Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Paspor baru buat Rudy

Persiapan Rudy Hartono ke piala thomas 1982 di inggris. tampaknya rudy ingin memendam rahasia umum bahwa hampir secara aklamasi, ia masih dibutuhkan dalam tim piala thomas. (or)

10 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMENTARA tim terbesar PBSl melawat ke All England 1982, Rudy Hartono menyendiri di Jakarta. Sudah sebulan, hampir setiap pagi, Rudy berlatih lari sebelum ke kantor. "Ada urusan penting yang tak dapat saya tinggalkan," jawab juara All England 8 kali ini setiap kali dia ditanya tentang absennya. Rudy pun menunjuk kehadiran Tahir Djide dan Pujianto yang dia nilai dapat membuat analisa kekuatan dan kelemahan calon lawan Indonesia di babak final turnamen Piala Thomas, Mei nanti. Tampaknya Rudy ingin memendam rahasia umum bahwa hampir secara aklamasi ia masih dibutuhkan dalam Tim Piala Thomas 1982. Untuk itu ia kini diam-diam menjalankan latihan stamina. Ia lari mengitari lintas Stadion Utama Senayan sebanyak 8 kali. Waktunya sekitar 1 menit 40 detik rata-rata seputar. Lalu ia melakukan pacing sebanyak 5 putar. Satu atau dua kali dalam seminggu ia kelihatan berlari di luar stadion, berkeliling di sekitar bukit yang rimbun. "Saya baru berhasil mengurangi berat saya kira-kira 2 kilo," kata Rudy pada TEMPO. Seusainya Turnamen Piala Dunia di Tokyo awal Januari 1981, Rudy tak teratur lagi menjalankan latihan. Berat badannya pernah mencapai 76 kilogram. Dengan tinggi 1,78 meter, Rudy memang tampak lebih ganteng. Tapi untuk tampil sebagai pemain, Rudy paling tidak harus menyusutkan berat tubuhnya sampai minimal 72 kg. Di zaman jayanya berat Rudy sekitar 68 kg. Itulah target Rudy dengan program latihan pagi. Pujianto, Penasihat Teknik PBSI menyaksikan Rudy latihan di Senayan, Kamis pagi pekan lalu. Pada kesempatan itu juga Peter Panggabean, pelatih Fisik PS Jayakarta mengetes kelincahan dan daya tahan Rudy. Caranya: melakukan gerak maju-mundur, kiri-kanan dalam bidang sebesar lapangan badminton dalam waktu 30 detik tan pa putus. Alhasil, Rudy tampak megap-megap, meskipun ia memperlihat kan kondisi yang cukup lincah. "Ke dua kaki saya masih lemah, cepat terasa berat dan kaku," komentar Rudy atas pertanyaan Pujianto. Untuk stroke tampaknya tidah begitu mengkhawatirkan. Moh. Jundi bekas pemain Piala Thomas Indonesia dalam suatu diskusi dengan TEMPO menyatakan, masalah utama yang harus ditanggulangi pemain kaliber Rudy dan Swie King, misalnya, praktis cuma satu: kondisi fisik. Sedang soal teknik, taktik dan mental akan pulih menurut perkembangan kondisi fisik. Pendapat serupa juga datang dari Christian Hadinata, anggota Komisi Teknik PBSI. Christian menganggap dalam pertandingan beregu seperti dalam turnamen Piala Thorlas, nilai pengalaman dan kestabilan mental amat menentukan. Ahli ganda PBSI ini hanya menunjuk kelemahan Rudy yang kini berusia 33 tahun pada faktor stamina. Prestasi Rudy dua tahun menjelang ia diangkat menjadi Ketua Bidang Pembinaan PBSI, lebih dari lumayan. Pada Turnamen Master di Albert Hall London, September 1980, ia masih mampu mengalahkan Morten Frost Hansen dalam straight set. Dan ia muncul di final lawan King, meski akhirnya kalah. Awal tahun lalu di Piala Dunia III di Tokyo, Rudy sekali lagi menundukkan Hansen. Hanya kemudian dalam melawan Prakash Padukone, Rudy kalah stamina. "Untuk game pertama Rudy masih bisa tahan," tutur Christian. "Game kedua, ia masih unggul separuh jalan, tapi selanjutnya Rudyguncang dan akhirnyi anjlok." Jadi, makin jelas bagi Rudy bahwa stamina mutlak merupakan paspor ke London bulan depan. Ayah dari 2 orang anak ini sebenarnya tidak banyak dituntut. Dengan pengalamannya sebagai anggota regu Piala Thomas Indonesia sejak 1967 sampai terakhir 1919, ia diminta memboyong satu saja dari minimal 5 angka kemenangan. Peluang Rudy di tengah pilihan Hadiyanto, Lius Pongoh, Hastomo Arbi dan Icuk Sugiarto memang lebih besar. Tentu saja ini didasarkan atas strategi yang masuk akal: 2 angka dari partai tunggal dan 3 angka dari partai ganda. King dan Rudy paling jelek meraih 2 angka. Misalnya dobel King/Christian bisa meraih 1 angka dan Kartono/Heryanto 2 angka atau sebaliknya. Itu misalnya. Ada lagi keuntungan memilih veteran Rudy ini? Ia masih "perawan" dimata pemain RRC. Tak seorang pun jago mereka pernah mencoba kekuatan Rudy. Tidak maestro Tang maupun Hou. Sehingga kehadiran Rudy dengan segala predikatnya bisa menjadi faktor pengejut bagi mereka. Melihat hasil perlawatan tim Indonesia ke All England, tempat para pemain muda pagi-pagi sudah berguguran, harapan tak jauh dipalingkan pada Rudy. Kapan Rudy resmi mengatakan "ya"? Ia tampak sangat hati-hati. "Lihat saja bagaimana nanti," jawab Ketua Bidang Pembinaan PBSI kepada setiap pendukung yang menginginkan Rudy kembali aktif sebagai pemain. Sebagai seorang pengurus agaknya Rudy ditindih beban moril untuk tidak mematahkan semangat para pemain muda. Itulah sebabnya datang pula usul agar Rudy Hartono mulai sekarang juga dibebaskan dari status "dwifungsi". Yaitu, Rudy kembali ke lapangan permainan tanpa embel-embel pengurus, agar konsentrasi pikirannya 100% sebagai pemain. Waktu tinggal 30 hari kurang lebih. Dan berita terakhir untuk ya atau tidak, konon akan diputuskan Rudy pada pertemuan keluarga besar PBSI pada 9 April ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus