RUMAH Sakit Setia Mitra di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, didatangi para pemain bulu tangkis nasional. Rabu pekan lalu, 12 pemain Pelatnas (Pemusatan Latihan Nasional) Piala Thomas, di antaranya Christian Hadinata dan Liem Swie King, disertai Ketua Bidang Pembinaan PBSI Tahir Djide muncul di rumah sakit milik Dokter Chehab, dokter ortopedi yang juga koordinator tim kesehatan Piala Thomas PBSI. Mereka sebenarnya tidak satu pun yang sakit. Semua pemain yang akan turun mempertahankan Piala Thomas, April mendatang, itu sedang antre untuk divaksinasi. Bukan cacar, kolera, atau disentri, tapi hepatitis B. Cukup mengejutkan memang. Sebab, inilah yang pertama dalam sejarah, pengurus PBSI harus repot mengamankan para pemainnya untuk mencegah kejangkitan penyakit kuning itu. Soalnya memang serius, rupanya. "Sekarang memang sedang musim, virus hepatitis menyerang para atlet kita," kata Tahir Djide. Ia lalu menyebut contoh ada tiga atlet PASI yang diketahui terkena virus penyakit menular itu. Dan yang membuat gelagapan PBSI, virus penyakit hati itu belakangan ini sudah pula menyerang atlet mereka. Mula-mula menumbangkan Hendry Saputra, pemain muda yang pernah mengalahkan jago RRC juara All England 1985, Zhu Jianhua. Pemain ini dinyatakan kena penyakit hepatitis B Desember lalu dan hingga kini masih harus berobat jalan dan istirahat total. Lalu, terakhir, Januari lalu, virus yang sama menyerang pemain lain, Bambang Gwadiyanto, pemain yunior anggota Pelatnas B. Rentetan yang menimpa kedua pemain inilah yang akhirnya memaksa PBSI memvaksinasikan semua anggota Pelatnas. "Untuk pencegahan agar nanti tak mengganggu persiapan kita," kata Tahir lagi. Paling tidak, ada 24 pemain Pelatnas yang harus divaksinasi. Biaya cukup mahal sekitar Rp 160.000 satu paket vaksin (tiga kali suntikan). Sehingga sekitar Rp 5 juta harus dikeluarkan PBSI untuk vaksinasi tersebut. Tapi, mengapa pemain yang teratur olah raganya itu bisa terkena virus berbahaya ? "Latihan berat, tidak diiringi gizi yang cukup, dan makan serta minum seenaknya di pinggir-pinggir jalan memudahkan para pemain terserang virus," kata Dokter Chehab. Christian membenarkan keterangan dokter ini. "Kehidupan sehari-hari para pemain memang belum sepenuhnya teratur. Banyak yang belum begitu menjaga waktu makan dan tidur mereka," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini