jadi buah bibir penonton Senayan. Ia tak hanya jadi motor timnya sejak kejuaraan 12 besar dimulai, bulan lalu. Tapi juga jadi salah satu pencetak gol terbanyak di kejuaraan itu. Prestasi ini tak berselisih banyak dengan Adityo Darmadi dari Persija Jakarta, yang sampai Senin pekan ini tercatat sebagai pencetak gol terbanyak di kejuaraan Divisi Utama PSSI tahun ini. Lahir di Kabupaten Manokwari, Kabo, yang sudah sejak usia 8 tahun main bola, tak syak lagi, adalah pemain yang menonjol selama kejuaraan ini. Bersama beberapa temannya Jonas Sawor, Willem Mara, dan pendatang baru Elly Rumaropen, pemain yang tinggi 178 cm dan berat 76 kg itu berhasil mengobrak-abrik pertahanan lawan. "Saya akan terus membuat gol pada pertandingan berikutnya," kata Kabo bersemangat. Bujangan yang pernah jadi juara tinju kelas welter ringan di Manokwari ini, dan tahun lalu dipilih PSSI untuk bergabung dengan PSSI Perserikatan, memang bernafsu hendak merampas gelar pencetak gol terbanyak yang masih dipegang oleh Adityo Darmadi. Penyerang Persija yang berusia 25 tahun ini tampil merebut gelar itu setelah dua gol yang dihasilkannya ketika Persija menghadapi PSM, Minggu pekan lalu. Waktu itu Persija menang 3-0. Baru setahun memperkuat Persija, Adityo memang pendatang baru di kejuaraan 6 Besar PSSI. Adik bekas pemain nasional Didiek Darmadi ini dipuji karena kerajinannya menjelajahi lapangan. Lahir di Solo, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya, Jakarta, ini pernah 4 tahun, sejak 1981, bergabung di klub Indonesia Muda, Jakarta. Di sinilah, katanya, pengetahuan bolanya dia matangkan. Berambisi menjadikan Jakarta sebagai Juara Perserikatan tahun ini, karyawan Bank Tabungan Negara ini masih berminat memperkuat Persija tahun depan. Dan tentu dengan penampilan yang lebih memikat. Pemain lain yang perlu disebut pada kejuaraan tahun ini adalah Adjat Sudradjat, 24, striker Persib Bandung. Namun, bukan karena permainannya cemerlang, melainkan justru karena sebaliknya. Memakai kaus nomor 10, Adjat mampu menjaringkan 16 gol tahun lalu. Prestasinya yang gemilang waktu itu sempat membuat namanya tenar. Malah mungkin karena begitu populer, anak Sukajadi, Bandung, yang memang suka menyanyi, ini sempat pula merekam suaranya di sebuah perusahaan rekaman. Tapi, rekaman karyawan PLN itu tak sempat menggema luas. Malah setelah peredaran kaset itu pula karier bola pemain yang pernah terpilih memperkuat PSSI Perserikatan ke Pesta Sukan Brunei ini memudar. Di kejuaraan Divisi Utama PSSI kali ini mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nusantara, Bandung, itu sering disoraki penggemarnya, karena bermain buruk. "Saya jenuh main bola dan sudah punya rencana mau istirahat sebulan setelah kejuaraan ini selesai," katanya. Sejak Pesta Sukan Brunei, Maret tahun lalu, hingga kejuaraan Divisi Utama, kata Adjat, ia tak berhenti main bola. "Saya capek, karena kompetisi ini begitu padat. Apa tak sebaiknya diadakan dua tahun sekali?" pinta anak ketiga dari tujuh bersaudara itu, serius. Selain nama-nama itu, seorang pendatang baru dari Semarang barangkali perlu disebut. Ia, Budi Wahyono, 25, disebut para pengamat bola sebagai pemain baru berbakat. Ia menarik perhatian. Tidak karena dia berkepala gundul. Tapi, karena kelugasannya bergerak mengancam daerah pertahanan lawan. Ia memang tak mencetak gol di Senayan. Tapi, operan dan giringan bola yang dilakukan bujangan yang tinggi 165 dan berat 65 kg ini acap kali merepotkan kubu lawannya. Sering terlihat jatuh bangun di lapangan, Budi yang biasa mengenakan kaus nomor 11 ini sungguh berminat menjadi nasional. Mengikuti pemain favoritnya, bekas pemain nasional yang kini jadi pelatih Krama Yudha Galatama, si Kancil, Abdul Kadir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini