Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Rekor di antara musuh bebuyutan

Diikuti oleh 13 negara, a.l oleh negara-negara yang saling bermusuhan: RRC, Taiwan, Korea Selatan, Korea Utara. RRC muncul sebagai juara. Indonesia sebagai tuan rumah hanya mendapat 1 medali emas. (or)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN seorang tentara di antara 200 penduduknya yang berjumlah 1 milyar, RRC menjadi kekuatan nomor wahid di Asia. Belum lagi dihitung 7 juta milisia yang dipunyainya. Tak heran dalam Kejuaraan Menembak Asia ke-5 (25-30 Juli) negara itu tampil sebagai pengumpul medali terbanyak. "Bukan begitu," seloroh seorang penonton. "Begitu lahir mereka sudah bawa modal. Dengan matanya yang sipit, mereka tak perlu lagi membidik." Berkekuatan 43 orang, RRC merupakan kontingen terbesar dalam kejuaraan yang diikuti 13 negara itu. Tuan rumah Indonesia hanya 35. Cina, Taiwan, Jepang, dan kedua Korea memiliki ciri fisik yang sama. Tetapi anak-anak Deng Xiao-ping gampang dikenali dari sepatu sandal yang mereka pakai. Tim manajernya mengibas-ngibaskan kipas terus-menerus, padahal para atletnya mengenakan kaus lengan panjang berikut jaket. RRC (dan Korea Utara) kelihatannya merupakan kontingen yang menghadapi kejuaraan ini secara serius. Berbulan-bulan mereka berlatih. Tampil di lapangan tembak Senayan, mereka tidak hanya didampingi pelatih, tapi juga beberapa orang juru analisa yang selalu siap dengan teropongnya mengikuti dari belakang si penembak. Disiplinnya juga bisa menertawakan. Sebab dari sekian banyak kontingen yang menginap di Hotel Indonesia, hanya atlet RRC dan Korea Utara yang tetap wira-wiri dengan training suit (stelan olah ragawan). Fanatiknya mengagumkan. Pada hari pertama pimpinan kontingen RRC sudah menembakkan protes karena ada atlet Taiwan yang memakai baju dengan tulisan Republik of China. Taiwan sendiri menurut ketua pelaksana kejuaraan, Salamun, diwakili oleh China-Taipei Shooting Association. Menurut kabar, tim penembak RRC sendiri kepingin muncul di Jakarta lebih awal. Dari Hong Kong mereka sudah melayangkan teleks sebagai isyarat supaya diundang dalam Kejuaraan Menembak Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-456. Tetapi karena belum ada lampu hijau dari pihak keamanan di sini mereka urung datang. Kedatangan mereka di Jakarta dalam kejuaraan menembak Asia, pekan lalu, disambut dengan penjagaan keamanan berlipat ganda. "Hanya tekniknya sedemikian rupa sehingga tak terasa bahwa sistem keamanan sekali ini paling ketat dari yang pernah dikenakan di sini," ujar Salamun. Memang tak terasa ada mata yang mengawasi dari berbagai pojok. Kecuali satu protes yang dilontarkan kontingen RRC tadi, tak ada lagi pemandangan yang kurang seronok. Demikian juga antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tak ada suasana "tembak-menembak" di antara mereka. Antara atlet RRC dan Taiwan, begitu juga kedua Korea, selalu saling sapa kalau berpapasan. Baik di hotel maupun di lapangan tembak. Bahkan ketua tim RRC, yang juga adalah ketua dari Asian Shooting Confederation, Liu Jun Chen, sempat bertukar vandel dengan ketua tim Taiwan. "Kami sebenarnya tidak ada masalah dengan rakyat Taiwan. Mereka kan bangsa Cina juga. Taiwan sebenarnya kan provinsi RRC. Hanya sementara ini sedang terlepas," katanya main politik. Penembak RRC dan Taiwan bergaul sebagaimana biasanya atlet. "Tidak ada konflik antara kami dengan atlet RRC. Hubungan kami dengan mereka seperti kakak-adik. Kami mempunyai nenek moyang, kebudayaan, dan bahasa yang sama," ucap penembak Taiwan Tai Pai Sen, yang ditemui TEMPO, sedang asyik bercakap-cakap dengan beberapa atlet RRC. Penembak RRC, Peng Jian Bin dan "rekannya" dari Taiwan, Xu Xia Hsing di hari terakhir kejuaraan malahan dijepret wartawan sedang bersalaman. Sekalipun tampil dengan kontingen terbesar, RRC hanya menymbang sebuah pemecahan rekor Asia dari 4 yang ditumbangkan. Tim untuk air rifle yang terdiri dari Pang Liquin, Zhu Lian Zhiang, dan Wu Xiao Xuan memperbaiki skor 1.121 atas nama tim Korea Selatan menjadi 1.136. Korea Selatan juga tampil dengan mengesankan. Menempati posisi ketiga setelah Jepang dalam pengumpulan medali (menang 4 perak dari Korea Utara), Korea Selatan melampaui 2 rekor Asia. Kim Yang Ja mengumpulkan skor 385 untuk kategori ladies air pistol. Meninggalkan skor atas namanya sendiri 382. Kemudian Lee Jeong Hwa memperbaiki rekor teman senegaranya (380) menjadi 381 untuk kategori ladies air rifle. Sedangkan penembak Korea Utara, Chun Tae Song, memperbaharui skor yang dipegang teman senegaranya (576) menjadi 585. Sedangkan Indonesia, yang ramai dengan berita penembak misterius, untuk pertama kali berhasil merebut 1 medali emas berkat konsentrasi dan bidikan mata memikat Lely Sampurno. Penembak yang pernah memecahkan rekor dunia untuk nomor air pstol itu berhasil menyamai rekor Asia (ladies pistol match) dengan angka 586. Sang nyonya, dengan tiga anak dan 2 cucu ini, sekaligus memperbaiki rekor nasionalnya sendiri yang 581. Meskipun begitu masih ada yang mengganjal di hati Lely. "Cara kerja tim kita semrawut. Bayangkan, penentuan tim baru selesai tanggal 18 Juli, padahal 25 Juli kita sudah harus bertanding. Bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dengan matang," gerutunya. Indonesia yang merebut 1 emas, 2 perak, 1 perunggu dan menempati urutan ke-5, boleh puas sedikit. Karena lawan kuatnya selama ini di SEA Games, Muangthai jatuh nomor 7, di belakang India. Apalagi kalau diingat spesialis trap Gilbert Sumendap, mampu menyaingi Li Jing Long (RRC), sehingga berlangsung pertarungan ulang untuk menentukan siapa juara. Gilbert akhirnya takluk. Tapi orang-orang Perbakin menganggap pertarungan itu "sebagai pertarungan sungguh-sungguh. Artinya RRC datang ke mari bukan untuk mencari persahabatan. Tapi mau menang."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus