Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Banyak Celah Menonton Piala Eropa

Asosiasi Sepak Bola Eropa mengubah banyak hal dalam pergelaran Piala Eropa karena pagebluk Covid-19. Ada segudang syarat bagi orang yang akan hadir di stadion. Namun banyak celah bagi suporter untuk mengelabui aturan dan protokol kesehatan.

3 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Untuk masuk ke dalam stadion, Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) bersama negara penyelenggara pertandingan mewajibkan setiap calon penonton mengantongi hasil tes negatif Covid-19 yang dilakukan maksimal 72 jam sebelumnya.

  • UEFA dan tuan rumah juga membuat sejumlah protokol kesehatan yang bertujuan mencegah penyebaran Covid-19 seperti wajib mengenakan masker selama berada di dalam stadion, menjaga jarak aman 1,5 meter antar-penonton, tidak boleh berpindah tempat duduk, rajin

  • Aturan-aturan itu tak bergigi dan memiliki celah untuk dilanggar. Misalnya, para suporter yang tidak mengenakan masker di dalam stadion.

TIBA di Budapest, Hungaria, tepat pada tengah hari yang terik, Kamis, 24 Juni lalu, membuat Frank terengah-engah. Pria berusia lebih dari seperempat abad yang meminta nama keluarga dan asal negaranya dirahasiakan itu cuma punya waktu dua jam dari Bandar Udara Internasional Ferenc Liszt untuk sampai di Stadion Puskás Aréna. Ia mengejar pertandingan pamungkas Grup F Piala Eropa 2020 antara Portugal dan Prancis.

Suhu udara hari itu yang mencapai 36 derajat Celsius tak ia hiraukan. Setelah menaruh tas di penginapan, pemuda itu bergegas menuju stadion di Distrik Zugló tersebut. Jantungnya berdegup kencang saat ia berhadapan dengan petugas stadion. Surat hasil tes Covid-19 yang ia bawa asli tapi palsu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepada Tempo, ia mengaku memalsukan surat milik temannya karena tak sempat menjalani tes Covid-19. “Pemeriksaannya ternyata tidak ketat,” kata Frank, terkekeh. Ia pun bisa melenggang ke dalam stadion.

Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) bersama negara-negara penyelenggara pertandingan sepak bola Piala Eropa 2020 mewajibkan setiap calon penonton mengantongi hasil tes negatif Covid-19 yang dilakukan maksimal 72 jam sebelumnya. Ketentuan masa berlaku surat hasil tes berbeda-beda di tiap kota yang menjadi tuan rumah. Kota Baku, Azerbaijan; Roma, Italia; dan Sevilla, Spanyol, mewajibkan tes dilakukan tak lebih dari 48 jam sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ihwal aturan yang tak seragam itu, UEFA mewanti-wanti calon penonton agar mengikuti persyaratan tiap negara penyelenggara. Total 11 kota di 11 negara mengadakan pertandingan Piala Eropa 2020. Kota lain adalah Muenchen (Jerman), Saint Petersburg (Rusia), Amsterdam (Belanda), Bukarest (Rumania), Kopenhagen (Denmark), Glasgow (Skotlandia), dan London (Inggris). “Persyaratan masuk stadion bisa saja mencakup kewajiban karantina,” tulis UEFA di situs webnya.

Penonton melalui pemeriksaan pertama di Arena Amsterdam jelang pertandingan Belanda melawan Ukraina, 13 Juni 2021./Tempo/Tito Sianipar

Keharusan menjalani karantina itu antara lain berlaku bagi semua tamu yang datang ke London. Hingga babak 16 besar Piala Eropa 2020, pemerintah Inggris masih mewajibkan karantina 10 hari bagi setiap pengunjung, tak terkecuali pemegang tiket pertandingan yang hendak menonton di Stadion Wembley.

Di luar kewajiban tes Covid-19, otoritas sepak bola Eropa bersama negara tuan rumah juga membuat sejumlah protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 selama turnamen sepak bola antarnegara di Benua Biru itu berlangsung.

Protokol kesehatan ini antara lain kewajiban penonton memakai masker selama berada di dalam stadion, menjaga jarak aman 1,5 meter antar-penonton, tidak berpindah kursi, rajin mencuci tangan, serta tidak bersalaman dan berpelukan.

Aturan tinggal aturan. Cerita Frank yang sukses menonton di stadion berbekal surat tes aspal tersebut hanya satu contoh betapa aturan-aturan itu tak bergigi dan memiliki celah untuk dilanggar. Yang paling gampang terlihat dari layar televisi yang menyiarkan siaran langsung adalah para suporter yang tidak memakai masker selama bersorak-sorak di stadion.

Keengganan penonton mengenakan masker itu sudah tampak sejak awal pergelaran Piala Eropa 2020. Dalam pertandingan pertama di Stadion Johan Cruijff ArenA, Amsterdam, Ahad, 13 Juni lalu, misalnya. Penjagaan ketat petugas sudah terlihat sejak di luar stadion. Tempo, yang ikut menonton pertandingan Belanda versus Ukraina itu, mendapat dua kali pemeriksaan sebelum bisa masuk ke stadion.

Pos pertama adalah pos pemeriksaan hasil tes Covid-19 dan tiket pertandingan. Di titik ini, petugas mengingatkan bahwa masker wajib dipakai sepanjang waktu. Bagi yang lolos pemeriksaan, petugas membagikan gelang tangan kertas. Kemudian, di pos kedua, pemeriksaan lebih terfokus pada aspek keamanan, seperti pengecekan isi tas dan barang bawaan lain.

Di dalam stadion yang menjadi kandang klub AFC Ajax itu, ribuan penonton tidak lagi mengenakan masker. Salah satu penonton yang ditemui di dalam Johan Cruijff ArenA mengatakan, “Untuk apa lagi pakai masker kalau kita semua sudah negatif corona?” Selama pertandingan, tidak ada petugas yang menegur penonton mengenai masker ini.

Frank menemukan hal serupa di Puskás Aréna. Berbeda dengan di Amsterdam, yang penontonnya berjarak karena pembatasan jumlah orang, di Budapest, penonton yang membeludak tidak lagi bisa menjaga jarak satu sama lain. “Saya sudah divaksin, mudah-mudahan aman,” ucap Frank, berkilah.

•••

JAUH sebelum Piala Eropa 2020 mulai bergulir, 11 Juni lalu, UEFA membuat sejumlah perubahan mengenai penyelenggaraan turnamen empat tahunan ini. Salah satunya memundurkan jadwal Piala Eropa dari 2020 menjadi 2021. Euro 2020 menjadi satu-satunya Piala Eropa yang diadakan di tahun gasal sejak turnamen ini pertama kali digelar pada 1960. Meski jadwal dimundurkan, penamaan resmi versi UEFA tetap Piala Eropa 2020.

Perubahan besar lain adalah dicoretnya dua kota tuan rumah, yakni Dublin di Irlandia dan Bilbao di Spanyol, karena ketidaksiapan pemerintah setempat untuk menyelenggarakan pertandingan di tengah pandemi. “Kami bekerja dengan teliti bersama otoritas lokal agar bisa menyambut suporter,” tutur Presiden UEFA Aleksander Čeferin perihal pencoretan itu.

Semula, Dublin akan menggelar tiga pertandingan di Grup E dan satu laga babak 16 besar. Tiga laga dalam grup itu akhirnya digeser ke Saint Petersburg, sementara pertandingan babak gugur dipindahkan ke Stadion Wembley. Adapun semua laga yang seharusnya digelar Bilbao dialihkan ke kota lain di Spanyol, Sevilla.

Aturan lain yang ditetapkan UEFA bersama negara penyelenggara adalah pembatasan jumlah orang yang boleh menonton di stadion. Untuk hal ini, UEFA menyerahkan kepada setiap negara terkait dengan kebijakan penanganan virus corona masing-masing sehingga jumlah penonton yang berada di dalam stadion berbeda satu sama lain.

Hungaria berani mengisi penuh stadion hingga 100 persen kapasitas. Negara lain yang mematok batas cukup tinggi adalah Denmark (73 persen), lalu Rusia dan Azerbaijan (50 persen). Batas di negara lain bervariasi, 25-45 persen. Untuk pertandingan final, Inggris menargetkan okupansi Stadion Wembley hanya 75 persen.

Kebijakan pembatasan jumlah penonton ini berimbas pada tiket yang telanjur terjual sejak pertengahan 2019. Tiga bulan lalu, UEFA memutuskan mengundi calon penonton yang sudah memesan tiket jauh-jauh hari untuk menyesuaikannya dengan kebijakan kapasitas stadion setiap negara. Akibatnya, sebagian besar penonton yang sudah memiliki tiket harus kecewa karena tak makbul memenangi undian.

Dita Hartono salah satunya. Perempuan Indonesia yang bermukim di Bukarest itu sudah memesan empat tiket Piala Eropa pada 2019, yakni dua untuk babak grup, satu buat babak 16 besar, dan satu lagi tiket babak perempat final. “Waktu itu harganya masih murah,” ucap perempuan bertubuh mungil ini.

Akibat sistem pengundian yang diberlakukan UEFA, Dita harus kehilangan kesempatan menonton tiga pertandingan. Perempuan 39 tahun yang pernah menetap di Italia itu hanya berhak atas satu tiket laga di babak grup yang digelar di Arena Națională, Bukarest. “Saya masih beruntung. Soalnya banyak yang tidak mendapat tiket sama sekali,” ujarnya.

Perburuan tiket ini juga menyisakan cerita lain. Mencari tiket pertandingan Piala Eropa bukan hal mudah mengingat kebijakan UEFA mengurangi kapasitas stadion. Hal itu membuat harga tiket yang tersedia di pasar melambung tinggi karena persediaan yang minim, sementara permintaan membeludak.

Tiket pertandingan pertama di Belanda, misalnya, menurut situs penjualan tiket yang diakses pada 4 Juni lalu, harga tiket kategori 3 (kategori terendah) dipatok 150 euro (sekitar Rp 2,5 juta). Ditambah pajak dan biaya pemesanan, penonton harus membayar lebih dari 200 euro (sekitar Rp 3,5 juta). Padahal harga resmi yang tertera di tiket cuma 50 euro (sekitar Rp 850 ribu).

Setelah memesan dan membayar, calon penonton juga harus mengunduh dan memasang aplikasi UEFA Tickets di telepon seluler. Tiket akan ditransfer ke akun penonton terdaftar di aplikasi tersebut. Hal ini juga berlaku untuk semua pertandingan di negara lain. Pemberitahuan kepada pembeli tiket perihal kebijakan penanganan pandemi virus corona kerap datang melalui surat elektronik.

Setelah mendapat tiket elektronik beberapa hari seusai pembayaran, calon penonton harus mengikuti aturan Covid-19 negara setempat. Di Belanda, tes usap antigen bagi pemegang tiket dilaksanakan pada siang hari sebelum pertandingan. Tiap penonton punya alokasi waktu berbeda yang sudah diatur panitia. Setengah jam seusai tes, hasilnya dikirim via surat elektronik.

Menuju Partai Ideal di Wembley/Tempo

Saat-saat menunggu hasil tes ini adalah momen yang membuat jantung berdebar-debar. Pasalnya, jika hasil tes Covid-19 positif, pembeli tiket tak akan bisa masuk ke stadion. Apalagi tidak tersedia prosedur pengembalian tiket bagi mereka yang ternyata positif Covid-19. Belanda mewajibkan semua calon penonton menjalani tes usap, termasuk yang sudah mendapat vaksin.

Jika hasil tes negatif, calon penonton wajib mengunduh aplikasi CoronaCheck untuk keperluan pemeriksaan di stadion. Secara otomatis, setelah login dengan alamat surat elektronik yang sama, hasil tes Covid-19 bakal terintegrasi dengan aplikasi itu dan terdapat kode respons cepat (QR code) yang akan dipindai petugas stadion.

Syarat hasil pemeriksaan Covid-19 ini juga berbeda-beda di tiap negara penyelenggara. Belanda, Jerman, dan Spanyol mewajibkan calon penonton menunjukkan hasil tes lewat aplikasi masing-masing. Sedangkan di negara lain, calon penonton mesti menunjukkan fisik surat hasil tes, seperti Frank di Hungaria dan Dita di Rumania. Dita malah juga harus menunjukkan sertifikat vaksinasi Covid-19.

TITO SIANIPAR (AMSTERDAM)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus