PULUHAN ribu penonton pertandingan PSMS Medan lawan Persib Bandung mengempas dan menggerutu. Gagal menyaksikan terciptanya gol, Senin malam pekan ini, di Stadion Utama, Senayan, Jakarta, sebagian mereka -- para pendukung Persib Bandung dan PSMS Medan -- berteriak-teriak memaki tim yang baru mereka elu-elukan, beberapa saat setelah wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. "PSMS ompong. Ayam Kinantan digoreng saja," itulah antara lain ejekan buat kubu Medan. Sementara itu, Persib juga dapat bagian dimaki: "Peuyeum dan oncom lembek," teriak penonton lain. Tampak geram, beberapa penonton malah melempari rombongan anak-anak Medan itu ketika akan meninggalkan Senayan. Hasil seri 0-0 agaknya memang tak mereka harapkan. Terutama para pendukung PSMS. Sebab, sudah main dua kali (hasilnya sekali seri 0-0 lawan PSIS Semarang dan kalah 0-2 dari Perseman Manokwari) skor sama kuat itu, berarti makin menutup kemungkinan kesebelasan yang sudah dua kali berturut-turut (1983 dan 1985) menjuarai Divisi Utama PSSI itu, untuk mempertahankan gelar mereka. Ini karena mereka baru mengumpulkan nilai 2 dari tiga pertandingan -- sebelum ke final semua peserta 6 besar Divisi Utama masing-masing harus menyelesaikan 5 pertarungan. Sementara itu, Perseman Manokwari yang tak terkalahkan dalam tiga pertandingan sebelumnya, pada hari yang sama, memastikan dirinya sebagai salah satu calon finalis (dengan nilai 8) setelah mengalahkan PSIS Semarang 1-0. Calon finalis lain adalah Persija Jakarta dan Persib yang memiliki angka lebih baik dari PSMS. Persija bahkan di atas kertas bisa disebut favorit. Sebab, tim Ibu Kota ini sudah mengumpulkan nilai 4 dari 3 pertandingan (dua kali menang dan sekali kalah). Sedangkan Persib mengumpulkan nilai 4 dari 4 pertandingan (dua kali seri, sekali kalah, dan sekali menang). Ini nilai-nilai yang diperoleh tim-tim itu sampai Senin pekan ini. Masih punya dua sisa pertandingan melawan Persija dan PSM, peluang Medan untuk tampil ke final sebenarnya bisa lebih lapang seandainya tim ini punya perbendaharaan gol yang lumayan. Tapi, inilah yang menyakitkan penggemar mereka: selak dimulai kejuaraan ini kas gol itu kosong. "Itu karena mereka main tanpa pola," kata Kamaruddin Panggabean, bekas Ketua Komda PSSI Sumatera Utara yang sukses membawa PSMS juara di dalam dan luar negeri pada akhir tahun enam puluhan. Pamor PSMS mulai menurun? "Ah, tidak juga. Peluang untuk menang sebenarnya ada dalam beberapa pertandingan yang kami lalui. Tapi, kalau nasib baik tak berpihak pada kami, mau bilang apa?" kata Amran Ys, Manajer Tim PSMS. Tampak lesu, usai pertandingan lawan Persib, Amran masih bersikeras bahwa dari tiga penampilan menghadapi tim-tim lawan, sebenarnya, anak-anak asuhannya menguasai pertandingan. Ketika melawan Persib, misalnya, dia menghitung sedikitnya 4 peluang emas yang gagal dimanfaatkan para pemain PSMS. Jadi, menurut Amran, PSMS kalah, antara lain, "Karena kami tak memiliki pencetak gol." Masih yakin PSMS berpeluang ke final, Amran juga menolak anggapan kekalahan ini karena "ada aa-apa" di kubu PSMS. Misalnya, ada suara yang menyesalkan tak dipakainya lagi Parlin Siagian, pelatih yang sukses membawa PSMS menjuarai Divisi Utama 1983 dan 1985. "Parlin sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kami pakai pelatih lain," tutur Amran lagi. Parlin, 33, yang kini bekerja di Kantor Inspeksi Pajak, Medan, membenarkan alasan Amran itu. "Saya sudah terlalu sering tak masuk kantor karena sepak bola. Jadi, bukan tak cinta PSMS atau bukan pula karena ada apa-apa kalau tahun ini tak jadi pelatih," katanya. Banyak faktor agaknya bisa jadi penyebab kurang menggigitnya PSMS. Namun, jika mau terus terang, sesungguhnya penampilan hampir semua peserta 6 besar PSSI tahun ini memang belum begitu memuaskan. Malah jika dilihat dari segi produktivitas pencetakan gol, misalnya, hasil tahun ini mungkin merosot. Sebab, tahun lalu, Adjat Sudradjat dari Persib bisa menjaringkan 16 gol sebagai pencetak gol terbanyak. Tahun ini dengan sisa 3 pertandingan lagi, Adityo Darmadi dari Persija, pencetak gol terbanyak, baru memasukkan 9 gol (lihat Naik-Turun Bintang Senayan). Marah Sakti Laporan Toriq Hadad & Ahmed Soeriawidjaja (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini