DONALD Pandiangan boleh dijuluki Robin Hood Perangin-angin.
Pandainya menaksir angin bukan main. Biar bagaimana bergalaunya
angin di Stadion Kridosono, Yogyakarta, dalam kejuaraan nasional
panahan (25-30 Juli), ia berhasil menumbangkan rekor nasionalnya
sendiri (1.272) dan menancapkan rekor baru 1.286 untuk ronde
tunggal FITA. Padahal sebelum bertanding, anak Batak itu sempat
bersungut-sungut tentang kencangnya angin yang bertiup di
gelanggang.
Dia sendiri menganggap prestasinya itu bisa dia capai karena
ketelitian. Pengalamannya yang panjang juga menyumbang. Soalnya
angin yang menerobos ke stadion membingungkan pemanah. Dari
luar, angin merayap dan menerjang tembok setinggi 5 meter yang
mengelilingi lapangan. Baru kemudian masuk ke arena pertandingan
secara bergelombang. "Angin begini bisa menipu," ceritanya
kepada TEMPO. Untuk mengatasi gangguan angin tadi, atlet yang
memperoleh 5 medali emas di SEA Games Singapura itu punya resep
begini: Konsentrasi, membidik, dan lepaskan anak panah pada
kecepatan angin yang sama.
Olah raga yang memerlukan ketepatan, seperti memasukkan benang
ke lubang jarum ini, mengajarinya untuk juga memperhitungkan
gangguan debar jantung. Panah biasanya dia lepaskan ketika
jantungnya baru saja berdegup. Tetapi panah yang dia lepaskan
itu, katanya, selalu dia iringi dengan doa. "Walaupun saya
banyak dosa, saya selalu berusaha mendekatkan diri kepada
Tuhan," cerita bujanKan berusia 38 tahun yang beragama Protestan
itu.
Pandai mengemukakan pendapat, senang humor, itulah "Si
Perangin-angin", pegawai PN Angkasa Pura golongan IID itu. Buat
dia, resesi dunia dimulai sejak 1981. Ketika itu dalam kejuaraan
dunia panahan di Italia namanya disapu angin ke urutan 45.
Padahal tahun 1977 di kejuaraan dunia di Canberra dia sempat
nangkring di urutan 11. Tahun 1980 tak ada orang Asia yang bisa
menandingi anak Batak ini. Dengan skor 1.272 yang diciptakannya
di Calcutta tahun itu, pemanah kelahiran Sidikalang, Sumatera
Utara itu, memperkenalkan Indonesia sebagai negara panahan yang
pantas disegani.
Menurunnya prestasi panahan Indonesia, juga dirinya, sejak 1981,
dia nilai karena pembinaan KONI kurang benar. Dia mengkritik
pemusatan latihan yang terus-menerus di Jakarta. Donald
bercita-cita, pemanah digembleng di gunung terpencil. Turun ke
kota hanya untuk merebut kemenangan.
Dengan tinggi 156,50 cm dan bobot 60 kg dia tidak menganggap
dirinya ideal untuk memanah. Dibutuhkan tubuh yang jangkung
untuk menarik tali busur minimal 27 inci. "Tarikan saya memang
di atas rata-rata tarikan orang sependek saya. Tarikan saya
panjang, mungkin karena saya termasuk jenis kera," katanya
tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini