Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Strategi anti servis pelintir

Susunan tim Indonesia sudah mulai terbayang. rrc akan memanfaatkan senjata servis pelintir untuk merebut piala thomas. ada yang memperhitungkan indonesia akan menang tipis.(or)

10 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKIL negara yang maju ke babak final (20 - 21 Mei) akan memperoleh kehormatan tersendiri. Ratu Elizabeth II, menurut panitia penyelenggara turnamen Thomas Cup, akan hadir dan duduk bersama penonton di Royal Albert Hall, London. Banyak yang meramalkan Republik Rakyat Cina dan Indonesia akan muncul sebagai finalis. Tetapi apa yang terjadi nanti tergantung pada berhasil atau tidaknya RRC mengalahkan Denmark, dan apakah Indonesia bisa menundukkan pemenang dari pertandingan Inggris lawan Malaysia. Ade Chandra, bekas pemain ganda yang sekarang jadi pelatih dan ikut menyaksikan jalannya All England akhir Maret lalu, menduga Inggris akan mengalahkan Malaysia, hingga negara tuan rumah itu akan berhadapan dengan Indonesia untuk mencapai final. "Indonesia akan memenangkan pertandingan ini," ulasnya. Denmark, katanya, akan dikalahkan RRC, yang punya pemain dengan kemampuan merata. Tetapi ada pula yang beranggapan Denmark nanti menjadi "kuda hitam". Siapa tahu, salah duga seperti dalam All England muncul lagi. Morten Frost Hansen yang lepas dari perhatian justru menjadi lawan yang memupuskan harapan Liem Swie King untuk mempertahankan mahkota juara single putra All England. "Jika negara Skandinavia itu bisa mengalahkan RRC, kesempatan Indonesia untuk mempertahankan Piala Thomas akan lebih besar. Karena Denmark hanya memiliki Hansen sebagai bintang single, sedangkan Indonesia memiliki dua pasangan ganda yang berkekuatan sebanding," kata seorang pengamat. Semua analisa situasi tadi diperkaya lagi oleh Hendra Kartanegara (Tan Joe Hok) yang pernah memperkuat tim Thomas Cup dan juara All England 1959. Dia memastikan Indonesia akan berjumpa dengan RRC di final. "Kans untuk menang fifty-fifty. Kalau kita menang, angkanya tipis, 54," kata bekas pemain yang sekarang bergerak di bisnis pest control itu. Untuk mempertahankan Piala Thomas, Joe Hok menganjurkan Indonesia sebaiknya menurunkan pemain tunggal utama Liem Swie King, kedua Hadiyanto dan ketiga Rudy Hartono atau Icuk Sugiarto. Joe Hok termasuk orang yang mau memanfaatkan kecemasan RRC terhadap bintang bulutangkis Indonesia yang absen dalam All England barusan (lihat Paspor Baru Buat Rudy). Untuk ganda? Joe Hok mengajukan Kartono/Heryanto sebagai pasangan pertama dan Swie King/Christian Hadinata nomor 2. Dengan cadangan Tjuntjun/ Johan Wahyudi dan Bobby Ertanto/Hadiwibowo. "Susunan ini sebagai analisa setelah saya menyaksikan permainan tim Indonesia di All England lewat video tape," kata Joe Hok. Pernah ikut melatih tim Indonesia yang dipersiapkan untuk Kejuaraan Bulutangkis Dunia II (1980) di Jakarta, dia bermata tajam dalam hal ini. Ternyata tidak semua orang sependapat dengan Joe Hok. Beberapa pelatih dan pemain yang ikut ke All England berpendapat bahwa Indonesia tidak selayaknya mencalonkan Rudy yang berusia 33 tahun, hanya karena sikap RRC yang tidak takut pada Liem Swie King, Hadiyanto, Hastomo Arbi maupun Icuk Sugiarto. "Sekarang ini zaman kita memajukan pemain-pemain muda," ucap pelatih, Atik Jauhari. "Rudy?" tanya seorang pemain yang tak percaya. "Dia memang sudah matang dan berpengalaman tapi dia harus membuktikan dulu apakah dirinya masih bisa main," katanya lagi. King nampaknya hampir pasti akan dipasang untuk single pertama dan double. Tapi untuk memilih pemain tunggal kedua dan ketiga, sebagaimana dikatakan pemain dan anggota Komisi Teknik PBSI, Christian Hadinata, Indonesia "masih menghadapi kesulitan". Memang ada banyak pilihan di antara Hadiyanto, Dhany Sartika, Hastomo Arbi, Icuk Sugiarto dan Rudy Hartono. "Masing-masing punya keistimewaan tapi juga punya kelemahan," katanya. Menurut Christian, pemain muda lebih sulit kalau diturunkan dalam permainan tim, dibandingkan kalau mereka turun untuk kejuaraan perorangan seperti All England. "Dari pengalaman di SEA Games atau kejuaraan Asia saja sudah terlihat. Umumnya pemain muda belum kuat mental untuk mendukung nama tim," ulas Christian. Hadiyanto dan Dhany Sartika, menurut Christian, memang pemain yang tenang. "Teupi puncak stamina mereka setelah All England tak bisa dinaikkan lebih tinggi lagi. Sebaliknya pemain muda seperti Hastomo dan Icuk bisa di tingkatkan lagi. Cuma untuk membawa beban tim, saya kira, mereka belum ma tang. " Kartono/Heryanto, juara ganda putra All England 1981 kelihatannya akan dapat menempati urutan pertama ganda. Kalau cuma 6 pemain yang boleh diturunkan, maka seorang pemain tunggal sudah pasti harus ikut dalam pasangan ganda. Untuk tugas ini pilihan hanya pada King. Tentang kemungkinan dirinya akan berpasangan dengan King pada ganda kedua, Christian sebagai seorang bintang pemain ganda Indonesia berkata: "Saya bisa berpasangan dengan Liem Swie King, tapi dengan risiko. Kalau dia menang di partai tunggal, pasti dia akan lehih bersemangat dalam ganda. Sebaliknya kalau dia kalah di tunggal, permainannya akan lebih rusak dalam partai ganda. Kita bisa kehilangan 4 point," katanya cemas. Ia merasa lebih sip kalau berpasangan lengan pemain temperamental Iie Sumirat. Mereka pernah berpasangan dan mencapai final All England 1974. "Tapi sudah 7 tahun kami tidak berpasangan. Kalau disuruh memilih, saya cenderung memilih Lius Pongoh sebagai partner saya," Alasannya Lius lebih muda, dan lincah permainannya di garis belakang. Tapi pilihan itu nampaknya tak akan terlaksana karena Lius masih belum sembuh benar dari cedera yang diderita punggungnya setahun lalu. RRC akan pertama kali turut dalam perebutan Piala Thomas sesudah diterima jadi anggota IBF tahun lalu. Dan RRC menjadi saingan utama bagi Indonesia seperti diutarakan Ketua Umum PBSI, Ferry Sonneville. "Mereka kelihatannya akan memanfaatkan servis pelintir untuk mengacau-balaukan kita," katanya dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan TEMPO pekan lalu. Latihan dalam sebulan ini, menurut Ferry, akan cukup untuk menghadapi senjata RRC itu. Lius Pongoh dan Sigit Pamungkas dilihatnya memiliki kemampuan besar dalam "perrnainan gila" itu. Dan dia menganggap apa yang dilakukan Verawati, yaitu menerima bola pada titik puncak. dan mengembalikannya dengan gerakan raket seperti menangkap dan melemparkannya kembali, sebagai jalan pintas yang perlu dipikirkan dalam latihan sebulan ini. Konon Inggris dan Denmark ingin servis semacam itu dilarang karena merusak keindahan bulutangkis. Pukulan pertama, yang selama ini dianggap sebagai pembuka permainan, seperti dengan cara pelintir ,telah berubah. menjadi pukulan yang mematikan perlawanan musuh. Sehingga penonton tak ada ke sempatan lagi menikmati permainan. Banyak yang mencemaskan, kalau servis ini tetap diperbolehkan, bulutangkis tidak akan menarik lagi. Sehingga sponsor diduga akan enggan ambil bagian. "Saya sendiri menentang servis seperti itu," kata Ferry Sonneville yang pernah menduduki jabatan Presiden IBF selama 3 periode. Berbarengan dengan berlangsungnya perebutan Piala Thomas, IBF akan bersidang di London. Servis pelintir kelihatannya akan menjadi bahan pembicaraan: Dilarang atau tidak. Selain RRC, Malaysia dan Korea kabarnya akan mempertahankan teknik baru itu. Senjata servis pelintir akan dipergunakan RRC, terutama dalam ganda putra. Kalau untuk tunggal, kata Ferry, pukulan seperti itu bisa ditawarkan dengan pukulan melambung ke belakang. "Kalau mereka akan mengggunakannya dalam dobel, maka pasangan dobel kita adalah Kartono/Heryanto dan Swie King/Christian. Mereka inilah yang bis menghadapi servis pelinir itu," ucap Pujianto, anggota tim ahli PBSI. Menurut Pujianto kebesaran RRC sekarang ini justru lahir dari kecerobohan Indonesia sendiri. "Pola dasar permainan bulutangkis di RRC seluruhnya diambil dari Indonesia. Baik servis, lob maupun smash mereka ambil dari kita. Servis pelintir juga sudah lama kita kenal. Cuma kita sendiri yang belum menentukan pola permainan kita sendiri, hingga kita jadi ketinggalan." UNTUK mencari "kekayaan" baru dari para pemain negara lain, pimpinan bulutangkis Cina betul-betul menunjukkan sikap lapar yang luar biasa. "Waktu di All England kita pertama kalinya menggunakan dua kamera untuk merekam pertandingan, mereka sudah memasang kamera di empat sudut. Jadi, satu kamera untuk satu pemain," cerita Pujianto begitu pulang dari London. Ketua Umum PBSI dalam All England juga sempat bertemu dengan pimpinan tim RRC yang mengaku bahwa mereka memang mempunyai banyak pemain yang bagus tapi pusing mencari pemain sebagus Swie King. "Saya jawab, kalau kalian pusing, kami juga pusing. Sama-sama pusing," kata Ferry Sonneville. Ferry dan kawan-kawan jelas akan pusing memilih tim baru. Tapi rapat pengurus PBSI dalarn rapatnya Sabtu lalu telah memilih 12 pemain untuk memasuki pelatnas yang dimulai awal pekan ini. Yaitu enam dipersiapkan untuk tunggal putra: Liem Swie King, Lius Pongoh, Rudy Hartono, Hadiyanto, Hastomo Arbi, dan Icuk Sugiarto. Dan enam lainnya dipersiapkan untuk ganda: Kartono, Heryanto, Hadiwibowo, Bobby Ertanto, Tjuntjun, dan Christian Hadinata. Hanya satu nama, Johan Wahyudi -- pernah dua kali memperkuat tim Piala Thomas -- yang tampaknya tersisih secara menonjol. Semua 12 nama itu sudah diduga. Mereka akan dilatih secara serius, hingga akhirnya enam pemain saja yang akan dipilih untuk tim nasional. Selama sebulan di pelatnas, berbagai kemungkinan bisa terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus