Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan wajah penuh senyum, Chris John memasuki ruangan jumpa pers di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu sore pekan lalu. Juara dunia kelas bulu versi Asosiasi Tinju Dunia (WBA) ini terlambat 15 menit dari jadwal. Konferensi pers yang ditunggu-tunggu pun segera berlangsung. Tapi lima menit kemudian giliran penantangnya, Derrick Gainer, petinju dari Amerika Serikat, bikin ulah. Tiba-tiba, ia keluar ruangan sambil menggandeng tunangannya tanpa mempedulikan wartawan yang memberondongnya dengan pertanyaan.
Rupanya Gainer ngambek. "Dia merasa percuma berada di ruangan karena tak mengerti apa yang dibicarakan," kata Kurt Emhoff, pengacaranya. Dalam jumpa pers, pengamat tinju Syamsul Anwar memang sempat menganalisis kelebihan dan kelemahan kedua petinju. Tapi Syamsul meminta komentar ini tidak diterjemahkan ke bahasa Inggris. Itulah yang membuat Gainer berang.
Aksi semacam itu bukan yang pertama dilakukan petinju berjulukan Smoke ini. Desember lalu, ia malah membatalkan rencana pertarungannya dengan Chris John karena ogah bertanding di lapangan terbuka. Posisi Gainer akhirnya digantikan petinju Venezuela, Jose Rojas, dan pertandingan berakhir no contest (pertandingan dihentikan) setelah wajah Chris John terluka karena benturan kepala sang lawan. "Dia (Gainer) memang begitu, selalu merasa superior," kata Daniel Bahari, promotor Chris John.
Gainer memang pernah berjaya. Dia memegang gelar juara dunia kelas bulu WBA ini sejak 2000 hingga 2003. Rekor bertandingnya: 39 kali menang (15 KO), 6 kali kalah, dan 1 kali seri. Gainer mulai kehilangan gelarnya pada September 2003 setelah kalah dalam duel penyatuan gelar kelas bulu WBA dan IBF melawan Juan Manuel Marquez.
Petinju yang dilatih oleh mantan juara dunia James "Buddy" McGirt ini memiliki tubuh yang ideal. Tinggi badannya 177 cm, lebih tinggi 6 cm dibanding Chris John. Bergaya kidal, jangkauan tangannya cukup panjang, 84 cm atau lebih panjang sekitar 5 cm dari Chris John. Dia juga dikenal lincah dan cepat. Kelemahannya adalah usianya yang kini sudah menginjak 32 tahun, dan dalam 17 bulan terakhir tak pernah lagi bertanding.
Menurut Syamsul Anwar, Gainer sangat pandai memanfaatkan kelebihan fisiknya. Bertipe boxer, ia menyukai pertarungan jarak jauh dengan mengandalkan kelincahan dan kepalan kirinya yang keras. Sebaliknya, Chris John bertipe counter fighter yang lebih senang bila ditekan lawan. "Karena itu, akan lebih baik bila Chris John berusaha merangsek sejak awal," katanya.
Meski kalah tinggi dan jangkauan, Chris John merasa beruntung karena usianya lebih muda sembilan tahun. Petinju kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, 4 September 1981, ini dikenal karena daya tahan dan daya juang yang tinggi. Di awal kariernya dia sempat dua kali dipukul jatuh Muhammad Alfaridzhi, tapi akhirnya bangun dan menang KO pada ronde ke-12.
Chris John menilai Gainer sebagai lawan yang sesungguhnya. "Saya harus membuktikan bahwa saya bisa mengalahkan dia," katanya. Selama ini ia memang belum pernah mendapat lawan yang sepadan. Chris John meraih gelar juara ad interim setelah menang atas petinju Kolombia, Oscar Leon, di Bali pada 2003. Dia kemudian resmi menjadi juara kelas bulu WBA dengan mengalahkan petinju Jepang, Osamu Sato, di Tokyo, 4 Juni 2004.
Kemenangan atas Gainer amat penting artinya bagi Chris John. Dulu ia dibesarkan oleh pelatih Sutan Rambing. Karena konflik, Chris John lalu menggandeng Craig Christian sebagai pelatih barunya. Itu sebabnya, pertarungan ini juga untuk membuktikan apakah dia tetap mampu berprestasi bersama pelatih lain.
Gainer pun datang dengan segudang tekad. Dia ingin membuktikan bisa tetap berprestasi tanpa campur tangan sang mentor dan juga manajernya, Roy Jones Jr. yang mantan juara dunia kelas berat ringan. Sosok Roy Jones selama ini memang sangat membantu mengangkat karier Gainer. Pengaruhnya membuat Gainer lebih mudah mendapatkan pertandingan. Petinju ini pula yang ikut mengantar Gainer meraih juara kelas bulu WBA pada September 2000. Tapi sejak setahun lalu hubungan Gainer dan Jones Jr. pecah. Padahal, karier Gainer sedang kelabu.
Setelah kalah dalam unifikasi gelar kelas bulu WBA dan IBF melawan petinju Meksiko Juan Manuel Marquez, 1 September 2003, dia tak pernah lagi naik ring. Karena itu, kata Gainer, "Bagi saya, pertandingan di Jakarta ini segalanya. Saya harus menunjukkan masih yang terbaik di kelas ini."
Di Sports Mall Kelapa Gading, Jakarta, Jumat malam lalu, kedua petinju telah membuktikan tekadnya.
Nurdin Saleh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo