WAKIL negara yang maju ke babak final (20 - 21 Mei) akan
memperoleh kehormatan tersendiri. Ratu Elizabeth II, menurut
panitia penyelenggara turnamen Thomas Cup, akan hadir dan duduk
bersama penonton di Royal Albert Hall, London.
Banyak yang meramalkan Republik Rakyat Cina dan Indonesia akan
muncul sebagai finalis. Tetapi apa yang terjadi nanti tergantung
pada berhasil atau tidaknya RRC mengalahkan Denmark, dan apakah
Indonesia bisa menundukkan pemenang dari pertandingan Inggris
lawan Malaysia.
Ade Chandra, bekas pemain ganda yang sekarang jadi pelatih dan
ikut menyaksikan jalannya All England akhir Maret lalu, menduga
Inggris akan mengalahkan Malaysia, hingga negara tuan rumah itu
akan berhadapan dengan Indonesia untuk mencapai final.
"Indonesia akan memenangkan pertandingan ini," ulasnya. Denmark,
katanya, akan dikalahkan RRC, yang punya pemain dengan kemampuan
merata.
Tetapi ada pula yang beranggapan Denmark nanti menjadi "kuda
hitam". Siapa tahu, salah duga seperti dalam All England muncul
lagi. Morten Frost Hansen yang lepas dari perhatian justru
menjadi lawan yang memupuskan harapan Liem Swie King untuk
mempertahankan mahkota juara single putra All England.
"Jika negara Skandinavia itu bisa mengalahkan RRC, kesempatan
Indonesia untuk mempertahankan Piala Thomas akan lebih besar.
Karena Denmark hanya memiliki Hansen sebagai bintang single,
sedangkan Indonesia memiliki dua pasangan ganda yang berkekuatan
sebanding," kata seorang pengamat.
Semua analisa situasi tadi diperkaya lagi oleh Hendra
Kartanegara (Tan Joe Hok) yang pernah memperkuat tim Thomas Cup
dan juara All England 1959. Dia memastikan Indonesia akan
berjumpa dengan RRC di final. "Kans untuk menang fifty-fifty.
Kalau kita menang, angkanya tipis, 54," kata bekas pemain yang
sekarang bergerak di bisnis pest control itu.
Untuk mempertahankan Piala Thomas, Joe Hok menganjurkan
Indonesia sebaiknya menurunkan pemain tunggal utama Liem Swie
King, kedua Hadiyanto dan ketiga Rudy Hartono atau Icuk
Sugiarto. Joe Hok termasuk orang yang mau memanfaatkan kecemasan
RRC terhadap bintang bulutangkis Indonesia yang absen dalam All
England barusan (lihat Paspor Baru Buat Rudy).
Untuk ganda? Joe Hok mengajukan Kartono/Heryanto sebagai
pasangan pertama dan Swie King/Christian Hadinata nomor 2.
Dengan cadangan Tjuntjun/ Johan Wahyudi dan Bobby
Ertanto/Hadiwibowo. "Susunan ini sebagai analisa setelah saya
menyaksikan permainan tim Indonesia di All England lewat video
tape," kata Joe Hok. Pernah ikut melatih tim Indonesia yang
dipersiapkan untuk Kejuaraan Bulutangkis Dunia II (1980) di
Jakarta, dia bermata tajam dalam hal ini.
Ternyata tidak semua orang sependapat dengan Joe Hok. Beberapa
pelatih dan pemain yang ikut ke All England berpendapat bahwa
Indonesia tidak selayaknya mencalonkan Rudy yang berusia 33
tahun, hanya karena sikap RRC yang tidak takut pada Liem Swie
King, Hadiyanto, Hastomo Arbi maupun Icuk Sugiarto. "Sekarang
ini zaman kita memajukan pemain-pemain muda," ucap pelatih, Atik
Jauhari.
"Rudy?" tanya seorang pemain yang tak percaya. "Dia memang sudah
matang dan berpengalaman tapi dia harus membuktikan dulu apakah
dirinya masih bisa main," katanya lagi.
King nampaknya hampir pasti akan dipasang untuk single pertama
dan double. Tapi untuk memilih pemain tunggal kedua dan ketiga,
sebagaimana dikatakan pemain dan anggota Komisi Teknik PBSI,
Christian Hadinata, Indonesia "masih menghadapi kesulitan".
Memang ada banyak pilihan di antara Hadiyanto, Dhany Sartika,
Hastomo Arbi, Icuk Sugiarto dan Rudy Hartono. "Masing-masing
punya keistimewaan tapi juga punya kelemahan," katanya. Menurut
Christian, pemain muda lebih sulit kalau diturunkan dalam
permainan tim, dibandingkan kalau mereka turun untuk kejuaraan
perorangan seperti All England. "Dari pengalaman di SEA Games
atau kejuaraan Asia saja sudah terlihat. Umumnya pemain muda
belum kuat mental untuk mendukung nama tim," ulas Christian.
Hadiyanto dan Dhany Sartika, menurut Christian, memang pemain
yang tenang. "Teupi puncak stamina mereka setelah All England
tak bisa dinaikkan lebih tinggi lagi. Sebaliknya pemain muda
seperti Hastomo dan Icuk bisa di tingkatkan lagi. Cuma untuk
membawa beban tim, saya kira, mereka belum ma tang. "
Kartono/Heryanto, juara ganda putra All England 1981
kelihatannya akan dapat menempati urutan pertama ganda. Kalau
cuma 6 pemain yang boleh diturunkan, maka seorang pemain tunggal
sudah pasti harus ikut dalam pasangan ganda. Untuk tugas ini
pilihan hanya pada King.
Tentang kemungkinan dirinya akan berpasangan dengan King pada
ganda kedua, Christian sebagai seorang bintang pemain ganda
Indonesia berkata: "Saya bisa berpasangan dengan Liem Swie
King, tapi dengan risiko. Kalau dia menang di partai tunggal,
pasti dia akan lehih bersemangat dalam ganda. Sebaliknya kalau
dia kalah di tunggal, permainannya akan lebih rusak dalam partai
ganda. Kita bisa kehilangan 4 point," katanya cemas.
Ia merasa lebih sip kalau berpasangan lengan pemain
temperamental Iie Sumirat. Mereka pernah berpasangan dan
mencapai final All England 1974. "Tapi sudah 7 tahun kami tidak
berpasangan. Kalau disuruh memilih, saya cenderung memilih Lius
Pongoh sebagai partner saya," Alasannya Lius lebih muda, dan
lincah permainannya di garis belakang. Tapi pilihan itu
nampaknya tak akan terlaksana karena Lius masih belum sembuh
benar dari cedera yang diderita punggungnya setahun lalu.
RRC akan pertama kali turut dalam perebutan Piala Thomas
sesudah diterima jadi anggota IBF tahun lalu. Dan RRC menjadi
saingan utama bagi Indonesia seperti diutarakan Ketua Umum PBSI,
Ferry Sonneville. "Mereka kelihatannya akan memanfaatkan servis
pelintir untuk mengacau-balaukan kita," katanya dalam sebuah
diskusi yang diselenggarakan TEMPO pekan lalu.
Latihan dalam sebulan ini, menurut Ferry, akan cukup untuk
menghadapi senjata RRC itu. Lius Pongoh dan Sigit Pamungkas
dilihatnya memiliki kemampuan besar dalam "perrnainan gila" itu.
Dan dia menganggap apa yang dilakukan Verawati, yaitu menerima
bola pada titik puncak. dan mengembalikannya dengan gerakan
raket seperti menangkap dan melemparkannya kembali, sebagai
jalan pintas yang perlu dipikirkan dalam latihan sebulan ini.
Konon Inggris dan Denmark ingin servis semacam itu dilarang
karena merusak keindahan bulutangkis. Pukulan pertama, yang
selama ini dianggap sebagai pembuka permainan, seperti dengan
cara pelintir ,telah berubah. menjadi pukulan yang mematikan
perlawanan musuh. Sehingga penonton tak ada ke sempatan lagi
menikmati permainan.
Banyak yang mencemaskan, kalau servis ini tetap diperbolehkan,
bulutangkis tidak akan menarik lagi. Sehingga sponsor diduga
akan enggan ambil bagian. "Saya sendiri menentang servis seperti
itu," kata Ferry Sonneville yang pernah menduduki jabatan
Presiden IBF selama 3 periode.
Berbarengan dengan berlangsungnya perebutan Piala Thomas, IBF
akan bersidang di London. Servis pelintir kelihatannya akan
menjadi bahan pembicaraan: Dilarang atau tidak. Selain RRC,
Malaysia dan Korea kabarnya akan mempertahankan teknik baru itu.
Senjata servis pelintir akan dipergunakan RRC, terutama dalam
ganda putra. Kalau untuk tunggal, kata Ferry, pukulan seperti
itu bisa ditawarkan dengan pukulan melambung ke belakang. "Kalau
mereka akan mengggunakannya dalam dobel, maka pasangan dobel
kita adalah Kartono/Heryanto dan Swie King/Christian. Mereka
inilah yang bis menghadapi servis pelinir itu," ucap Pujianto,
anggota tim ahli PBSI.
Menurut Pujianto kebesaran RRC sekarang ini justru lahir dari
kecerobohan Indonesia sendiri. "Pola dasar permainan bulutangkis
di RRC seluruhnya diambil dari Indonesia. Baik servis, lob
maupun smash mereka ambil dari kita. Servis pelintir juga sudah
lama kita kenal. Cuma kita sendiri yang belum menentukan pola
permainan kita sendiri, hingga kita jadi ketinggalan."
UNTUK mencari "kekayaan" baru dari para pemain negara lain,
pimpinan bulutangkis Cina betul-betul menunjukkan sikap lapar
yang luar biasa. "Waktu di All England kita pertama kalinya
menggunakan dua kamera untuk merekam pertandingan, mereka sudah
memasang kamera di empat sudut. Jadi, satu kamera untuk satu
pemain," cerita Pujianto begitu pulang dari London.
Ketua Umum PBSI dalam All England juga sempat bertemu dengan
pimpinan tim RRC yang mengaku bahwa mereka memang mempunyai
banyak pemain yang bagus tapi pusing mencari pemain sebagus Swie
King. "Saya jawab, kalau kalian pusing, kami juga pusing.
Sama-sama pusing," kata Ferry Sonneville.
Ferry dan kawan-kawan jelas akan pusing memilih tim baru. Tapi
rapat pengurus PBSI dalarn rapatnya Sabtu lalu telah memilih 12
pemain untuk memasuki pelatnas yang dimulai awal pekan ini.
Yaitu enam dipersiapkan untuk tunggal putra: Liem Swie King,
Lius Pongoh, Rudy Hartono, Hadiyanto, Hastomo Arbi, dan Icuk
Sugiarto. Dan enam lainnya dipersiapkan untuk ganda: Kartono,
Heryanto, Hadiwibowo, Bobby Ertanto, Tjuntjun, dan Christian
Hadinata. Hanya satu nama, Johan Wahyudi -- pernah dua kali
memperkuat tim Piala Thomas -- yang tampaknya tersisih secara
menonjol.
Semua 12 nama itu sudah diduga. Mereka akan dilatih secara
serius, hingga akhirnya enam pemain saja yang akan dipilih untuk
tim nasional. Selama sebulan di pelatnas, berbagai kemungkinan
bisa terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini