DI Kota Baguio, Filipina, pekan ini masih berlangsung kejuaraan
catur wanita zone Asia X. Indonesia yang baru sekali ini
mengikutinya mengirimkan Darmayanti D. Tamin, 18 tahun, yang
pernah menjadi juara nasional 1980. Sampai pekan lalu, andalan
Indonesia ini baru mengumpulkan dua angka dari enam partai
permainan. Sementara itu di Bulungan, Jakarta Selatan, ada pula
kejuaraan catur terbuka Junior dan Wanita (8-12 November).
Juaranya: Imasniti ang disusul Ny. Steven dan Lamria.
Sunuh rama kegiatan catur wanita. PB Percasi (Persatuan Catur
Seluruh Indonesia) membenahi catur wanita selama 4 tahun
belakangan ini. Tiga kali sejak tahun 1978 Kejurnas catur wanita
diselenggarakan. Tahun ini absen karena ada PON X.
Meskipun ada kemajuan, kata Djokomoelyo SH, Ketua Umum PB
Percasi, pertumbuhan catur wanita belum merata di semua daerah.
Percasi baru mencatat Pengda Jawa dan Bali yang menonjol,
terutama DKI Jaya. Dari sejumlah belasan pemain yang bagus, 7
dari DKI Jaya. Padahal menurut Djokomoelyo, prospek pemain
wanita Indonesia cukup bagus. "Banyak remajanya dan mau
membaca," katanya.
Imasniti, misalnya, sering main catur sesudah sembahyang subuh.
Bacaan favoritnya, James of Bobby Fischer dan How to Beat
Bobby Fisher, tak pernah ditinggalkannya. Catur buat Imasniti
sudah mendarah daging. Anak petani dari Serang ini mengaku pula
pribadinya terbentuk berkat catur. "Saya menjadi sabar dan
selalu berpikir 2 atau 3 kali sebelum bertindak," katanya.
Belajar. bermain catur sejak uhun 1976, ia bertemu dengan G.E.
Siahaan, wasit nasional catur. Di rumah Siahaan itulah keponakan
Siahaan dihajarnya. Dengan tekun ia belajar pada Siahaan dari
pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore selama 23 hari untuk menghadapi
kejuaraan catur wanita selakarta. "Dia berbakat untuk jadi
master internasional," kata Siahaan. Pada kejuaraan catur Hari
Natal 1978 di Singapura, ia memang mengalahkan Chan Lai Fung,
master internasional.
Percasi juga menumbuhkan catur wanita lewat klub. "Setiap klub
diharuskan mempunyai pemain catur wanita," kata Djokomoelyo.
Tapi belum semua klub men anggupi himbauan Percasi. Di Jakarta
baru sekitar 20 dari 60 klub catur mempunyai pemain wanita.
Masih ada anggapan masyarakat bahwa "wanita tak layak main
catur," kata Djamil Djamal, master nasional.
Banyak pemain wanita memang belum berani tampil karena situasi
dan kondisi daerah yang berbeda-beda. Untuk DKI Jaya hambatan
itu tak ada. Maka DKI melahirkan pemain wanita lebih banyak.
Tapi dalam kejuaraan di Bulungan itu masih banyak orang tua yang
merasa perlu mengantarkan anak masing-masing bertanding.
Imasniti, pemain klub Tunas Jaya, sering pulang larut malam. Ia
tak menghiraukan semua tanggapan tetangga. "Lama-lama mereka
mengerti. Apalagi setelah foto saya ada di koran," kata anak
petani yang lahir 32 tahun lalu itu.
Tingkat pemain catur wanita Indonsia secara keseluruhan, kata
Djamil Djamal, setaraf dengan juara junior kelompok kedua.
"Kalau mereka setingkat degan juara junior putra, saya kira,
mereka baru bisa berbicara di tingkat internasional."
Imasniti dianggap belum pantas dibawa ke kejuaraan
internasional. Tapi dari catur sudah banyak yang didapatnya. Ia
punya tv pemberian Walikota Jakarta Barat. Ia punya kulkas
pemberian G.E. Siahaan. Dan sawah seperempat ha di Serang
dibelinya dari hasil catur. "Lumayan, kalau panen padinya di
bawa ke mari," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini