Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Peragaan Busana <font color=#CC0000>Olimpiade Beijing</font>

Baju dan perangkat olahraga dengan rancangan khusus Olimpiade Beijing ramai dipromosikan. Lahan bisnis jumbo.

11 Februari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kristine Engeset, atlet pendatang baru pada Olimpiade Beijing, Agustus nanti, sudah terkenal sebelum menjuarai bidangnya, lari halang rintang 3.000 meter. Penyebabnya, atlet perempuan asal Norwegia berusia 19 tahun ini terpilih menjadi model iklan Puma, produsen pakaian olahraga kelas dunia.

Tubuh semampainya, rambut blonde khas Skandinavia, dan wajahnya yang cantik sangat oke menawarkan Runway—sepatu rancangan terbaru Puma. Sepatu ini diklaim tidak saja enak dipakai berlari, tapi juga keren buat sekadar jalan ke mal. Gaya Engeset juga khas anak muda. Udelnya ditindik dan diberi hiasan anting. Tampak seksi di hamparan perutnya yang mulus. Poin lainnya, dia punya semangat juang luar biasa. Agar bisa terpilih sebagai wakil negara, Engeset rela berlatih keras, paling sedikit berlari 120 kilometer setiap pekan. Sungguh teladan bagi anak muda.

Ketenaran serupa menghampiri Alessia Filippi. Atlet asal Italia berusia 20 tahun ini adalah pemegang rekor renang Eropa untuk nomor 400 meter gaya ganti dan 200 meter gaya punggung. Arena, perusahaan pakaian renang, memilih Filippi menjadi bintang iklannya. Filippi, yang pernah berlaga pada Olimpiade 2004 di Athena, Yunani, yakin tampil lebih baik di Olimpiade Beijing dengan pakaian renang Arena yang dia kenakan.

Pertandingan olahraga di Olimpiade Beijing memang belum dimulai. Namun adu tenar dan berebut pasar pakaian dan alat-alat olahraga dari berbagai merek sudah sangat terasa. Dengan banyak daya mereka berusaha meraup sukses. Tidak saja dengan mensponsori para atlet, dengan harapan mereka berjaya. Kesempatan pesta olahraga dunia empat tahunan ini telah dianggap sebagai salah satu pasar strategis bagi produk-produk olahraga.

Ajang Olimpiade memang sudah menjadi lomba mereguk fulus dari perusahaan perlengkapan olahraga sejak Olimpiade di Amsterdam, Belanda, pada 1928. Ketika itu, separuh atlet yang berlaga mengenakan sepatu merek Adidas, buatan Jerman. Sepatu karya Adolf ”Adi” Dassler—orang Jerman yang mulai membuat sepatu olahraga pada 1920—ini kemudian seperti menjadi perangkat wajib atlet untuk berprestasi, sekaligus tampak keren. Saudara kandung Adolf, yakni Rudolf, mengikuti jejaknya dengan membuat sepatu merek Puma. Sejak itu, lambang ”tiga setrip” dan puma dengan dua kaki depan terangkat menjadi simbol produk alat-alat olahraga kelas dunia.

Keberhasilan kakak-adik Dassler ini kemudian menyeret busana olahraga menjadi produk massal yang tidak hanya dipakai di gelanggang olahraga. Lihat saja Run-DMC—trio rapper Amerika Serikat—yang memakai sweater Adidas saat di panggung pertunjukan. Kini pakaian, sepatu, dan topi olahraga dari berbagai merek sudah tidak sekadar menjadi perangkat olahraga, tapi sudah menjadi ciri fashion untuk pakaian sporty.

Olimpiade adalah lahan bisnis yang manis. Olimpiade Beijing dipastikan akan menghasilkan keuntungan empuk. Menurut Komite Olimpiade Beijing, pendapatan dari hak siar, sponsor, dan penjualan tiket diperkirakan akan mencapai lebih dari US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 22 triliun. Penjualan busana dan perangkat olahraga masuk daftar hot items. Laporan Harvard Business School juga menyatakan pasar peralatan olahraga di Cina sungguh pesat. Tak aneh bila perusahaan alat-alat olahraga bersaing superketat merebut pasar Olimpiade 2008 ini.

Adidas, misalnya, sudah ditunjuk sebagai sponsor resmi Olimpiade Beijing. Toh, pintu belum tertutup untuk merek lainnya. Nike, perusahaan asal Amerika Serikat yang sudah mengelus-elus negeri raksasa ini sejak 25 tahun lalu, menjadi sponsor tim nasional basket Cina sejak 1980. Untuk Olimpiade kali ini, perusahaan itu berhasil menjadi sponsor untuk 22 cabang olahraga tim tuan rumah. Sebelumnya, pada Olimpiade lalu, Nike mensponsori 12 atlet Cina dan mereka berhasil menyabet medali emas.

Sedangkan Puma, menurut Antonio Bertone, kepala penjualan perusahaan itu, mencapai kemajuan luar biasa dengan menjadi produk resmi tim atletik 16 negara. Yang lainnya adalah Li Ning, perusahaan Cina yang diam-diam menguasai pasar di negeri itu.

Itu semua didukung usaha mencapai standar kualitas sendiri. Model harus keren, tapi yang lebih wajib adalah kemampuan produk tersebut membantu sang atlet saat berlaga. Ini bukan hal yang main-main. Laboratorium Nike di Oregon, AS, misalnya, berusaha keras membuat baju yang pas untuk atlet, baju yang dapat membuat keringat makin cepat pergi sehingga membuat atlet nyaman dan tidak terbebani kelembapan tubuhnya. Teknologi seperti ini terus disempurnakan.

Perusahaan yang punya spesialisasi baju dan perlengkapan atlet memang tak dapat mengabaikan teknologi yang dapat membantu kiprah atlet pemakai baju atau sepatu mereka. Tapi tak haram juga bagi desainer lain untuk memanfaatkan momen Olimpiade Beijing. Moschino, Escada, dan Hugo Boss, misalnya, ikut mendesain baju bernuansa khas Cina demi ikut tampil di Olimpiade Beijing. Negara berpenduduk 1,3 miliar ini memiliki ornamen yang kaya, sehingga para desainer harus merancang dengan tepat bila ingin mengangkat produknya menjadi massal.

Para desainer memang bekerja keras. Pembuatan rancangan seragam bagi para petugas sudah dimulai pada Desember 2005 dan baru disetujui Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada akhir Agustus 2007. Desain awan keberuntungan—sesuatu yang sangat khas Cina—harus sesuai dengan pola yang dipakai dalam desain obor Olimpiade. Sedangkan bila menggunakan warna merah, juga harus pas dengan merahnya Cina.

Repot memang. Namun yang terpenting adalah kemeriahan pesta itu sendiri. Arena raksasa fashion show tidak hanya digelar di dalam gelanggang olahraga, tapi juga di luarnya. Untuk memeriahkan suasana pesta Olimpiade Beijing, misalnya, diadakan peragaan busana renang dengan desain khas Cina. Ada aksen baju tradisional Cina dan pakaian dalam perempuan Cina. Ornamen dan warnanya juga sangat khas warna dinasti-dinasti negeri itu. Sayangnya, baju renang yang diperagakan model-model perempuan Cina yang ceking itu sangat mini, sehingga tak mungkin benar-benar digunakan untuk lomba kelas Olimpiade. Tapi, untuk tontonan dan hiburan, bolehlah.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus